Showing posts with label Geologi Umum. Show all posts
Showing posts with label Geologi Umum. Show all posts

Monday, April 23, 2018

√ Sekilas Perihal Serpentin Sebagai Hasil Alterasi Olivin

Serpentin adalah sebuah lapisan mineral lattice dengan komposisi H, Mg Si, O yang terbentuk oleh proses alterasi hidrotermal dari mineral FerroMagnesian (Fe, Mg) ibarat olivin, piroksen, amphibol. Mg serpentin murni bercampur dengan air kristal kurang lebih 12,9 % pada temperatur tinggi +800 derajat celcius. Pada kenyataannya serpentin sanggup dilihat sebagai replacement produk dari mineral utama dan terbentuk sebagai pseudomorph yang terendapakan pada kekar/rekahan dan batuan terbuka lainnya, juga sanggup terbentuk dalam massa yang sangat besar/luas. Serpentin merupakan salah satu produk dari alterasi hidrotermal olivin. Serpentin sanggup di bagi menjadi 3 bentuk, yaitu :
  • Pada kondisi statis, terbentuk fibrous chrysotile
  • Pada kondisi tekanan, terbentuk flaky antigorite
  • Pada kondisi pasti, terbentuk structureless serpophite

Alterasi olivin umumnya dimulai disepanjang kekar-kekar yang acak di dalam kristal, dimana kristal utama teralterasi dan tergantikan menjadi pseudomorph sebagai hasil/produk alterasi. Batuan yang  tersenpentinitkan umumnya lebih bersifat magnetik.

 O yang terbentuk oleh proses alterasi hidrotermal dari mineral  √ Sekilas Tentang Serpentin Sebagai Hasil Alterasi Olivin
Serpentinisasi batuan ultramafik (dunit).

Syarat-syarat terjadinya serpentinisasi dari olivin diantara adalah  ; Besarnya penambahan air, Pencucian (leaching) dari magnesia (atau penambahan silika), Pelepasan unsur besi (Mg, Fe) di dalam olivin, dan Perbandingan pelepasan besi dari ferrous menjadi bab dari ferric membentuk magnetit berbutir halus. Pada air silika bebas, olivin terubah menjadi serpentin pada temperature antara 200-5000 C. Di atas 5000 C olivin tidak akan terubah menjadi serpentin tetapi akan menjelma mineral lain ibarat 200-5000 C Olivin – Serpentin, 500-6250 C Olivin – Talc, 625-8000 C Olivin – EnstatiteTalc, > 8000 C Olivin – Enstatite (piroksen).

Sumber http://www.geologinesia.com

Sunday, April 22, 2018

√ Endapan Nikel Laterit Sorowako, Bahodopi, Dan Pomalaa

Adalah suatu pertanyaan “Mengapa nikel laterit banyak terbentuk di tempat Sorowako, Bahodopi dan Pomalaa, mengapa tidak di tempat yang lain??”. Bagi kebanyakan orang, pertanyaan menyerupai ini memang cukup menarik, bahkan buat para andal geologi yang banyak berkecimpung dalam dunia eksplorasi juga ternyata menjadi suatu hal yang menarik untuk dikaji. Beberapa ahli geologi yang populer telah memperlihatkan kajian-kajian yang cukup penting untuk lebih memahami perihal fenomena ini, diantaranya ialah Paul Golightly dan Waheed Ahmad.

Tulisan ini mencoba mengupas sedikit perihal beberapa hal menyerupai pengertian nikel laterit, geologi dan proses pembentukannya dengan mengutip dari beberapa pendapat andal geologi sebelumnya. Tulisan ini juga akan mengupas sedikit perihal prospek keberadaan endapan nikel laterit di Sorowako, Bahodopi dan Pomalaa.


Pengertian Nikel Laterit

Istilah “laterite” atau laterit berasal dari bahasa Latin “later” yang berarti bata. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Buchanan Hamilton pada tahun 1807 untuk bongkahan-bongkahan tanah (earthy iron crust) yang telah dipotong menjadi bata (bricks) untuk bangunan dari orang Malabar – South Central India. Masyarakat Malabar mengenali material ini dalam bahasa mereka sebagai “brickstone” atau kerikil bata (dikutip dari Waheed Ahmad, 2006).

Sekarang ini, istilah “laterite” dipakai untuk pengertian residu tanah yang kaya akan senyawa oksida besi (sesquioxsides of iron) yang terbentuk dari tanggapan pelapukan kimia dengan kondisi air tanah tertentu. Untuk residu tanah yang kaya dengan oksida alumina (hydrated aluminium oxides) dinamakan “bauxite” atau bauksit. Makara secara umum sanggup dipahami bahwa batuan-batuan mafik yang mana mengandung lebih banyak Fe daripada Al cenderung akan membentuk laterit sedangkan batuan-batuan granitik dan argillik sebaliknya cendrung akan membentuk endapan bauksit sebab kandungan Al lebih banyak dari Fe-nya.

