Contoh Naskah Drama 6 Orang Tentang Pendidikan – Naskah drama merupakan sebuah bentuk sajian goresan pena yang berfungsi sebagai kendali utama jalannya dongeng dalam pementasan lakon drama. Naskah drama di dalamnya beriskan prolog, dialog-dialog tokoh, serta pola lain yang menjadi pola bagi para pemeran tokoh dalam drama. Berikut ini yakni contoh naskah drama 6 orang wacana pendidikan :
Judul Drama : Harapan Di Persimpangan Jalan
Tema : Pentingnya Pendidikan
Pemeran : Bima, Surya, Ibu Guru Shinta, bapak wakil kepala sekolah Arman, Ayah Rasty, Ibu Rasty,
Sinopsis Drama :
Suatu pagi pada jam istirahat pertama di Sekolah Menengan Atas Negeri 13 Bandar Lampung. Bima termenung di salah satu meja baca perpustakaan. Ia tak menyadari bahwa kegelisahannya tersebut semenjak tadi telah diperhatikan oleh sahabatnya Surya.
Surya : hei, kau ini masih pagi sudah bengong saja.
Bima : ya ampun Bima, kau mengagetkanku tahu! Kalau jantungku copot bagaimana? Kamu mau ganti?
Surya : He… he. Maaf maaf.
Bima : ada apa Sur?
Surya : Ya tidak apa-apa. Aku pikir kau kemana tadi. Aku mencari-cari kau loh.
Bima : He…he. Ya saya kemana lagi kalau tidak ke mushala atau perpustakaan. Mau ke kantin, saya tidak punya uang. He… he.
Surya : justru itu, gampang sekali kalau saya mau mencarimu kawan. Oh ya, ngomong-ngomong rencanamu sesudah lulus apa? Pasti kau mau mengambil jurusan Teknik Mesin di Unila (Universitas Lampung) kan? Sejak dulu kau bicara wacana mimpimu untuk bisa berkuliah di jurusan itu.
Bima : Entahlah Sur.
Surya : Loh, kok entahlah. Ada apa ini kawan? Bukankah kau bercita-cita untuk menjadi insiyur mesin?
Bima : iya, memang benar. Tapi entahlah Sur.
Surya : ada apa ini kawan? Ada kasus apa sebenarnya? Ayo ceritakan padaku!
Bima : wacana mimpi-mimpiku itu Sur, rasanya saya tak bisa terus memupuknya. Orang tuaku tidak oke saya melanjutkan pendidikan tinggi. Mereka ingin saya bekerja di luar negeri sebagai TKI saja.
Surya : Wah, rumit juga ya. Kamu ceritakan semua detailnya ya! Nanti kita cari solusi bersama-sama.
Setelah menceritakan semua permasalahannya, Bima agak sedikit lega. Setidaknya ia sedikit bisa mengurangi beban dihatinya dikarenakan telah bercerita dengan sahabatnya itu.
Surya : begini saja Bim, kita konsultasikan masalahmu ini kepada ibu Shinta. Mungkin saja dia punya masukan terbaik yang bisa membantu semua persoalanmu itu.
Bima : Baiklah, jam istirahat kedua sesudah shalat dhuhur saja ya Sur. Waktu istirahat pertama kita sudah mulai habis ini.
Surya : Baiklah, ayo kita masuk ke kelas!
Surya dan Bima pun kesannya menuju kelas mereka. Setelah jam istirahat kedua selepas shalat dhuhur, mereka berdua pergi menuju ruang ibu Shinta yang merupakan guru Bimbingan Konseling di kelas mereka.
Surya : Assalamualaikum. (seraya mengetuk pintu ruangan)
Ibu Shinta : Waalaikumsalam. Wr. Wb. Silahkan masuk!
Surya : Terima kasih bu. Ayo Bima, kita masuk!
Bima : Iya. Selamat siang bu.
Ibu Shinta : Oh Surya, Bima, ada apa ini? Apa ada yang mau kalian diskusikan kepada ibu?
Surya : Oh iya bu, ada sesuatu hal penting yang ingin kami diskusikan. Kami yakin akan sanggup menemukan solusi terbaik kalau kasus ini kami sampaikan kepada ibu Shinta.
Ibu Shinta : Baiklah Sur, ceritakanlah masalahmu itu pada ibu! Barangkali ibu bisa membantu.
Surya : Ini bukan wacana saya bu, tapi Bima. Nah, Bim, ceritakanlah masalahmu itu!
Bima : Baiklah.
Setelah menceritakan semua kasus Bima kepada bu Shinta. Akhirnya bu Shinta memutuskan untuk membawa duduk kasus ini ke bapak Arman, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan.
Ibu Shinta : Nah, begitu saja ya. Kapan kita menemui pak Arman?
