Sumatera Barat sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang beribu kota di Padang ini mempunyai keragaman budaya khususnya wacana pakaian. Pakaian moral Sumatera Barat dikenal sebagai pakaian yang sederhana namun mempunyai nilai estetika yang tinggi.
Pakaian moral Sumatera Barat sebagai bab dari salah satu kebudayaan yang menempel dalam kehidupan masyarakat Minang Sumatera Barat. Hal ini menggambarkan identitas sebagai ciri khasnya diantara suku-suku lain di Indonesia.
Pakaian moral ini tidak hanya menjadi pembeda bagi mereka, namun dibalik itu pakaian moral Sumatera Barat mempunyai fungsi dan kegunaan tersendiri. Seperti pakaian pada umumnya, pakaian moral Sumatera Barat juga mempunyai keragaman yang menarik, berikut ulasan lengkapnya :
Daftar Isi Konten
Pakaian Penghulu
Disini yang dimaksud dengan pakaian penghulu ialah pakaian yang dikenakan hanya untuk kaum laki-laki tertua di Sumatera Barat. Pakaian ini mempunyai beberapa bab yang mengandung simbol tersendiri seperti:
1. Destar Atau Seluk
Bagian ini digunakan untuk bab epilog kepala yang mempunyai kerutan-kerutan. Kerutan ini bukan sekadar ornamen epilog kepala. Lebih dari itu kerutan mempunyai makna terkait undang-undang dalam masyarakat moral yang perlu diketahui oleh penghulu.
2. Baju Penghulu
Baju penghulu secara umum dikuasai warna hitam alasannya ialah melambangkan sifat kepemimpinan dalam menjalankan tugasnya sebagai tetua pria.
3. Sarawa
Sarawa ialah celana penghulu yang berukuran besar. Hal ini melambangkan sebagai seorang tetua yang mempunyai kehormatan dan bermartabat.
4. Sesamping Warna Merah
Seperti warnanya yang melambangkan keberanian, bahwa bab ini mengatakan keberanian sang penghulu dalam membela dan menegakkan kebenaran.
5. Keris
Keris di sini bukan hanya sebagai aksesoris. Melainkan sebagai simbol bahwa seorang penghulu hendaknya berhati-hati dalam mengambil keputusan terutama dalam menggunakan senjatanya. Keris ini diletakkan di bab pinggang condong ke kiri.
6. Tongkat
Tongkat disimbolkan sebagai sesepuh yang mengemban kiprah yang perlu dihormati dan sifatnya tongkat di sini sebagai pelengkap.
Pakaian Bundo Kanduang
Pakaian moral Sumatera Barat yang satu ini tentunya juga mempunyai beberapa bab tersendiri dan mengandung simbol yang berbeda. Bagian-bagian tersebut diantaranya :
1. Penutup Kepala Atau Tingkolok
Penutup kepala yang dikenakan perempuan tentunya mempunyai bentuk yang berbeda dengan yang dikenakan pria. Untuk epilog kepala ini berbentuk ibarat tanduk runcing yang berumai emas yang melambangkan bahwa seseorang yang mengenakannya ialah pemilik rumah gadang.
2. Baju Kurung
Baju kurung yang dikenakan seorang perempuan ini melambangkan bahwa sebagai seorang perempuan hendaknya mematuhi batas tradisi yang berlaku. Macam warna Baju kurung ini ada hitam, merah, biru atau lembayung yang dihiasi dengan benang emas dan tepinya terdapat minsie.
3. Minsie
Minsie mengatakan bahwa demokrasi Minangkabau bersifat luas dengan batas-batas yang harus dipatuhi. Jika anda tidak mengetahui maksud dari Minsie, Minsie merupakan bis tepi baju yang dihiasi benang emas.
4. Balapak
Balapak sebagai bab dari pakaian moral Sumatera Barat untuk perempuan ini biasanya diselempangkan dari pundak kanan. Hal ini dimaknai bahwa seorang perempuan mempunyai tanggung jawab untuk meneruskan keturunan.
5. Kain Sarung Sulam Emas
Adanya sulam emas pada kain sarung yang dikenakan seorang perempuan (bundo kanduang) dimaknai sebagai kebijaksanaan. Sebagai seorang perempuan dituntut untuk tidak gegabah dalam aneka macam hal. Selain itu juga dimaknai bahwa seorang perempuan juga harus berlaku sesuai porsi dan tempatnya.
6. Perhiasan
Perhiasan yang dikenakan seorang perempuan (bundo kanduang) tidak hanya sekadar mengatakan kemewahan dan hasrat perempuan dalam berpenampilan. Maksud perhiasan di sini bahwa dalam hidup ini terdapat nilai-nilai yang harus diperhatikan dalam kehidupan bermasyarakat.