Secara umum, nikel laterit diartikan sebagai suatu endapan bijih nikel yang terbentuk dari proses laterisasi pada batuan ultramafik (peridotit, dunit dan serpentinit) yang mengandung Ni dengan kadar yang tinggi, yang pada umumnya terbentuk pada tempat tropis dan sub tropis. Kandungan Ni di batuan asal berkisar 0.28 % sanggup mengalami kenaikan menjadi 1 % Ni sebagai konsentrasi sisa (residual concentration) pada zona limonit (Waheed Ahmad, 2006). Proses laterit ini selanjutnya sanggup bermetamorfosis proses pengayaan nickel (supergene enrichment) pada zona saprolit sehingga sanggup meningkatkan kandungan nikel menjadi lebih besar dari 2 %.

Sebetulnya, disamping endapan nikel laterit, terdapat juga type endapan lain menyerupai yang dikenal dengan nama nikel sulfida yang mana terbentuk dari proses hidrothermal sehingga membentuk suatu cebakan/ endapan nikel dalam bentuk urat-urat (veins). Salah satu pola dari type endapan ini bisa ditemukan di tambang Sudbury-Kanada. Namun demikian, untuk goresan pena ini kita hanya ingin mengenal lebih jauh perihal nikel laterit itu sendiri, yang mana tersebar banyak di tempat Sorowako, Bahodopi dan Pomalaa.

Faktor Pembentuk Nikel Laterit

Menurut P Golightly, endapan nikel laterit berasal dari batuan beku yang kaya akan mineral olivin menyerupai batuan peridotit dan dunit. Nikel ini dihasilkan dari hasil pelapukan mineral olivin atau serpentin sebagai komposisi mineral utama dari batuan tersebut, atau bahkan  magnetite yang mengandung nikel. Jumlah kandungan nikel yang paling tinggi ditemukan dalam mineral olivine (Mg,Fe,Ni)2SiO4 yang mana berkisar 0.3 % nikel.

Beberapa faktor yang dianggap sangat menghipnotis proses penbentukan endapan nikel laterit ini adalah:
  • Kandungan dari batuan peridotite dan pola tektoniknya
  • Iklim
  • Topografi
  • Proses geomorfologi (bentuk bentangan alam)
Kesemua faktor ini berkaitan begitu kompleks dimana peranan secara individu dari masing-masing faktor sangat susah dibedakan. Kesemuanya bisa menghipnotis bentuk profil pelapukan secara individual berbeda, bentuk topografi dari “ore body” pada batuan peridotitnya dan bentuk secara umum dari residu nikel laterit tersebut.

Bentuk topografi/morfologi yang tidak curam tingkat kelerengannya, dimana endapan laterit masih bisa untuk ditopang oleh permukaaan topografi sehingga nikel laterit tersebut tidak hilang oleh proses pengikisan maupun ketidakstabilan lereng. Adanya flora epilog yang berfungsi untuk mengurangi tingkat intensitas pengikisan endapan laterit menyebakan endapan laterit tersebut relatif tidak terganggu.

Meskipun komposisi batuan asal memegang tugas penting untuk menghasilkan endapan laterit, kondisi iklim yang ada dan sejarah geologi yang berkenaan dengan proses pembentukan soil kesudahannya memegang peranan penting dalam mengontrol komposisi simpulan dari soil residu tersebut. Pelapukan dari batuan mafik pada kondisi iklim masbodoh cenderung akan membentuk endapan clay (lempung) sementara pada pelapukan yang tinggi dengan kondisi iklim panas dan lembab akan menyebakan laterit berkembang dengan baik.

Oleh sebab itu, supaya laterit tersebut sanggup berkembang dengan baik, berdasarkan Waheed Ahmad (2006), maka diharapkan beberapa kondisi seperti:
  • Keberadaan batuan yang mengandung besi Relatively high temperature (to aid in chemical attack)
  • Air tanah yang bersifat agak asam (slightly acidic) untuk membantu dalam reaksi kimia
  • Curah hujan yang tinggi untuk membantu pelapukan kimia dan menghilangkan unsure-unsur yang gampang larut (mobile elements)
  • Lingkungan oksidasi yang berpengaruh (untuk mengubah Fe2+ (FeO) menjadi Fe3+ (Fe2O3)
  • Proses pengayaan (supergene enrichments) untuk menghasilkan konsentrasi nikel dalam jumlah yang cukup tinggi.
  • Bentuk topografi yang sedang untuk melindungi laterit dari proses erosi
  • Waktu yang cukup untuk supaya laterit terakumulasi untuk ketebalan yang baik.

Penampang Laterit

Pembentukan penampang lapisan laterit sebagai hasil dari proses laterisasi memperlihatkan  urutan laterit yang tertua dari atas ke bawah. Secara umum penampang laterit sanggup dikategorikan menjadi:
  1. Zona limonit pada cuilan atas
  2. Zona saprolit pada cuilan tengah, dan
  3. Zona batuan dasar (bedrock) pada cuilan bawah.
Mengapa nikel laterit banyak terbentuk di tempat  √ Endapan Nikel Laterit Sorowako, Bahodopi, dan Pomalaa
Gambar 1. Bentuk sederhana penampang laterit (Waheed Ahmad, 2006).


Mengapa nikel laterit banyak terbentuk di tempat  √ Endapan Nikel Laterit Sorowako, Bahodopi, dan Pomalaa
Gambar 2. Bentuk ragam dari penampang laterit hubungannya dengan iklim
dan topografi (Waheed Ahmad, 2006).

