Sunday, May 6, 2018

√ Basa-Basi Candaan Yang Berujung Bullying | Aku Kebal Buli

Basa-basi merupakan hal yang lumrah dikalangan masyarakat, dengan basa basilah seseorang sanggup memulai percapakan yang menarik dan tidak membosankan. Bayangkan saja jikalau basa busuk tidak ada dalam awal mula percakapan, mungkin akan canggung dan akibatnya membosankan.


BASA BASI DIKALANGAN MASYARAKAT
Pada umumnya basa busuk dilakukan jikalau seseorang akan bertemu dengan orang baru, sobat usang yang gres bertemu kembali, atau seseorang yang tidak dekat dengan orang lain namun kenal, contohnya tetangga atau sobat kerja.

BASA BASI BERUJUNG BULLYING
Akhir-akhir ini tampaknya basa-basi menjadi berevolusi seiring berjalannya waktu, bukannya menanyakan kabar atau sedang sibuk dengan acara apa, alih-alih menjadi pertanyaan yang kurang mengenakan dihati. "hey, kok kini gemukan sih?" "elo dari dulu gemuk, gak pingin diet?", "Kapan nikah, perasaan jomblo udah lama", secara tidak sadar seseorang yang menyampaikan hal tersebut impulsif dan tidak peduli apa efeknya terhadap orang yang ditanya.

Mungkin sebagian orang menggap pertanyaan tersebut hanyalah guyonan, tapi ada juga orang yang mengganggap pertanyaan itu ialah verbal bullying/body shamming. Nah, orang yang menganggap kata bullying inilah yang menciptakan hidup mereka menyerupai terusik, lagi pula mengapa mereka menanyakan hal sifatnya memojokan, dan inilah yang pernah bahkan sering saya alami.

MENJADI KORBAN BULLYING
Saya ialah seseorang yang boleh dikatakan introvert, tidak terlalu suka keramaian dan sesungguhnya malas akan percakapan yang dimulai dengan basa-basi. Saya sudah sadar akan kekurangan diri sendiri semenjak kecil, boleh dikatakan gerak-gerik tidak menyerupai laki-laki pada umumnya. Menurut pandangan lebih banyak didominasi orang laki-laki ialah makhluk yang kuat, gentle, mucle, jantan atau apalah, namun diluar sana nyatanya tidak semua laki-laki demikian. Pria ada yang cenderung, lembut, kemayu atau berperasaan kuat, namun itu tidak berarti mereka itu lemah tidak berdaya.

Inilah yang terjadi pada diri saya, saya mengakui bahwa diri ini mempunyai kekurangan dan tidak sanggup disamakan dengan orang lain. Sedikit kemayu sudah ada dalam abjad saya semenjak kecil, tidak terlalu suka bergaul tapi bukan anti sosial, saya pun masih dekat dengan teman-teman tertentu, tapi sebagian dari mereka memandang bahwa kekurangan yang saya alami ini salah dan pada akibatnya menjadi korban bullying.

SEJAK KECIL MENJADI KORBAN BULLYING
Pada masa-masa sekolah ialah masa yang sulit yang pernah dialami, semenjak SD menjadi korban bullying walaupun itu dengan kata-kata bukan fisik, namun kata itu masih terngiang hingga sekarang. Mereka menyampaikan bahwa saya tidak menyerupai lelaki kebanyakan, lebih menyerupai perempuan, bahkan kata yang sering terucap dari verbal mereka ialah Banci/Bencong. Mungkin jikalau masih SD dan teman-teman memanggil menyerupai itu okelah saya sangat amat memakluminya, yaa namanya juga anak SD mereka belum terlalu memikirkan perasaan orang lain alias masih kanak-kanak.

Namun Sekolah Menengah Pertama sampai Sekolah Menengan Atas masih ada saja yang melaksanakan verbal bullying, walaupun jumlahnya tidak sebanyak sewaktu SD. Semakin usang saya semakin kebal terhadap mereka yang membully, mereka juga belum tentu lebih baik dari saya. Sebagian dari mereka mengganggap remeh akan hal ini, bahkan menjadi materi candaan yang sesungguhnya tidak lucu, setiap kali ada yang membully saya biarkan saja dan bahkan saya tidak ingin dekat dengan orang itu, kalau saja diakrabi maka mereka akan lebih lagi berkata yang tidak pantas. Kaprikornus saya hanya berteman dengan orang yang mengerti siapa saya dan  mengerti akan kekurangan.

