Hari itu rabu pada bulan Oktober 2017, perjalanan dari Kota Karawang ke Jakarta untuk berlibur. Dufan (Dunia fantasi) yakni arena liburan yang pas bagi aku dan kedua sobat saya, memicu adrenalin dan sejenak menghilangkan kepenatan.
Pada pukul 8.30 pagi kami hingga di stasiun Tanjung Priuk, dulu pun kami selalu memesan Go-car dipintu keluar stasiun untuk menuju Ancol, namun hari ini aku melihat seorang perempuan yang sedang memesan ojek online bangun ditepi jalan pintu keluar stasiun, aku melihat perempuan tersebut ibarat sedang dimarahi oleh segerombolan bapak-bapak berseragam kuning, entah itu siapa namun sebelumnya bapak-bapak berbaju kuning ini menawari aku ojek (dia menawari, alasannya aku memegang handphone ibarat akan memesan transportasi online), mungkin mereka yakni tukang ojek konvensional didaerah terminal dan stasiun.
Saya pergi dan mengabaikan sambil berkata "Saya sedang menunggu sobat pak!" sambil memainkan handphone, alasannya memang benar aku mencari kedua sobat aku yang menghilang sehabis dari toilet. Akhirnya kami bertemu dan berencana sarapan disekitar stasiun, buburlah yang menjadi santapan dipagi hari ini.
Setelah selesai sarapan, aku memesan Go-car dengan aplikasi Gojek. Titik jemput kami yakni pintu keluar stasiun, dan tak usang driver menelpon bahwa posisinya sudah erat dengan stasiun, namun driver berkata bahwa beliau tidak dapat berhenti di sekitar pintu keluar stasiun alasannya ada beberapa kendaraan beroda empat SatpolPP yang sedang berjaga, aku juga melihatnya dan mungkin biar kendaraan umum ataupun taksi online tidak berhenti sembarangan dan menciptakan macet. Okelah, aku berjalan kedepan menghampiri driver online yang sudah aku pesan, namun posisi kendaraan beroda empat semakin jauh (terlihat dari GPS aplikasi), driver menelpon bahwa beliau tidak dapat berhenti alasannya keadaan sangat ramai dan macet.
Mobil semakin jauh dan ditelfon pun tidak terang driver berada dimana, lantas aku membatalkan pesanan Go-car ini dengan alasan posisi berada sangat jauh (memang kenyataannya).
Saya memegang handphone dan mencari taksi online lainyya, sontak ada dua orang bapak-bapak memarahi aku dengan bernada tinggi dan berkata "Jangan main HP didaerah sini, !".
So what? apa masalahnya? HP-HP aku (dalam hati).
Teman aku bilang mungkin beliau salah satu supir/ojek konvensional yang tidak mau ada pelanggan taksi online ibarat kami. Kesal pasti, alasannya sudah setengah jam lebih aku pesan taksi online tapi nihil hasilnya, ada orang tidak terang pula yang menciptakan suasana hati menjadi gondok.
Akhirnya kami pesan taksi kedua memakai jasa Grabcar tapi pakai handphone sobat aku alasannya driver yang aku tolak menelfon terus menerus komplain kenapa pesanannya dicancel, padahal posisi sudah dekat. Ada rasa tidak yummy juga sama driver Go-car yang aku tolak barusan, tapi mau gimana lagi banyak tukang ojek konvensional yang memberantas pelanggan transportasi online.
Titik jemput aku alihkan ke bank BNI di erat stasiun biar para tukang ojek manual itu tidak curiga dan mengganggu, hasilnya driver tiba dan kami melanjutkan perjalanan ke Ancol.
Pada jam 16.20 kami keluar daerah Ancol, didepan gerbang masuk ancol kami memesan Go-car lagi, tidak usang driver pun tiba dan kami eksklusif masuk kedalam mobil. Namun sehabis kami masuk ada orang berlari dan memasukkan tangannya ke jendela kendaraan beroda empat sambil meminta pungutan Rp.5000 ke aku (ini apalagi coba). Driver bilang orang tadi yakni preman daerah situ yang meminta uang Rp.5000 ke pelanggan taksi online, mereka juga sebagian ada yang seorang supir angkot katanya.
GGrrrrrrr,,, ini jakarta loh ibu kotanya Indonesia, tapi kok orang-orangnya ibarat ini? ibarat preman, ibarat memberantas pelanggan angkutan online dan seolah-olah angkutan online mengambil rejeki mereka.
PESAN UNTUK DRIVER/OJEK KONVENSIONAL
Mengapa anda tidak mendaftarkan diri anda untuk menjadi Driver online? apakah alasannya penghasilan driver online lebih kecil?. Mungkin ini yakni resiko alasannya masyarakat menentukan harga murah serta transparan dan ini semua ada pada angkutan online, tidak ibarat angkutan konvensional yang mematok harga seenaknya, NGETEM seenaknya yang menciptakan pelanggan merasa tidak nyaman, wajarlah masyarakat menentukan angkutan online dibandingkan angkutan konvensional.
PESAN UNTUK PEMERINTAH
Seharusnya pemerintah menciptakan regulasi atas permasalahan antara angkutan online dan angkutan konvensional. Mereka sama-sama mencari nafkah, sama-sama mempunyai keluarga yang harus dihidupi, tapi mengapa sering terjadi pergejolakan diantara keduanya?.
Jika transportasi online dicabut hak izinnya dan digantikan 100% memakai angkutan konvensional, apakah sarana dan kemudahan sudah memadai? apakah masyarakat sudah merasa nyaman?.
PR Pemerintah....
Saya harap pemerintah dapat mengatasi duduk kasus ini secepatnya baik itu dijakarta dan diluar jakarta biar tidak terjadi perselisihan lagi.
Sumber http://www.hendrisetiawan.com