Menurut Golithly, endapan laterit yang berkembang baik di tempat Sorowako sanggup dibedakan atas dua kategory yaitu:
  1. Endapat laterit yang berkembang pada batuan dasar (bedrock) yang tidak mengalami serpentinisasi (unserpentinized) yang dikenal dengan West type, dan
  2. Endapan laterit yang berkembang pada batuan dasar yang mengalami serpentinisasi 20% samapi 80% pada mineral olivinnya (East type).
Akibat dari perbedaan kedua kondisi lingkungan tersebut  menjadikan pekembangan bentuk penampang laterit yang berbeda pula (lihat gambar 3.).
Mengapa nikel laterit banyak terbentuk di tempat  √ Endapan Nikel Laterit Sorowako, Bahodopi, dan Pomalaa
Gambar 3. Penampang laterit Sorowako East Block dan West Block
secara lengkap (Waheed Ahmad, 2006).

Kondisi Geologi dan Pola Tektonik Endapan

Daerah Sorowako, bahodopi, Pomalaa dan sekitarnya merupakan cuilan mandala Sulawesi Timur yang tersusun oleh kompleks ofiolit, batuan metamorf, kompleks mélange dan batuan sediment pelagis. Kompleks ofiolit memanjang dari utara Pegunungan balantak ke arah tenggara Pegunungan Verbeek, yang disusun oleh batuan dunit, hazburgit, lerzolit, serpentinit, werlit, gabro, diabas, basalt dan diorite. Geologi regional dari pulau Sulawesi ini sanggup dilihat pada gambar 4.
Mengapa nikel laterit banyak terbentuk di tempat  √ Endapan Nikel Laterit Sorowako, Bahodopi, dan Pomalaa
Gambar 4.  Peta geologi dan struktur regional Sulawesi (Kadarusman dkk, 2004).

Batuan yang merupakan anggota Lajur Ofiolit Sulawesi Timur berupa batuan ultrabasa (Mtosu) yang terdapat di sekitar danau Matano, terdiri atas dunit, harzburgit, lherzolit, wehrlit, websterit dan serpentinit. Jenis batuan yang menyusun tempat Sorowako dan sekitarnya ini sangat menghipnotis keterdapatan dan penyebaran nikel laterit. Batuan dasar penyusun Sorowako dan sekitarnya ini merupakan batuan ultramafik yang mengandung nikel, cobal, besi, magnesium, dan silika. Jika batuan ini mengalami proses lateritisasi maka konsentrasi kadar nikel, kobal, basi, magnesium dan silica akan meningkat dalam zona laterit tertentu.

Struktur geologi banyak dijumpai pada tempat Sorowako dan sekitarnya, baik berupa sesar, lipatan maupun kekar (Gambar 4). Secara umum sesar yang terdapat di tempat ini berupa sesar naik, sesar sungkup, sesar geser dan sesar turun; yang diperkirakan mulai terbentuk semenjak Mesozoikum. Sesar matano dan sesar Palu Koro merupakan sesar utama yang terdapat pada tempat ini.

Kondisi Iklim

Daerah Sorowako, Bahodopi, dan Pomalaa juga merupakan tempat yang mengalami perubahan temperature yang kontras dan bercurah hujan yang tinggi, sehingga batuan penyusunnya gampang mengalami pelapukan mekanis. Pelapukan mekanis atau disebut juga disintegrasi sanggup mengubah ukuran batuan atau partikel batuan menjadi semakin kecil. Perubahan ukuran batuan yang semakin kecil ini mengakibatkan luas permukaan batuan yang mengalami kontak dengan agen-agen proses laterisasi menjadi semakin luas sehingga jumlah laterit yang dihasilkan juga semakin besar.

Keberadaaan nikel laterit di tempat Sorowako dan sekitarnya juga sangat dipengaruhi oleh pelapukan kimia dan sirkulasi air tanah. Semakin tinggi tingkat pelapukan kimia dan sirkulasi air tanahnya maka jumlah lateritpun akan semakin besar. Menurut Ollier, 1966, pelapukan kimia yang bekerjasama dengan proses laterisasi terdiri atas pelarutan, oksidasi-reduksi, hidrasi, karbonasi, hidrolisis dan desilisikasi. Proses pelapukan kimia dan sirkulasi air tanah terutama yang bersifat asam pada batuan ultramafik, akan mengakibatkan terjadinya penguraian magnesium, nikel, besi, dan silica pada mineral olivin, piroksin, maupun serpentin yang membentuk larutan yang kaya dengan unsur-unsur tersebut (Waheed Ahmad, 2006).

Penyebaran Endapan dan Pendekatan Konsep Ekplorasi

Pulau Sulawesi dengan kondisi geografis, iklim, topografi, geologi dan tektonik mempunyai potensi sebaran nikel laterit dibeberapa tempat di lengan timur Sulawesi. Dapat dipahami bahwa keberadaan endapan ini terkait dengan beberapa faktor tersebut diatas. Pada Kenyataannya, proses pengkayaan nikel dari sampai menjadi suatu endapan yang bernilai hemat sangat tergantung banyak sekali macam kombinasi faktor yang cukup kompleks.

Oleh sebab itu, pendekatan dari konsep eksplorasi endapan ini secara umum dipahami bahwa endapan ini berasosiasi terhadap batuan-batuan ultramafik yang kaya akan mineral-mineral ferromagnesian yang mengandung nikel. Bentuk bentangan alam (morphology) dan struktur gelologi yang berkembang serta kondisi iklim merupakan satu informasi yang sangat penting untuk bagi para explorer (geologist) untuk menindak lanjuti potensi keterdapan endapan nikel laterit tersebut.