Bima : lebih cepat lebih baik bu.
Surya : betul bu, secepatnya saja. Kalau boleh saya usul, waktu jam istirahat masih 15 menit lagi. Saya rasa cukup untuk membicarakan hal ini kepada beliau. Saya rasa dia dikala ini juga masih berada di ruang kerjanya.
Ibu Shinta : kalau begitu kita ke sana kini saja!
Akhirnya Bima, Surya, dan Bu Shinta bergegas menuju ruang bapak Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan. Setibanya mereka di ruang bapak Arman, bu Shinta memberikan perihal kasus yang dialami oleh Bima kepadanya.
Bu Shinta : Begitu pak, inti permasalahannya yakni bahwa Bima tidak diizinkan oleh orang tuanya untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi. Karena alasannya yakni ketidakmampuan orang tuanya dalam hal ekonomi.
Pak Arman : Begini bu Shinta, Bima, dan Surya. Sebenarnya saya ada solusi yang Insya Allah sanggup menjawab duduk kasus ini. Tapi tampaknya kita tidak mempunyai cukup waktu untuk membahasnya di sini. Begini saja, kita agendakan kunjungan ke rumah Bima dalam rangka menjelaskan hal-hal penting seputar pendidikan serta solusi biar Bima sanggup tetap melanjutkan pendidikan tingginya. Bagaimana?
Ibu Shinta : Ide yang anggun pak. nah, Bima, kapan kira-kira kami bisa mengunjungi orang tuamu?
Bima : Kalau hari ahad pagi bagaimana Pak, Bu? Insya Allah orang bau tanah saya tidak berjualan di pasar lantaran hari tersebut sedang ada bazar di kompleks pasar yang tidak memungkinkan pedangan untuk berjualan. Apa bapak Arman dan Ibu Shinta tidak keberatan meluangkan waktu libur di hari itu?
Pak Arman : Tentu saja tidak, Bim. Bapak merasa harus memperjuangkan nasib pendidikanmu. Karena kau yakni salah satu siswa terbaik kami di sekolah ini.
style="display:inline-block;width:336px;height:280px"
data-ad-client="ca-pub-1973764693216878"
data-ad-slot="5881289326">
Bu Shinta : Ibu juga tidak keberatan Bim. Surya, kau juga ikut ya?
Surya : Baik bu, dengan bahagia hati.
Keesokan harinya di hari ahad pagi. Pak Arman, Bu Shinta, dan Surya pergi berkunjung ke rumah Bima. Setibanya di rumah Bima.
Surya : Assalamualaikum. (sambil mengetuk pintu)
Bima : Waalaikumsalam. (beberapa dikala sesudah Surya megetuk pintu). Silahkan masuk Bim, Pak Arman, dan Bu Shinta.
Pak Arman : terima kasih Bima.
Bu Shinta : Ayah dan Ibumu ada Bim?
Bima : Ada Bu, sebentar saya panggilkan. Silahkan duduk dulu pak, bu. Surya, kau bantu saya menyiapkan minum untuk pak Arman dan Bu Shinta ya!
Surya : Oke Bim.
Tak usang kemudian, ayah dan ibu Bima tiba ke ruang tamu menyambut Pak Arman dan Bu Shinta.
Ayah Bima : Wah, ada tamu Istimewa rupanya. Pak Arman, apa kabar? Ini ibu Shinta guru BK di sekolah Bima ya?
Ibu Shinta : Betul pak, saya guru BK di sekolah Bima.
Ibu Bima : Maaf pak, bu. Tempatnya begini adanya.
Pak Arman : ah, tidak apa-apa bu. Terima kasih sudah diperbolehkan berkunjung.
Ibu Bima : kalau boleh tahu, angin apa yang membawa ibu dan bapak ke rumah kami ini? Apa Bima menciptakan kasus di sekolah.
Pak Arman : oh, tidak bu. Sama sekali tidak. Justru Bima yakni salah satu anak yang membanggakan yang kami miliki di sekolah.
Ayah Bima : syukurlah kalau begitu pak. lantas ada kasus apa ya pak?
Pak Arman : begini pak, eksklusif saja ke pokok permasalahan. Beberapa hari yang kemudian Bima memberikan bahwa dirinya ingin sekali melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi tinggi negeri. Saya ingin mengklarifikasikan kepada bapak dan ibu selaku orang bau tanah dari Bima. Apakah betul bapak dan ibu tidak memperkenankan Bima untuk berkuliah?
Karena begini bu, saya rasa sangat disayangkan bahwa anak secerdas Bima tidak bisa melanjutkan pendidikannya hanya lantaran terhalang dari restu kedua orang tuanya. Sementara Bima ingin sekali untuk berguru di perguruan tinggi tinggi negeri.
