Friday, November 16, 2018

√ 7 Pola Puisi Gres Distikon Dan Terzina Dalam Bahasa Indonesia

Berdasarkan bentuknya, terdiri dari beberapa macam, di mana macam-macam puisi menurut bentuknya tersebut adlaah puisis distikon dan terzina. Secara sederhana, distikon merupakan puisi yang tiap baitnya mengandung dua baris atau larik. Sementara itu, terzina merupakan puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris atau larik. Untuk mengetahui ibarat apa teladan dari kedua jenis puisi ini, maka pada artikel kali ini keduanya akan ditampilkan beberapa contohnya. Adapun teladan tersebut bisa dilihat sebagaimana berikut ini!


A. Contoh Puisi Baru Distikon


Contoh 1:


Hutan Karet*

Karya: Joko Pinurbo


-in memoriam, Sukabumi


Daun-daun karet berserakan.

Berserakan di hamparan waktu.


Suara kera di dahan-dahan.

Suara kalong menghalau petang.


Di pucuk-pucuk ilalang belalang berloncatan.

Berloncatan di semak-semak rindu.


Dan sebuah jalan melingkar-lingkar

membelit kenangan terjal.


Sesaat sebelum surya berlalu

masih kudengar bunyi beduk bertalu-talu.


(1990)


Contoh 2:


Ingin Dicinta**

Karya: Candra Malik


Ketika sendiri, siapa yang bersamamu?

Apakah sepi, ataukah Rindu?


Ketika kita bersama, apa yang kau rasa?

Apakah bahagia, ataukah derita?


Siapa di antara kita yang berbohong?

Siapa memelihara omong kosong?


Tidakkah insan memang seharusnya mempunyai cita-cita?

Tidakkah insan selayaknya ingin dicinta?


Salatiga, 5 Desember 2015


Contoh 3:


Tanda Mata***

Karya: Candra Malik


Bagiku, engkaulah tanda mata.

Sejak bertemu, kasatmata selamanya.


Bagiku, engkau yaitu cahaya.

Dari binarmu, tatapanku bermula.


Bagiku, engkaulah penglihatan.

Di setiap waktu, di setiap ingatan.


Bagiku, engkau arah memandang.

Pada matamu, mataku berpulang.


Denpasar, 22 Desember 2015


B. Contoh Puisi Baru Terzina****


Contoh 1:


Di Atas Meja

Karya: Joko Pinurbo


Di atas meja kecil ini

masih tercium harum darahmu

di halaman-halaman buku.


Sabda sudah menjadi saya.

Saya akan dipecah-pecah

menjadi ribuan kata dan suara.


(1990)


Contoh 2


Tengah Malam

Karya: Joko Pinurbo


Badai menggemuruh di ruang tidurmu.

Hujan menderas, kemudian kilat, petir,

dan ledakan-ledakan waktu dari dadamu.


Sesudah itu semuanya reda.

Musim mengendap di kacajendela.

Tinggal ranting dan dedaunan kering

berserakan di atas ranjang.


Wajtu itu tengah malam.

Kau menangis. Tapi ranjang

mendengarkan suaramu sebagai nyanyian.


(1989)


Contoh 3:


Di Kulkas, Namamu

Karya: Joko Pinurbo


Di kulkas masih ada

gumpalan-gumpalan batukmu

mengendap pada kaleng-kaleg susu.


Di kulkas masih ada

engahan-engahan nafasmu

meresap dalam anggur-anggur beku.


Di kulkas masih ada

sisa-sisa sakitmu

membekas pada daging-daging layu.


Di kulkas masih ada

bisikan-bisikan rahasiamu

terseimpan dalam botol-botol waktu.


(1991)


Contoh 4:


Gambar Hati Versi Penyair

Karya: Joko PInurbo


Seperti dua koma bertangkupan.

Dua koma dari dua kamus yang berbeda

dan tanpa kesepakatan bertemu di sebuah puisi.


(2007)


*Disadur dari buku puisi “Selamat Menunaikan Ibadah Puisi” karya Joko PInurbo.


**Disadur dari buku puisi “Asal Muasal Pelukan” karya Candra Malik.


***Idem.


****Semua teladan puisi terzina di artikel ini diambil dari buku “Selamat Menunaikan Ibadah Puisi” karya Joko Pinurbo.


Demikianlah beberapa teladan puisi gres distikon dan terzina dalam bahasa Indonesia. JIka pembaca ingin melihat beberapa teladan puisi gres lainnya, maka pembaca bisa membuka beberapa artikel berikut ini, yaitu: contoh puisi quatrain, contoh puisi quint, contoh puisi oktaf atau stanza, contoh puisi soneta, contoh puisi romance, contoh puisi elegi, dan contoh puisi balada.


Semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan bagi para pembaca sekalian, baik itu mengenai puisi gres pada khususnya, maupun mengenai bahan pembelajaran bahasa Indonesia pada umumnya. Mohon dimaafkan bila terdapat kekeliruan di dalam artikel kali ini. Sekian dan juga terima kasih.


 



Sumber https://dosenbahasa.com