Dari bahasan sebelumnya, disimpulkan bahwa endapan nikel yang banyak terbentuk di tempat Sorowako, Bahodopi dan Pomalaa sebab sangat didukung oleh kondisi geologi dimana batuan penyusun tempat terdiri dari batuan ultramafik yang mengandung nikel. Endapan nikel dari hasil pelapukan batuan tersebut banyak mengalami proses pengayaan sebab dipengaruhi oleh beberapa faktor lain menyerupai cuaca dan topografi serta kondisi fisik batuan yang terpengaruh oleh adanya struktur geologi yang berkembang cukup intensif di tempat ini. Masing-masing faktor ini akan memperlihatkan bantuan yang cukup signifikan dengan proporsi yang berbeda dan kompleks sehingga akan meghasilkan penampang laterit sangat bervariasi untuk suatu tempat maupun dengan tempat yang lain.

Pendekatan explorasi yang dilakukan oleh para geologist dengan melaksanakan pemetaan geologi untuk mendapat informasi mengenai kondisi batuan penyusun, bentuk topography dan struktur geologi akan memperlihatkan informasi awal perihal potensi endapan nikel laterit dari suatu tempat yang diteliti.

Sumber http://www.geologinesia.com

Saturday, April 21, 2018

√ Fasies Gunungapi Menurut Stratigrafi

Seperti yang kita ketahui, fasies gunung api terdiri atas fasies sentral, fasies proksimal, fasies medial, dan fasies distal. Pada gunung api muda, berumur Kuarter - masa kini, pembagian fasiesnya relatif gampang lantaran didukung oleh bentuk bentang alam berupa kerucut komposit yang masih sangat jelas. Fasies sentral terletak di daerah puncak, fasies proksimal di lereng atas, fasies medial di lereng bawah, dan fasies distal berada di kaki dan dataran di sekelilingnya. Sedangkan untuk gunungapi purba, berumur Tersier atau lebih tua, dimana bentuk kerucut kompositnya sudah tidak jelas, sehingga identifikasi fasies gunungapi perlu diteliti menurut pada pendekatan analisis inderaja-geomorfologi, stratigrafi batuan gunungapi, vulkanologi fisik, struktur geologi, serta petrologi-geokimia. Pembahasan kali ini akan akan lebih fokus kepada identifikasi Fasies Gunungapi menurut Stratigrafi Batuan Gunungapi.

Fasies Sentral ; fasies ini gotong royong merupakan bukaan keluarnya magma dari dalam bumi ke permukaan. Oleh lantaran itu daerah ini akan dicirikan oleh asosiasi batuan beku yang berupa kubah lava dan banyak sekali macam batuan terobosan semi gunung api (subvolcanic intrusions) menyerupai halnya leher gunung api (volcanic necks), sill, retas, dan kubah bawah permukaan (cryptodomes). Batuan terobosan dangkal tersebut sanggup ditemukan pada dinding kawah atau kaldera gunung api masa kini, atau pada gunung api purba yang sudah tererosi lanjut. Selain itu, lantaran daerah bukaan mulai dari conduit atau diatrema hingga dengan kawah merupakan lokasi terbentuknya fluida hidrotermal, maka hal itu menjadikan terbentuknya batuan ubahan atau bahkan mineralisasi. Apabila pengikisan di fasies sentral ini sangat lanjut, batuan bau tanah yang mendasari batuan gunung api juga sanggup tersingkap.

Fasies Proksimal ; fasies ini merupakan daerah gunung api yang paling bersahabat dengan lokasi sumber atau fasies pusat. Asosiasi batuan pada kerucut gunungapi komposit sangat didominasi oleh perselingan fatwa lava dengan breksi piroklastika dan aglomerat (Gambar 1 dan 2). Kelompok batuan ini sangat resistan, sehingga biasanya membentuk timbulan tertinggi pada gunungapi purba.

Baca juga artikel lainnya dibawah ini yang membahas mengenai "Gunungapi" :


 fasies gunung api terdiri atas fasies sentral √ Fasies Gunungapi menurut Stratigrafi
Gb 1. Perlapisan fatwa lava dan breksi gunungapi pada fasies proksimal G. Galunggung.

 fasies gunung api terdiri atas fasies sentral √ Fasies Gunungapi menurut Stratigrafi
Gb 2. Perlapisan fatwa lava bab dari fasies proksimal gunung api Tersier Gunungkidul.

Fasies Medial ; lantaran sudah lebih menjauhi lokasi sumber, fatwa lava dan aglomerat sudah berkurang, tetapi breksi piroklastika dan tuf sangat dominan, dan breksi lahar juga sudah mulai berkembang. Sebagai daerah pengendapan terjauh dari sumber.

Fasies Distal ; fasies ini didominasi oleh endapan rombakan gunung api menyerupai halnya breksi lahar, breksi fluviatil, konglomerat, batupasir, dan batulanau. Endapan primer gunung api di fasies ini umumnya berupa tuf. Ciri-ciri litologi secara umum tersebut tentunya ada kekecualian apabila terjadi letusan besar sehingga menghasilkan endapan fatwa piroklastika atau endapan longsoran gunung api yang melampar jauh dari sumbernya. Pada pulau gunung api ataupun gunung api bawah laut, di dalam fasies distal ini batuan gunung api sanggup berselang-seling dengan batuan non gunung api, menyerupai halnya batuan karbonat.