HINGGA SEKARANG
Bullying masih terus saya alami sampai masuk dingklik kuliah dan bekerja, walaupun sifatnya bercanda namun saya tidak pernah mengganggap itu candaan sama sekali. Sekali mereka membully maka ketika itu juga saya tidak pernah sanggup dekat dengan orang itu, jadi bagaimana jikalau sobat satu kerjaan demikian? saya biarkan dan ada saatnya mereka mengerti dan tidak membully lagi.

Pernah suatu ketika saya masih gres bekerja disalah satu perusahaan, dalam satu departmen ada 20 orang anggota dan sebagian bekerja dengan sistem shift. Awalnya mereka ramah, namun semakin kesini tampaknya mereka tahu bagaimana kekurangan saya, mereka bercanda dan kadang dengan membawa-bawa kata yang tidak mengenakan. Awalnya biasa saja menanggapinya, namun saya semakin tidak tahan lagi, apalagi yang membully itu bukan sobat sebaya saja, ada juga yang lebih senior dan bahkan manager saya sendiri, walaupun tidak pribadi menyampaikan saya menyerupai perempuan tapi saya paham betul apa maksud perkataannya, jujur awalnya saya salut dengan manager ini, tapi alasannya ialah candaannya yang menyinggung perasaan saya ilfeel terhadapnya, bahkan sakit hati.

Pernah suatu ketika saya mendengar dialog sobat kerja, yang menyinggung problem laki-laki yang menyerupai wanita, dalam artian bukan cara berpakaiannya namun lebih ke sikapnya atau gerak geriknya. Dia menyampaikan bahwa orang tersebut akan biasanya tertangkap berair dari wajahnya, dan mereka berbisik disamping saya, saya pribadi berfikir jadi mungkin tampaknya mereka terganggu dengan kehadiran saya didepartemen tersebut. Pantas saja  sudah hampir 6 bulan bekerja beberapa diantara mereka menyerupai tidak mendapatkan saya, bahkan tidak mau akrab, padahal saya sudah berusaha untuk dekat dengan mereka, tapi apa mau dikata jikalau mereka terganggu maka akan menyerupai dipaksakan.

APAKAH KORBAN BULLYING HARUS BERUBAH?
Menjadi seseorang yang mempunyai kekurangan itu ialah suatu anugerah tersendiri bagi mereka yang memahaminya, namun ada pula yang mengganggap itu suatu ketidak adilan. Seseorang yang gemuk selalu dibully menyerupai gajah, yang berkulit gelap dibilang dari afrika, wajah berjerawat juga kadang dibully. Lalu apakah mereka harus berubah supaya tidak dibully? saya rasa itu tidak perlu, jikalau kita nyaman dengan kekurangan kita mengapa harus diubah? jikalau kita sanggup menciptakan sesuatu kekurangan menjadi kelebihan mengapa harus dihilangkan?

Kembali kepribadi masing-masing bagaimana menanggapi hal tersebut, saya pribadi akan lebih tidak mendengar apa yang mereka katakan jikalau itu bersifat negatif, saya tidak harus menjadi orang lain sesuai apa yang dikatakan mereka, cukup menjadi diri sendiri itu akan jauh lebih baik. Namun jikalau itu suatu kritikan yang membangun saya akan lebih terbuka dengan pendapatnya.

UNTUK ANDA PEMBULLY
Basa-basilah dengan sewajarnya tanpa harus berkata kekurangan seseorang, tidak semua orang mengganggap basa-basi yang berujung pembullian itu sebuah candaan, bahkan mereka mengganggap itu serius. Pikirkan perasaan orang yang dibully dan atau anda sanggup bayangkan bagaimana jikalau anda diposisi yang dibully. Atau Anda mungkin tidak pernah dibully?, tapi apakah anda tahu perasaan sahabat anda jikalau dibully? apakah anda akan membelanya? atau mungkin anak anda, adik, kakak, saudara, orang renta anda pernah menjadi korban bullying yang sanggup menciptakan mereka putus asa dan anda akan tinggal membisu saja?. Mulai kini belajarlah menghargai suatu kekurangan orang lain, jikalau tidak suka terhadap kekurangan orang lain maka bicaralah dengan baik, beri ia nasihat. Jika tidak sanggup berbicara dengannya bahkan memberi nasihat lebih baik anda membisu dan tidak perlu berbasa-basi hal yang menciptakan orang lain sakit hati.
Sumber http://www.hendrisetiawan.com