Mencari wangsit menulis kreatif, sanggup di ibaratkan dengan permisalan mirip menghitung perkalian dan pembagian tanpa kalkulator. Praktis bagi yang terbiasa minghitung, tanpa harus susah-susah menggunakan kalkulator “mahir” dan akan sangat memusingkan, bagi yang belum terbiasa menghitung tanpa kalkulator “pemula”.
Begitu juga dalam menulis wangsit dan mencari hal-hal kreatif untuk di tulis, meskipun hanya menulis pengalaman pribadi, masih sangat memusingkan sekali, eh. Bahkan dua kali memusingkan buat saya, apalagi harus menulis dengat jumlah 1000 kata. Tugas yang sangat amazing dan harus memakai bahasa goresan pena sendiri sanggup menguras pikiran.
Karena aktivitas menulis dan mengetik semacam ini belum pernah saya lakunkan sebelumnya, akan tetapi hal inilah yang dinamakan pembelajaran, kalau tidak di coba dan tidak segera diselesaikan. Maka tidak akan pernah tau balasannya mirip apa dan tidak akan pernah sanggup melakukannya, kalau tidak pernah dicoba.
Daftar Isi Konten
Memulai Langkah Pertama
Mau tidak mau, ya. Harus dicoba, alasannya ialah perjalanan 1000 mil selalu dimulai dengan langkah pertama, mengawali bukanlah hal yang mudah. Harus memikirkan langkah pertama terlebih dahulu semoga sanggup melanjutkan ke langkah kedua dan gres langkah selanjutnya, tentunya diantara setiap langkah memiliki konsekuensi yang harus di pertanggung jawabkan.
Karena suatu proses tidak ada yang instan, mirip mie instan, sebetunya mie instan juga harus melalui peroses tahapan-tahapan kalau ingin memakanya. Berawal dari kita harus beli ke toko terlebih dahulu, kemudian merebus air, membuka mie instant, membuka bumbu, mie instan di olah, dan gres sanggup disajikan dan dimakan.
Begitu pula ketika menginginkan sesuatu, perlu proses terlebih dahulu sebelum melihat hasil. Dan setiap proses tentunya ada tanjakan, belokan tajam, serta ada jalan yang bergelombang. yang harus dilalui.
Tugas Menjadi Seorang Penulis
Bersumber dari wikipedia penulis adalah sebutan bagi orang yang melaksanakan pekerjaan menulis atau membuat suatu karaya tulisan. Dalam membuat aksara (angka) memakai alat tulis di suatu sarana atau media penulisan, mengungkapkan ide, pikiran, perasaan melalui aktivitas menulis, atau membuat suatu karangan dalam bentuk tulisan.
Dari sumber wikipedia yang saya baca dan saya tulis diatas, ada beberapa poin yang ingin saya garis bawahi untuk diri saya sendiri. Beberpa diantaranya adalah, mengungkapkan ide, mengungkapkan pikiran, mengungkapkan perasaan, dan memulai aktivitas menulis.
Mengungkapkan Ide
Ide semacam apa yang sanggup saya tulis dan sampaikan, terkadang saya mempunyai wangsit yang tolong-menolong ingin sekali saya sampaikan kepada orang lain. Akan tetapi ketika hendak ingin memberikan dan ingin memulainya, terasa sangat sulit sekali, untuk mengeluarkan wangsit tersebut dari fikiran saya.
Bayangkan saja semisal, ketika saya sudah mengerti cara menanam singkong, saya tau caranya dan tahu langkah-langkah menanam singkong itu bagaimana. Akan tetapi ketika ingin memberikan sulit sekali rasanya untuk merangkai wangsit yang ada di fikiran saya. Menjadi sebuah rangkaian kata-kata dalam bentuk goresan pena ataupun lisan.
Mengungkap sebuah wangsit masih menjadi sebuah misteri buat saya, alasannya ialah hal semacam ini sering sekali terjadi. Tidak hanya satu atau dua kali, bahkan sanggup sering kali terjadi.
Mengungkapkan Pikiran
Apa yang anda pikirkan? sering menemukan pertanyaan tersebut dari sosial media atau yang sebagainya, sebetulnya pertanyaan tersebut ialah kata yang tidak harus di jawab dengan jawaban bla..bla..bla..bla…bla.. karena.
Jika mau mengisi dengan jawaban dari pertanyaan tersebut mulai dari pagi hingga sore ya tidak mungkin kelar nulisnya, alasannya ialah apa yang ada dipikiran banyak sekali mulai dari A-Z. kalau di jabarkan satu persatu nanti jadinya malah curhat.