Written by: Flyshgeost
Sumber: Sutikno Bronto, dalam Jurnal Geologi Indonesia, Vol 1 No.2, Juni 2006.

Sumber http://www.geologinesia.com

Wednesday, April 18, 2018

√ Daerah Akumulasi Emas Aluvial (Placer)

Daerah-daerah sungai yang terlalu rendah bukanlah merupakan tempat yang favorit bagi akumulasi emas aluvial (placer), demikian juga dengan kawasan hulu sungai. Hal ini alasannya di tempat-tempat tersebut suplai material sumber terbatas. Daerah yang paling anggun yaitu kawasan pertengahan antara hulu dan hilir sungai.

Ketika ajaran air sungai melintasi “lantai” lembah yang licin, maka butiran-butiran emas serta gravel-gravelnya akan melintas dengan cepat tanpa atau hanya sedikit sekali mempunyai kesempatan untuk terendapkan. Tetapi kalau suatu sungai atau belum dewasa sungainya mencapai lembah dengan gradien yang agak landai, maka tercapai kondisi yang ideal untuk terjadinya pengendapan dan pengkonsentrasian emas sehingga sanggup membentuk deposit yang bernilai ekonomis.


Di kawasan sungai bermeander dengan kecepatan ajaran yang tinggi, ajaran tercepat berada pada bab luar meander. Sedangkan ajaran yang lambat berada di sisi sebaliknya. Perpotongan keduanya, di mana endapan gravel terbentuk, merupakan tempat yang favorit bagi pengendapan butiran emas. Dengan terjadinya migrasi lateral dari meander tersebut, maka "pay streak" akan tertutupi dan kesudahannya “berpindah” jauh dari "stream channel" asalnya. "Pay streak" adalah area akumulasi mineral-mineral berat akhir pertemuan ajaran yang deras dengan ajaran yang lambat.
daerah sungai yang terlalu rendah bukanlah merupakan  √ Tempat Akumulasi Emas Aluvial (Placer)
Gambar beberapa model akumulasi emas aluvial pada sungai.

Sebenarnya, emas aluvial (placer) tidak terbentuk di meander-meander hilir dari suatu sungai tua, alasannya kecepatan alirannya tidak memungkinkan untuk bisa mentransport mineral-mineral berat ibarat emas. Ketika sungai memotong batuan berlapis yang sangat miring atau vertikal, ibarat watu slate, sekis, atau perselingan lapisan yang garang dan halus, maka lapisan yang garang cenderung akan menonjol ke atas, sedangkan yang halus akan terpotong.

Proses tersebut diatas akan membentuk “riffles”. Bentuk "riffles" ini ibarat dengan potongan-potongan kayu yang dipaku di bab dasar sluice box untuk memisahkan emas pada proses "sluicing". Riffle-riffle alami ini merupakan perangkap yang sangat anggun untuk menjebak butiran emas, dan bisa membentuk “bonanza” (endapan plaser yang sangat besar dan kaya).

Pada ketika material-material dibawa oleh anak sungai yang beraliran cepat masuk ke sungai induk yang beraliran lambat, maka material-material tersebut akan terakumulasi dengan kecepatan yang menurun, dalam bentuk "pay streak" di sisi sungai yang terdekat. Jika sungai memotong lode (tubuh batuan yang termineralisasi), dan melewati bab lode yang sudah terkorosi (lapuk), maka "pay streak" akan menyebar sepanjang channel sungai di sisi hilir dari lode tersebut.


Butiran emas akan cenderung mengambil posisi di jalur "pay streak". Proses ini bisa dijadikan indikasi untuk memilih hulu di mana emas berasal, dan kemudian akan mencirikan “lode induk” di kawasan sekitarnya. Dari sinilah para geologi juga bisa menemukan emas primer yang bernilai tinggi.

Akumulasi emas aluvial menuntut adanya kondisi kesetimbangan yang kontinyu antara kecepatan sungai dengan akumulasi gravel. Gravel-gravel dihentikan terlalu tebal, harus bergerak secara lamban ke arah hilir, dan harus betul-betul terendam secara keseluruhan dalam air. Ada ataupun tidaknya kondisi ibarat ini di suatu sungai sangat memilih nilai irit suatu "pay streak" dan jarang-tidaknya disseminasi emas.

Sumber http://www.geologinesia.com

Monday, April 16, 2018

√ Pengertian, Persamaan, Dan Perbedaan Melange Dengan Olistostrome

Pengertian Melange

Melange adalah batuan yang terbentuk dengan cara seluruhnya tercampur akhir berada diantara 2 kerak bumi yang bergerak. Batuan melange (berasal dari bahasa Perancis, artinya campur-aduk). Melange biasanya berasosiasi dengan zona penunjaman (zona subduksi). Bahan pembentuk melange sanggup berwujud batuan basal yang ada di dasar bahari dan batuan sedimen. Melange merupakan kelompok batuan Pra Tersier dari banyak sekali jenis dan umur dari komponen batuannya yang berbeda-beda (berkisar antara 120 – 65 jt tahun).


