Saturday, March 24, 2018

√ Teladan Pidato Isra Miraj Bahasa Indonesia Terbaru

Contoh Pidato Isra Miraj Bahasa Indonesia Terbaru – Pidato yaitu suatu acara penyampaian pendapat, ide, serta gagasan secara ekspresi oleh seorang pembicara kepada khalayak ramai. Berikut ini yaitu pola pidato yang dibawakan oleh seorang pembicara dengan tema isra’ mi’raj :


Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Yang saya hormati, Bapak ketua RT beserta istri.

Yang saya hormati para panitia penyelenggara dan hadirin yang telah hadir pada peringatan Isra Mi’raj yang jatuh pada hari ini.


Pertama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT dimana berkat rahmat-Nya kita sanggup berkumpul di daerah ini dalam keadaan sehat. Shalawat serta salam tidak lupa kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.


Pada kesempatan ini saya memberikan terimakasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk memberikan beberapa hal mengenai bencana Isra Mi’raj dan nasihat yang sanggup kita petik darinya.


Hadirin yang dirahmati Allah,


Ada bermacam-macam bencana yang Allah tampakkan maupun tidak dan tercatat di dalam Al-Qur’an ataupun disampaikan melalui para Rasul. Terkadang beberapa bencana memang tidak sanggup diterima secara logika, namun harus diyakini alasannya yaitu itu merupakan bab dari bentuk keimanan kita. Sebagai pola yaitu pristiwa yang terjadi bertepatan dengan hari ini, yakni Isra Mi’raj yang menjadi bukti kekuasaan Allah SWT.


Hadirin yang dirahmati Allah,


Peristiwa Isra Mi’raj merupakan perjalanan Rasulullah SAW yang diberangkatkan oleh Allah SWT dari masjidil Haram ke masjidil Aqsa hingga kemudian diangkat ke Sidratul Muntaha di langit ke tujuh. Sidratul Muntaha sendiri yaitu sebuah pohon bidara yang menandai simpulan dari langit ke tujuh, sebuah batas di mana makhluk tidak sanggup melewatinya. Perjalanan Rasulullah SAW ini berdasarkan al-Maududi dan lebih banyak didominasi ulama terjadi pada periode simpulan Rasul berada di Mekkah sebelum kemudian hijrah ke Madinah atau dikenal dengan sebutan tahun tahun pertama sebelum hijrah yakni antara 620-621 M. Namu pendapat lain menyebutkan bahwa keberangkatan Rasul yaitu pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian. Pendapat ini dikemukakan oleh al-Allamah al-Manshurfuri dan menjadi pendapat yang paling populer.


Hadirin yang dirahmati Allah,


Perjalanan yang dilakukan Rasulullah SAW dilakukan bersama Jibril dengan menaiki Buraq, makhluk Allah SWT yang diciptakan dari cahaya dan berfungsi sebagai tunggangan. Berdasarkan beberapa hadits Buraq mempunyai beberapa ciri, yakni berbentuk menyerupai binatang tunggangan dan bisa diikat layaknya binatang tunggangan lainnya, mempunyai ukuran yang lebih tinggi dari keledai dan lebih tinggi dari bighal (hasil perkawinan antara kuda dan keledai), berwarna putih, serta langkah kakinya sejauh ujung pandangannya.


Peristiwa ini dimulai dari berangkatnya Rasul dan malaikat Jibril ke Madinah, daerah dimana Rasul kemudian berhijrah, dilanjutkan ke daerah pemberhentian Nabi Musa dikala lari dari Mesir yakni Syajar Musa (Masyan), kemudian kembali ke Tunisia daerah Nabi Musa mendapatkan wahyu, kemudian ke Baitullahmi (Betlehem) daerah kelahiran Nabi Isa AS. Kemudian di samping Ka’bah terjadilah bencana pembelahan dada Nabi Muhammad untuk disucikan dengan air Zamzam oleh Malaikat Jibril sebelum berangkat ke Masjidil Aqsha di Yerussalem sebagai kiblat nabi-nabi terdahulu. Ketika hingga di Yerussalem Jibril menurunkan Rasulullah SAW dan menambatkan kendaraannya. Saat Rasul memasuki masjid ternyata telah menunggu para nabi dan rasul untuk diimami oleh baginda Rasulullah Muhammad SAW. Rasul pun bertanya pada Jibril ihwal mereka dan Jibril pun menjelaskannya hingga alhasil Rasul mengimami mereka untuk melakukan shalat sunnah dua rakaat.




style="display:inline-block;width:336px;height:280px"
data-ad-client="ca-pub-1973764693216878"
data-ad-slot="5881289326">