Tetapi berbeda dengan mengungkapkan apa yang dipikirkan, lebih mengarah terhadap solusi yang diharapkan dari pada daerah untuk mencurahkan apa yang di pikirkan. Makara saya sedang membutuhkan solusi dan jawaban untuk mengungkapkan apa yang ada dipikiran saya.
Mengungkapkan Perasaan
Perasaanku kepada sebuah goresan pena sanggup dibilang masih kurang, alasannya ialah dari dulu saya kurang suka membaca, bahkan tidak mempunyai hobi membaca sama sekali. Pada titik tertentu saya gres mencicipi kebodohan jawaban kurang membaca.
Sehingga untuk mengungkap sebuah perasaan terhadap sebuah tulisan, perlu yang namanya membiasakan, membiasakan untuk membaca, dan membiasakan untuk menyampaikan.
Memulai Menulis
Kapan mau akhir kalau belum dimulai, kapan sanggup jika belum dicoba, ini saya gres mulai baca saja goresan pena pada kali ini hingga selesai, ini saya juga gres mencoba tunggu saja kalau nanti sudah bisa. Hanya butuh pijakan semoga sanggup melangkah sehingga sanggup menulis dengan baik dan benar.
Inginya Bisa Menulis, Dengan Gaya Tulisan yang Baik Dan Benar, Tapi.
Sering gagal menulis sesuatu di alasannya ialah “panik”, sehingga goresan pena yang sudah di buat, terasa kaku dikala di baca, dan bahasa yang dipakai ndak karuan. mirip ini. Maka dari itu masih butuh banyak perbaikan dalam penulisan agar lebih sanggup dipahami dan gampang untuk dibaca.
Jika saya di beri kiprah oleh Guru, untuk menulis pengalaman pribadi, atau di suruh menulis dengan kata dan gaya pikiran sendiri. Plus dihentikan mencari refrensi atau contekan, sanggup membutuhkan waktu lima jam bahkan sanggup lebih, waktu yang sanggup saya habiskan hanya untuk berfikir, dan itu belum proses menulisnya, butuh waktu lagi.
Bukankah anda juga pernah mengalami hal yang serupa dengan saya, kalau anda belum pernah mengalaminya, berarti hanya saya disini yang mengalaminya, hadeh.
jujur saja, saya sering mengalami akan hal itu, seandainya di kalkulasikan, menurut riset evaluasi saya pribadi, mungkin 70%, penulisan saya kurang rapi, kurang teliti, kurang kata, kurang pengetahuan, kurang isi dalam penulisan, jadi yang di butuhkan saya kini adalah.
belajar…belajar…belajar… berguru membaca, berguru memahami, dan berguru menyampaikan.
Menghitung Tanpa Kalkulator
Jika soal matematika, atau yang sering orang anggap ilmu pasti, dan sanggup dipecahkan dengan banyak sekali macam cara. salah satunya memakai “kalkulator” dalam menuntaskan hitungan perkalian dan pembagian matematika.
kita juga harus yakin bahwa. suatu wangsit juga bisa, di ungkap dengan banyak sekali macam cara juga. Sama halnya dengan “Kalkulator”, kalkulator kalau di bahasakan. Merupakan alat bantu yang akan memudahkan. Seseorang dalam menghitung.
Tanpa perlu menghitung pusing-pusing, angka perkalian dan pembagian, hanya dengan kalkulator kita semua, sanggup mengerjakan dengan gampang dan santai.
Dan permisalan kalkulator itu seperti rasa malas, menganggap enteng suatu perkerjaan, di karenakan aktivitas itu gampang dikerjakan, sehingga sanggup kita tunda dalam mengerjakan pekerjaan tersebut, nanti dan nanti saja.
Jadi, mari dicoba untuk tinggalkan kalkulator, maksud saya, tinggalkan kemalasan diri, mulai mencari cara gres dalam mengatasi kebuntuan, saya bisa menyelesaikan. Tanpa harus memakai kalkulator dalam mengerjakan soal tersebut. alasannya ialah banyak cara lain yang sanggup kita gunakan, tanpa harus mengunaka dimana kalkulator atau rasa malas.
Jangan Malas
Saya setuju dengan kata “jangan malas” bahwa kata ini sangat manis sekali kalau sanggup menerapkanya dalam keseharian dan diterapkan pada dikala mengerjakan aktifitas apapun.
Jangan malas ialah kata-kata yang heroik, yang akan mengubah suatu aktivitas menjadi gampang dan cepat selesai. Seandainya rasa malas di ikuti secara terus menerus akan menjadi sebuah karakter yang mengakar, yang akan menjadi bumerang bagi diri sendiri.
Sumber https://infoana.com