Pada zona penunjaman (subduksi), kerak samudra yang menunjam di bawah kerak benua akan menghasilkan tabrakan antar kedua kerak dan menciptakan blok-blok batuan yang ada disekitarnya runtuh, tercampur aduk, dan ter-deposisi di sepanjang zona subduksi tersebut. Akibat makin dalamnya (tebal) gabungan batuan tersebut, suhu dan tekanan akan meningkat, sehingga menghasilkan batuan yang disebut melange. Karena pembentukannya juga dipengaruhi oleh suhu dan tekanan, melange sering dimasukan sebagai salah satu jenis batuan metamorf (?). Melange tidak mempunyai perlapisan yang terang dan komponen pembentuknya beraneka ragam.

Ciri utama melange yaitu tersusun atas fragmen atau blok batuan ofiolitik, batuan metamorf berderajat tinggi, dan batuan metasedimen yang telah bercampur dalam massa dasar lempung yang tergerus (pervasively sheared). Dapat terlihat rekahan gerus dengan permukaan berupa cermin sesar (slickenside) dan blok batuan exotic serta native yang mengambang dalam massa dasar yang lebih halus (berupa lempung berwarna abu–abu sampai gelap).

Pengertian Olistostrome

Olistostrome adalah batuan sedimen yang terdiri atas material-material yang bercampur aduk akhir longsoran di bawah permukaan laut. Komponen penyusun olistostrome berupa blok-blok batuan sedimen dan lumpur. Kelompok batuan olistotrome sanggup berupa fragmen-fragmen batuan (olistolith atau exotic block) yang mengambang dalam massa dasar lempung. Olistostrome juga tidak mempunyai perlapisan yang jelas, tetapi ada semacam perulangan susunan batuan pada skala yang lebih besar (tebal).

Olistostrome juga sanggup disebut sebagai sedimentary melange, dikarenakan proses terbentuknya yang berada di cekungan-cekungan hasil proses deformasi pada batuan melange. Karena itu, pada rekaman stratigrafi, kelompok batuan melange akan berada di bawah kelompok batuan olistotrome.


Olistostrome merupakan sebuah unit stratigrafi yang pada umumnya dibedakan antara gugusan yang ada di atasnya dengan di bawahnya oleh kontak deposisional. Akan tetapi dengan adanya chert, ophiolite, batuan metamorf, dan batuan sedimen yang didominsasi matrik pelitik, yang tertembus dan terpotong, sehingga memungkinkannya disebut sebagai olistostrome yang tergerus.

Persamaan dan Perbedaan Melange dengan Olistostrome

Huruf "e" (yang pertama) pada kata melange dan olistostrome mengandung pengertian sebagai mixture (campuran). Istilah ini berasal dari penggunaan apostrof Perancis. Baik melange maupun olistostrome merupakan percampuran batuan aneka jenis dan aneka asal, sehingga keduanya akan selalu mempunyai blok-blok fragmen batuan aneka ukuran dan aneka jenis yang terkepung oleh matrix halus (struktur "blocks in matrix"). Struktur "blocks in matrix" ini diakibatkan acara longsoran di lereng palung (inner wall of trench), baik itu melalui proses lengseran, longsoran, maupun delapsi.
 batuan yang terbentuk dengan cara seluruhnya tercampur akhir berada diantara  √ Pengertian, Persamaan, dan Perbedaan Melange dengan Olistostrome
Gambar melange dan olistostrome.

Sampai pada proses diatas, batuan yang terbentuk akan disebut sebagai olistrostrome. Kemudian, apabila batuan tersebut sudah ter-tektonisasi, maka batuan akan disebut melange. Hal ini diindikasikan dengan matrix-nya yang sudah menjadi "scally clay" atau serpih yang mengersik (sheared matrix). Selain itu, sebagian fragmen dan matrix juga sudah mengalami metamorfosa dan "boudinage". Baik Olistostrome dan melange sanggup dijumpai pada wilayah yang sama. Keduanya merupakan bukti primer pada zona konvergen antar lempeng.

Sumber http://www.geologinesia.com

Sunday, April 15, 2018

√ Geologi Dalam Sebotol Air Kemasan

Sejarah Air Kemasan

Nilai hemat dari sebuah "air khusus" pertama kali diberdayakan di Eropa pada simpulan periode 1700-an. Pada ketika itu, orang-orang mulai mengunjungi mata air alami untuk minum ataupun mandi pribadi dari sumbernya. Kemudian pada tahun 1767, "Spa Jackson" di Boston mulai melaksanakan pembotolan air (air kemasan) yang kemudian menjadi terkenal hingga ketika ini. Hal ini memungkinkan orang untuk saling menyebarkan air dengan orang-orang di wilayah lain dalam cakupan yang luas.

Baca juga: Jenis dan Karakteristik Akuifer Air Tanah

Pada masa kemudian (saat awal terciptanya industri air), "air mineral" dan "mata air" ialah jenis yang paling terkenal dari sebuah air kemasan. Banyak orang percaya bahwa "air mineral" mempunyai dampak pengobatan dan bahwa "mata air" mempunyai kemurnian istimewa alasannya ialah muncul dari dalam tanah dan sama sekali belum tercemarkan. Industri air kemasan lahir dari kondisi yang demikian, dan mereka menjadi faktor penentu untuk mendapat sebuah laba yang besar.

 pertama kali diberdayakan di Eropa pada simpulan periode  √ Geologi Dalam Sebotol Air Kemasan
Gambar ilustrasi botol air kemasan.

