Sebelumnya, kita telah mengetahui menyerupai apa teladan sebuah novel yang ditampilkan secara singkat. Kali ini, kita juga akan mengetahui teladan sebuah novel secara singkat. Contoh novelnya pun sama dengan yang pernah ditampilkan di artikel sebelumnya, yaitu novel”Para Priyayi” (terutama pada pecahan “Lantip”) karya Umar Kayam. Hanya saja, di artikel ini, teladan novel tersebut akan ditampilkan jauh lebih singkat dan juga disertai dengan sinopsis dari novel tersebut. Tanpa perlu berlama-lama lagi, berikut teladan novel beserta sinopsisnya dalam bahasa Indonesia.
Para Priyayi
Karya: Umar Kayam
(Sebagian) Isi Novel*:
Nama saya Lantip. Ah, tidak. Nama saya yang orisinil sangatlah dusun–ndeso–Wage. Menurut embok (ibu) saya, nama itu diberikan alasannya saya dilahirkan pada hari Sabtu Wage. Nama Lantip itu saya dapatkan kemudian waktu saya mulai tinggal di rumah keluarga Sastrodarsono, di Jalan Setenan, kota Wanagalih. Sebelumnya, saya tinggal bersama emboksaya di Desa Wanalawas yang hanya beberapa kilometer saja dari kota Wanagalih. Menurut cerita, Desa Wanalawas itu yaitu desa cikal bakal kota Wanagalih, terutama ketika Mataram melihat daerah ini sebagai wilayah yang strategis. Madiun diperintahkan oleh Mataram untuk membuatkan daerah itu menjadi daerah yang ramai. Maka bedol desa atau pemindahan desa pun diperintahkan oleh Mataram untuk mengisi daerah tersebut, di mana desa Wanalawas yaitu salah satu desa yang dijebol untuk menjadi pecahan Wanagalih.
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Selain bersawah, keluarga moyang saya yaitu juga keluarga pembuat tempe. Ayah saya… wah, saya tidak ingat pernah mengenalnya. Embok selalu menyampaikan ayah saya pergi jauh untuk mencari duit. Hanya bertahun-tahun kemudian pada waktu saya sudah menjadi pecahan dari rumah tangga Sastrodarsono, saya sedikit menerima bayangan siapa ayah saya sewaktu saya sering kena hardik embah guru kakung (kakek). Meskipun orangnya baik dan adil, embah guru kakung juga keras dan kalau murka suka membentak sembari misuh (mengumpat)….
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Sinopsisnya**:
Berawal dari keluarga buruh tani, Soedarsono, oleh orangtua dan sanak saudaranya diperlukan sanggup menjadi sang “pemula” untuk membangun dinasti keluarga priyayi kecil. Berkat dorongan dari ajun wedana Ndoro Seteng, ia bisa sekolah dan kemudian jadi guru desa. Dari sinilah ia memasuki dunia elit birokrasi sebagai priyayi pangreh praja. Ketiga anaknya, melewati zaman Belanda dan zaman Jepang, tumbuh sebagai guru, opsir Peta, dan istri ajun wedana. Cita-cita keluarganya berhasil.
Benarkah? Lalu apakah bekerjsama “priyayi” itu? Status kelas? Pandangan dunia kelas menengah elit birokrasi? Sekadar gaya hidup? Atau kesemuanya? cucu-cucu Soedarsono sendiri kemudian hidup sebagai anak zaman mereka: menjadi anak menjadi anak kelas menengah birokrat yang manja, idealis kiri yang terlibat Gestapu, dan entah apa lagi. Justru Lantip–anak jadah dari keponakan jauh Soedarsono–yang tampil sebagai hero. Dialah yang dengan caranya sendiri, menawarkan makna “priyayi” dan “kepriyayian” itu.
Demikianlah teladan novel beserta sinopsisnya dalam bahasa Indonesia. Jika pembaca ingin menambah acuan soal novel dan prosa, pembaca bisa membuka artikel berikut, yaitu: jenis-jenis novel, contoh novel terjemahan, contoh resensi buku novel, contoh sinopsis novel, jenis-jenis prosa lama, jenis-jenis prosa baru, dan jenis-jenis prosa fiksi. Semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan para pembaca sekalian, baik mengenai novel maupun bahasa Indonesia. Sekian dan juga terima kasih.
*Disadur dari artikel contoh novel singkat dengan sedikit perubahan.
**Disadur dari sampul belakang novel “Para Priyayi.”
Sumber https://dosenbahasa.com