Selepas sholat dua rakaat, Jibril menawari Rasul dengan dua jenis minuman, arak dan susu. Rasul kemudian menentukan susu dan meminumnya hingga Jibril berkata, “Engkau telah menentukan kesucian”. Kemudian Jibril mengarahkan Rasul menuju ke sebuah kerikil besar,yang kemudian terlihat sebagai tangga yang sangat indah, pangkalnya di Maqdis dan ujungnya menyentuh langit. Jibril dan Rasul pun melanjutkan perjalanan dengan menaiki tangga tersebut ke langit ke tujuh dan Sidratul Muntaha. Dikisahkan bahwa dalam perjalanannya, Rasul menjumpai beberapa Nabi terdahulu sehingga ia bisa menggambarkan bagaimana perwujudan mereka. Pada perjalanan menuju menghadap Allah, Rasul tidak lagi ditemani oleh Jibril. Saat perjumpaannya dengan Allah SWT, Rasul mendapatkan perintah untuk membertiahukan ummatnya semoga melakukan shalat 50 waktu dalam sehari. Rasul pun mendapatkan perintah tersebut dan turun dengan penuh ketaatan. Setibanya ia di langit ke enam, dia bertemu kembali dengan Musa AS dan terjadilah percakapan mengenai apa yang diperintahkan Allah SWT kepada Rasulullah SAW. Musa lantas menyuruh Rasul SAW untuk kembali kepada Allah dan meminta dispensasi mengenai jumlah waktu shalat dalam sehari. Allah SWT pun mengabulkan dan perintah shalat diturunkan menjadi 45 kali dalam sehari. Namun dalam kisahnya, Rasul beberapa kali menghadap Allah untuk meminta dispensasi yang lebih lagi hingga alhasil perintah shalat menjadi 5 kali dalam sehari.


Hadirin yang dirahmati Allah,


Jika kita melihat lagi rentetan bencana yang dialami oleh baginda Rasul Muhammad SAW terang hal itu bukan merupakan sesuatu yang sanggup diterima dengan gampang oleh budi kita. Dikisahkan perjalanan yang begitu panjang sanggup ditempuh hanya dalam waktu semalam. Hal ini terang memicu pengingkaran bagi kaum yang mengagungkan logikanya saja dalam menguji kebenaran sebuah agama. Karenanya pada kenyataanya budi tidak jarang berbenturan dengan agama. Di sinilah perlunya iman, yakni keyakinan yang menciptakan kita percaya bahwa ada kekuatan besar yang “bekerja” di dunia ini.


Selanjutnya, Isra Mi’raj menjelaskan kepada kita betapa Rasulullah senantiasa mengajarkan kebaikan pada ummatnya hingga dikala dihadapkan pada pilihan kenikmatan dan kebaikan, arak dan susu, dia menentukan susu sebagai simbol kebaikan dan kebenaran. Beliau memberi pola kasatmata bahwa keteladanan dengan menawarkan pola kasatmata yaitu hal yang paling ampuh dalam membimbing ummatnya. Rasul tidak terlena dengan pilihan yang disediakan, layaknya kondisi dikala dia menentukan hidup sederhana padahal kemewahan menantinya. Sungguh beliaulah Uswatun Hasanah sepanjang masa.


Selain itu bencana Isra Mi’raj yang menjadi titik awal diturunkannya perintah shalat juga menjadi bukti dari bentuk kecintaan Rasul pada ummatnya. Beliau tidak menghendaki adanya kesusahan atas ummatnya. Ia rela menghadap Allah SWT berkali-kali untuk meminta pengurangan jumlah bilangan waktu shalat dalam sehari. Hingga alhasil bilangan shalat menjadi jauh lebih sedikit dari yang diperintahkan oleh Allah SWT. Sungguh Rasul SAW menginginkan kemudahan-kemudahan atas ummatnya. Oleh alasannya yaitu itu sudah semestinya dispensasi itu menciptakan kita tidak lagi berat dalam menjalankan kewajiban shalat lima waktu dan menambah kecintaan kita terhadap Rasulullah SAW.


Demikianlah yang sanggup saya sampaikan. Atas kesalahan saya mohon ampun kepada Allah dan kepada hadirin sekalian saya mohon maaf. Wallahu a’lam bish showab.


Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.


Baca Juga:


Contoh Pidato Untuk Anak SD Terbaru

Contoh Resensi Buku Pengetahuan Terbaru

Tajuk Rencana – Pengertian, Ciri, dan Contoh



Sumber https://ruangseni.com