Air dari Sumber Geologi

Beberapa botol air yang khusus diproduksi dan dipasarkan berasal dari sumber air alami. Hal ini telah diatur oleh Depertemen Kesehatan (DEPKES) dan seharusnya ini diberi label sesuai dengan definisinya. Dibawah ini ialah beberapa identitas umum dari air yang harus kita kenali.

Air Mineral (Mineral Water)

"Air Mineral" ialah air alami yang dihasilkan dari sumur atau mata air yang secara alami mengandung setidaknya 250 bab per juta dari total padatan atau mineral terlarut. Padatan terlarut sanggup dianggap sebagai sebuah impuritas (pengotor). Namun, beberapa orang percaya bahwa mineral terlarut sanggup menawarkan manfaat kesehatan tertentu.

Akan tetapi bahwasanya hanya sedikit penelitian resmi yang mengungkap manfaat kesehatan dari air mineral yang dihasilkan dari sebuah sumber yang alami. Jadi, sebaiknya DEPKES tidak memperbolehkan produsen untuk menambahkan "mineral tambahan" ke dalam air ataupun mengklaim bahwa air mineral terbukti menawarkan "manfaat kesehatan khusus".

Mata Air (Spring Water)

"Mata Air" harus dihasilkan dari mata air alami. Musim hujan ialah ketika terbaik di mana air mengalir secara alami ke permukaan bumi. Di masa lalu, banyak orang percaya bahwa mata air ialah sebuah hal yang istimewa alasannya ialah muncul dari tanah dan tidak pernah digunakan sebelumnya. Namun, ketika ini proses yang membentuk mata air telah banyak dipahami dengan baik, dan air yang mengalir dari dalam tanah hanyalah air dengan kualitas biasa saja.

Air Artesis (Artesian Water)

"Air Artesian" ialah air yang dihasilkan dari sumur artesis. Untuk sanggup hingga ke permukaan, air yang berada dalam akuifer (unit batuan di bawah permukaan yang sanggup menampung dan mengirimkan air) harus berada di bawah tekanan alami yang cukup untuk menciptakan air sanggup naik hingga ke permukaan. Meskipun ini merupakan sebuah kondisi geologi yang menarik, tapi air artesis juga tidak mempunyai materi kimia khusus yang sanggup digunakan untuk pengobatan khusus.

Air Murni Bersoda (Sparkling Water)

"Air Murni Bersoda" dihasilkan dari mata air atau sumur yang secara alami mengandung karbon dioksida terlarut, sehingga air secara alami berkarbonasi. Banyak produsen air kemasan sanggup mengganti karbon dioksida yang hilang selama proses tersebut, tetapi tidak akan se-murni ketika gres muncul dari bawah permukaan tanah. Meskipun ini juga merupakan kondisi geologi yang langka, tetapi tetap saja air tersebut belum sanggup menjadi produk yang menawarkan manfaat kesehatan khusus.

Air Tanah dan Air Sumur (Groundwater & Well Water)
"Air tanah" dan "air sumur" ialah istilah yang digunakan untuk air yang dihasilkan dari sumur yang menembus permukaan air (water table) di bawah tanah. "Water table" merupakan level air bab atas pada tanah atau batuan yang semua ruang porinya terisi oleh air. Banyak sistem pengairan di kota menghasilkan air dari sini. Tidak ada yang khusus wacana air ini, alasannya ialah Jenis air ini tidak mempunyai sifat alami yang menciptakan mereka unggul digunakan di bidang komersial lainnya, selain hanya berkhasiat untuk dikomsumsi masyarakat dengan cara mengambil pribadi dari keran setiap harinya.

 pertama kali diberdayakan di Eropa pada simpulan periode  √ Geologi Dalam Sebotol Air Kemasan
Penampang air sumur yang bersumber dari air tanah.

Kegunaan dan Manfaat Air

Penggunaan paling utama dari air minum kemasan ialah sebagai sumber pasokan darurat. Ketika pasokan air alami terputus atau terkontaminasi, air minum kemasan sering menjadi sumber ketersediaan alternatif. Banyak individu, keluarga, perusahaan, organisasi, forum pemerintah, dan militer memakai air dalam kemasan botol untuk penggunaan darurat.

Air tidak mempunyai kalori, tidak mengandung gula terlarut, tidak mengandung alkohol, dan kafein. Jika Anda secara teratur minum air sebagai pengganti soda, bir, kopi, atau teh, Anda telah menciptakan contoh hidup yang sehat.

Dengan meminum air murni (yang bukan teh atau kopi) maka sanggup menurunkan asupan kafein Anda. Memuaskan dahaga Anda dengan air (bukannya bir) maka akan menciptakan Anda terhindar dari duduk kasus kesehatan serius, bahkan duduk kasus sosial (mabuk dan merusak). Menghindari minuman yang cantik sanggup menurunkan berat tubuh dan mencegah kerusakan gigi. 