Ayah Bima : Begitu rupanya. Langsung saja saya jawab ya pak. Sebelumnya terima kasih atas perhatian bapak dan ibu kepada anak kami. Begini pak, alasan kami tidak memperkenankan Bima untuk berkuliah di perguruan tinggi tinggi tidak lain dan tidak bukan yakni lantaran keterbatasan keuangan yang kami miliki pak. saya ini hanya penjual sayur di pasar. Sementara istri saya ikut berdagang bersama dengan saya. Penghasilan kami hanyalah cukup untuk makan sehari-hari dan membayar uang sekolah Bima dan adik-adiknya. Melihat kondisi tersebut, saya merasa tidak bisa untuk membiayai Bima untuk berguru lebih tinggi lagi. Alasan sesungguhnya yakni begitu pak, bu.
Ibu Bima : betul pak. sungguh, kami tidak bermaksud menghalang-halangi harapan Bima. Tapi apalah daya kami pak. kami hanyalah orang miskin yang tak sanggup menyekolahkan anak-anaknya. Maka dari itu kami bermaksud untuk mengirim Bima ke luar negeri untuk bekerja demi adik-adiknya.
Bu Shinta : begini Pak, bu. Maaf kalau saya lancang. Memang sangat sulit sekali kalau menjalani studi tanpa adanya kemampuan finansial yang mendukung. Tapi bukan berarti proses pembelajaran itu harus terputus begitu saja. Apalagi Bima yakni anak yang cerdas. Sangat disayangkan kalau ia tidak difasilitasi untuk belajar.
Pak Arman : betul pak, bu. Bima harus tetap melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi tinggi negeri. Pendidikan itu teramat penting yang harus diperjuangkan dengan gigih. Rasanya terlalu dini untuk menganggap duduk kasus ekonomi yakni faktor penghambat utama. Saya juga melihat bahwa Bima mempunyai kemauan yang begitu tinggi untuk berkuliah. Kemauan yang keras niscaya akan membuahkan jalan menuju keberhasilan. Saya percaya akan hal itu.
Ayah Bima : saya setuju dengan pak Arman dan Bu Shinta. Namun lagi-lagi kami tak berkemampuan untuk membiayai Bima, khususnya ketika ia akan melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi tinggi.
Ibu Bima : Betul pak, bu. Kami benar-benar kesulitan kasus keuangang. Kami tak ingin mengeluh, namun inilah kendala terbesar kami dikala ini.
Pak Arman : Bapak, ibu. Kedatangan kami ke sini bukan hanya untuk menceramahi akan pentingnya pendidikan, bukan itu. Kami ke sini juga membawa sebuah solusi yang cukup baik untuk Bapak dan ibu, khususnya untuk Bima.
Ayah Bima : wah, apa itu pak?
Pak Arman : Bima tetap bisa melanjutkan pendidikannya hingga ke tingga perguruan tinggi tinggi pak, bu, melalui jadwal beasiswa bidik misi. Program ini ditujukan kepada calon mahasiswa berprestasi dan tidak mampu. Beasiswa yang akan diberikan berupa uang tunai dengan besaran yang telah ditentukan oleh pemerintah. Mengenai prosedur pendaftarannya, sekolah akan membantu Bima.
Ibu : Masya Allah, alhamdulillah kalau begitu. Terima kasih banyak pak Arman, Bu Shinta.
Ayah Arman : betulkan bisa begitu pak, bu? Saya sangat bersyukur kalau memang Bima bisa tetap melanjutkan pendidikannya. Bima, kemarilah sebentar nak!
Bima : Iya ayah. (menagis haru)
Ayah Bima : Kau tetap bisa berkuliah nak. Berterima kasihlah pada bapak, ibu gurumu ini!
Bima : Terima kasih banyak telah banyak membantu saya Pak, Bu. (menangis haru sambil mencium tangan Pak Arman dan Bu Shinta)
Bu Shinta dan Pak Arman : (tidak bisa berkata-kata, hanya tersenyum sambil menahan air mata haru)
Bima : Sur, terima kasih banyak. Kamu juga sudah banyak membantu saya. (memeluk Surya sambil menagis)
Surya : tak kasus kawan. Sudahlah, jangan dipikirkan!
Akhirnya Bima tetap bisa melanjutkan cita-citanya untuk berkuliah di perguruan tinggi tinggi negeri dengan pemberian beasiswa yang difasilitasi oleh sekolahnya. Tak usang kemudian, Pak Arman, Bu Shinta, dan Surya pun beranjak pergi untuk pulang ke rumah masing-masing.
Baca Juga:
Contoh Naskah Drama Komedi Singkat Terbaru
Contoh Naskah Drama 5 Orang Cerita Rakyat
Contoh Soal Bahasa Indonesia Kelas 10 Sekolah Menengan Atas Semester 1
Sumber https://ruangseni.com