Pengembangan CBM di Indonesia sangat dimungkinkan mengingat Indonesia merupakan salah satu negara penghasil batubara. Beberapa hal yang mendukung pengembangan CBM di Indonesia diantaranya ialah kekayaan sumberdaya batubara Indonesia yang berlimpah, ketersediaan cadangan minyak dan gas bumi yang semakin berkurang, serta adanya kesadaran global penggunaan sumber energi yang lebih ramah lingkungan.
Baca juga: Perkembangan CBM Dunia
Kekayaan sumberdaya batubara Indonesia memungkinkan ditemukannya sumberdaya CBM yang potensial terutama di Sumatera dan Kalimantan. Sementara cadangan migas Indonesia yang terus mengalami penurunan dan dilain pihak kebutuhan terhadap energi semakin bertambah, menciptakan pencarian energi alternatif pengganti minyak dan gas bumi merupakan keharusan yang tidak sanggup ditunda lagi, sehingga CBM dianggap sebagai salah satu pilihan yang sanggup dikembangkan.
Pemanasan global yang menjadi issue hangat lingkungan remaja ini, dianggap dipicu oleh emisi "green house gas" yang diakibatkan pembakaran energi fosil ibarat contohnya batubara, sehingga CBM yang dianggap sebagai sumber energi yang jauh lebih ramah lingkungan semakin banyak dicari dan dikembangkan.
Badan Geologi melalui Pusat Sumberdaya Geologi sesuai dengan kiprah dan fungsinya sampai ketika ini banyak melaksanakan aktivitas eksplorasi CBM dengan fokus pada pengumpulan data dasar secara primer serta membangun database batubara Indonesia yang cukup komprehensif. Data-data dasar yang diambil secara eksklusif ini sangat diharapkan dalam pengkajian potensi CBM di suatu kawasan secara lebih akurat.
Pusat Sumberdaya Geologi yang merupakan bab dari Badan Geologi, menangani duduk kasus teknis batubara, dan sudah semenjak usang mempunyai andil dalam penelitian CBM. Tercatat semenjak tahun 2998 Pusat Sumberdaya Geologi (saat itu masih Direktorat Sumbedaya Mineral) telah mencoba mendeliniasi kawasan prospek potensi CBM di Cekungan Sumatera Selatan dengan mengkompilasikan data batubara hasil penyelidikan Direktorat Sumberdaya Mineral dengan data eksplorasi Shell (1974). Hasilnya menununjukkan bahwa kawasan yang dianggap potensial untuk CBM ialah kawasan antara Prabumulih dan Muara Enim.
Tahun-tahun berikutnya Badan Geologi melaksanakan aktivitas eksplorasi batubara dilengkapi dengan peralatan canister pengukur gas batubara. Namun hasilnya belum memperlihatkan bantuan yang cukup signiifikan mengingat peralatan yang dipakai masih belum memadai dan masih minimnya pengetahuan teknis CBM.
Gambar road map pengembangan CBM (atas) dan potensi CBM di Indonesia (bawah). |
Sejak tahun 2006, Badan Geologi lebih intensif lagi melaksanakan penelitian CBM. Kegiatan pemboran batubara dengan sasaran kedalaman lebih dari 300 meter terus dilakukan dengan disertai pengukuran kandungan gas dalam lapisan batubara (desorption test) dan komposisi gasnya, serta pengukuran permeabilitas batubara. Kandungan gas dan permeabilitas ialah data yang sangat penting untuk diketahui dalam melaksanakan kajian potensi CBM di suatu wilayah.
Selain analisis tersebut diatas, beberapa analisis lainnya juga dilakukan supaya lebih memahami karakteristik CBM dari lapangan yang diteliti yang pada kesannya sanggup mengetahui potensi CBM di kawasan tersebut. Analisa lain yang dilakukan diantaranya ialah "adsorption capacity", analisa proksimat, analisa kematangan, serta organik petrografi. Badan Geologi juga mempersiapkan diri dengan kelengkapan peralatan eksplorasi CBM yang cukup lengkap. Saat ini Badan Geologi mempunyai dua unit Mobile CBM yang bisa dipakai untuk melaksanakan pengukuran kandungan gas secara eksklusif di lapangan, disamping alat gas kromotograf untuk memilih kandungan gas dalam batubara.
Selain peralatan yang terus diperbaharui, keahlian sumber daya manusianya juga terus ditingkatkan dengan melaksanakan beberapa pelatihan, baik training di dalam negeri maupun di luar negeri (Amerika dan Australia). Hal ini berdampak sangat baik bagi peningkatan kualitas penelitian yang dilakukan oleh Badan Geologi. Tahun 2002, Badan Geologi mengadakan seminar mengenai CBM yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya dengan mendatangkan andal CBM dari Amerika dan Australia. Badan Geologi juga mengirimkan 2 (dua) orang andal geologinya ke Denver, Amerika Serikat pada tahun 2005 untuk memperdalam semua hal yang berkaitan dengan CBM melalui kursus yang khusus diadakan oleh USGS.
Sejak tahun 2007, Badan Geologi menyelenggarakan workshop CBM dengan mendatangkan andal CBM dari Amerika dan Australia yang merupakan negara pionir untuk eksplorasi CBM. Tujuan utamanya ialah untuk meningkatkan kemampuan sumber daya insan di lingkungan Badan Geologi walaupun workshop ini juga terbuka bagi kalangan di luar Badan Geologi. Secara garis besar aktivitas eksplorasi CBM meliputi 3 (tiga) hal utama, yaitu:
- Resources Analysis
- CBM Productibility Analysis
- CBM Economic Analysis
Baca juga: Apa itu CBM ?
Saat ini Badan Geologi sebagai salah satu institusi yang menangani sisi hulu komoditas batubara mempunyai kiprah sebagai institusi yang melaksanakan "Resources Analysis" dalam eksplorasi CBM. Indonesia sendiri berdasarkan penelitian Advance Resources International Inc. (ARI) bersama dengan Ditjen Migas mempunyai potensi cadangan (resources) CBM sebesar 453 TCF yang terbagi ke dalam 11 (sebelas) cekungan di Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Sulawesi.
Sumber http://www.geologinesia.com