Dalam sebuah botol air ataupun setetes air dari keran sanggup menghasilkan beberapa manfaat yang nyata. Jadi, mulailah berpikir air sebagai minuman alternatif alasannya ialah air kemasan maupun air dari keran kedua-duanya menyehatkan, dengan syarat belum tercemar. Meminum air murni akan lebih menghemat uang dan melestarikan lingkungan. Bayangkan jikalau anda hanya mengkomsumsi bir, kopi atau teh? berapa uang yang harus anda habiskan tiap harinya.

Sumber http://www.geologinesia.com

Saturday, April 14, 2018

√ Pengertian, Syarat, Dan Proses Terjadinya Geyser

Pengertian Geyser

Geyser yakni celah/lubang pada permukaan bumi yang menyemburkan kolom air panas bercampur uap secara berkala. Istilah geyser berasal dari kata "geysir" dari Haukadalur, Islandia. Kata itu lalu berubah menjadi kata kerja bahasa Islandia yaitu "gjósa" yang artinya "menyembur". Geyser merupakan fenomena menakjubkan alasannya yakni beberapa geyser mempunyai volume semburan air panas hingga ribuan liter, dengan jangkauan semburan hingga puluhan meter di udara.

Geyser "Old Faithful" yakni salah satu geyser yang populer di dunia. Geyser ini berada di Yellowstone National Park (USA). "Old Faithful" menyemburkan ribuan liter air panas setiap 60 hingga 90 menit, dengan jangkauan semburan ke udara sekitar 30-70 meter.

Baca juga : Kaldera Gunungapi dan Proses Pembentukannya

 yang menyemburkan kolom air panas bercampur uap secara terjadwal √ Pengertian, Syarat, dan Proses Terjadinya Geyser
Gambar geyser old faithful dan geyser streamboat.

Syarat Terjadinya Geyser

Geyser yakni fitur yang sangat langka, mereka hanya terjadi pada kondisi yang kebetulan. Di seluruh dunia hanya ada sekitar 1000 geyser, dan kebanyakan dari mereka berada di Yellowstone National Park (USA). Syarat terjadinya geyser yakni sebagai berikut :
  1. Ada batuan panas (hot rocks) di bawah permukaan
  2. Sumber air tanah yang cukup
  3. Ada reservoir air di bawah permukaan
  4. Ada celah/lubang untuk mengeluarkan air ke permukaan


Dimanakah Geyser Dapat Dijumpai ?

Sebagian besar geyser di dunia terjadi hanya pada lima negara, yaitu Amerika Serikat, Russia, Chile, Selandia Baru, dan Islandia. Semua lokasi ini berkaitan dengan adanya acara geologi berupa gunung berapi dan sumber batuan panas (hot rocks) di bawahnya.

Selain Geyser "Old Faithful", dikenal juga geyser yang masih aktif dengan semburan tertinggi di dunia yaitu Geyser "Steamboat" yang juga berada di Yellowstone National Park. Beberapa semburan geyser ini sanggup mencapai ketinggian 122 meter di udara. Geyser ini telah meletus dan menyemburkan air panas mendidih sekitar 10 kali selama 20 tahun terakhir.

Sebelum geyser "Steamboat", Geyser "Waimangu" di Selandia Baru dinobatkan menjadi geyser tertinggi di dunia alasannya yakni semburannya yang spektakuler hingga 488 meter di udara. Sayangnya, tanah longsor yang terjadi disekitar celah geyser tersebut telah mengubah hidrologi Waimangu, sehingga geyser tersebut belum pernah meletus lagi semenjak tahun 1902.

Proses Terjadinya Geyser

Untuk memahami bagaimana geyser bekerja, kita harus terlebih dahulu memahami kekerabatan antara air dan uap. Uap dihasilkan ketika air dipanaskan hingga pada titik didihnya. Ketika air terkonversi menjadi uap pada kondisi permukaan maka uap akan menempati sebuah ruang dengan volume sekitar 1600 kali lebih banyak dibandingkan air. Letusan geiser dipengaruhi oleh "ledakan uap" ketika air mendidih dan secara cepat berekspansi ke bentuk uap sehingga menghasilkan tingkat kepadatan volume yang sangat besar.

Air tanah (yang belum panas/masih dingin) yang berada di erat permukaan bumi akan merembes masuk lebih ke bawah permukaan hingga mendekati sebuah sumber panas (magma chamber). Selanjutnya air tanah tersebut akan terpanaskan hingga mencapai titik didihnya. Namun, alasannya yakni lokasi pemanasan berada jauh dibawah permukaan bumi (tekanan semakin besar) maka pada ketika air mencapai titik didihnya tidak akan terjadi pembentukan uap, kondisi ini dikenal sebagai "superheated". "superheated" yakni kondisi dimana air yang telah mencapai titik didihnya tidak sanggup berubah wujud menjadi uap alasannya yakni tekanan disekitarnya yang tinggi (high confining pressure).

Baca juga : Geologi dalam Sebotol Air Kemasan

Ketika terdapat celah/lubang yang menghubungkan permukaan bumi (udara) dengan bawah permukaan (lokasi terjadinya superheated) maka "high confining pressure" akan berkurang. Kondisi ini menyebabkan air akan berekspansi menjadi uap dalam volume yang besar sehingga menghasilkan ledakan air bercampur uap yang menyembur keluar melewati celah/lubang ke permukaan bumi. Inilah yang menyebabkan terjadinya geyser.

Sumber http://www.geologinesia.com