Pakaian Adat Sumatera Barat Pengantin
Seperti pengantin di aneka macam kawasan di Indonesia, pengantin di Minangkabau juga mempunyai pakaian moral yang dikenakan pada dikala prosesi pernikahan. Pakaian moral Sumatera Barat khusus pengantin ini berwarna merah. Selain itu, di bab epilog kepala terdapat hiasan-hiasan megah lainnya yang beragam. Untuk mempelai perempuan biasanya menggunakan suntiang.
Suntiang ialah sebagai bentuk hiasan kepala anak daro. Suntiang melambangkan keindahan seorang perempuan sebagai bunga yang mempunyai daya tarik dari pancaran auranya. Bentuk dari suntiang ini sangat bermacam-macam sekali. Namun, yang sering digunakan adalah suntiang kambang yang berasal dari Padang Pariaman.
Suntiang sebagai kekhasan pengantin Minagkabau terdiri tingkatan ganjil yang dimulai dari tujuh hingga sebelas tingkatan. Selain itu, ada pula tingkatannya tiga hingga lima yang digunakan pendamping pengantin atau pasumandan.
Seiring dengan perkembangan jaman, pakaian moral Sumatera Barat khusus untuk pengantin ini juga diubahsuaikan dengan keadaan sekarang. Namun, model-model yang dipadu padankan tidak menghilangkan unsur aslinya sehingga hanya diubahsuaikan dengan mode dikala ini.
Perlu diketahui bahwa di Sumatera Barat ini pakaian moral untuk pengantin mempunyai variasi yang berbeda. Adanya perbedaan dalam pengenaan pakaian ini alasannya ialah menurut pembagian moral nagari di Sumatera Barat.
Selain mempunyai bermacam-macam variasi, pakaian moral Sumatera Barat khusus pengantin ini tidak hanya dipengaruhi kebudayaan Sumatera Barat. Pakaian pengantin mereka dipengaruhi kebudayaan busana negara-negara di Eropa dan Tiongkok. Hal ini nampak dari segi corak dan pemilihan warna yang mencolok.
Pakaian Adat Koto Gadang
Pakaian moral Sumatera Barat ini dikenakan dalam program pernikahan sebagai busana kedua mempelai pengantin. Berbeda dengan busana pengantin perempuan yang menggunakan suntiang dikepalanya, pakaian moral Koto Gadang ini unik dan berbeda dengan lainnya.
Pada mempelai perempuan nantinya akan menggunakan epilog kepala yang dinamakan tengkuluk talakuang. Tengkuluk talakuang ini berupa selendang dengan beludru sulam emas. Selain itu, baju yang dikenakan ialah baju kurung beludru batabua yang dipadukan dengan kalung emas.
Sedangkan untuk mempelai laki-laki mengenakan baju roky atau baju gadang dengan aneka macam paduan kelengkapan lainnya ibarat songket, keris, dan suvenir lain. Pakaian Koto Gadang mempunyai makna yang tersembunyi dibalik kemegahannya. Hal ini melambangkan kecerdikan pemakainya dalam menjalani kehidupan di masyarakat.
Pakaian Lambak Ampek
Pakaian moral Sumatera Barat yang satu ini biasanya digunakan dalam upacara moral perkawinan. Dengan mengenakan pakaian ini kaum cukup umur ditempatkan pada posisinya untuk upacara moral arak-arakan. Pakaian ini digunakan pada prosesi upacara dulang panta.
Upacara dulang panta (dulang pengantar) ialah upacara dimana prosesi pengantaran pengantin laki-laki menuju tempat pengantin perempuan. Dalam prosesi ini mereka membawa makanan moral yang diletakkan dalam dulang. Sesampainya ditempat pengantin perempuan, para anak perempuan diarahkan berdekatan dipelaminan bersama kedua pengantin. Pakaian Lambak Ampek ini mempunyai filosofi tersendiri.
Pakaian Lambak Ampek disimbolkan sebagai keberhasilan proses pendidikan menuju bakir balig. Pada dasarnya mereka diajarkan untuk bertanggung jawab atas perilakunya dalam tatanan moral yang hidup dalam masyarakat. Hal ini sebagai bekal mereka dalam menjalani kehidupan di masa mendatang dengan segala kemampuan yang dimiliki.
Itulah beberapa pakaian moral Sumatera Barat yang mengandung makna di setiap bab pakaiannya. Pakaian moral ialah semua kelengkapan yang digunakan yang tidak hanya setelan atas dan bawah melainkan aksesoris dan kelengkapan lainnya.
Hal ini sanggup dilihat sebagai satu kesatuan ethos kebudayaan yang menjadi identitas seseorang. Hal menarik lainnya ialah masyarakat moral Minangkabau yang religius sehingga sanggup dilihat dari pakaian mereka yang mengatakan kesan gamis.
Sumber https://infoana.com