Sebagian besar orang tidak benar-benar mengerti memahami apa yang dimaksud dengan wawancara. Kebanyakan orang mengnggap bahwa wawancara yakni ibarat pada ketika wawancara panggilan kerja, wawancara seleksi masuk perguruan, dan wawancara tokoh yang sering dilihat ditelevisi maupun internet. Pemahaman yang ibarat itu kurang tepat. Padahal proses wawancara sering dilakukan oleh semua orang setiap harinya tanpa mereka sadari.
Contohya ibarat misalnya, orang renta yang mencoba memhami mengapa anak mereka yang berusia 3 tahun menangis walaupun dengan Bahasa seadanya, si anak berusaha menyatakan keinginannya dengan melalui tangisan, sementara orang renta tersebut mencoba dengan aneka macam macam cara untuk memahami apa yang dikatakan dan diinginkan anaknya tersebut. Nah berdasarkan pola tersebut sanggup disimpulkan bahwa wawancara yakni proses interaksi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Nah, untuk lebih jelasnya kita akan membahas secara lengkap perihal Wawancara dalam Teknik Pengumpulan Data Penelitian. berikut ulasanya gaes:
Pengertian Wawancara Menurut Para Ahli
“Wawancara Menurupakan percakapan antara dua orang dimana salah satunya bertujuan untuk menggali dan mendapat info untuk suatu tujuan tertentu”- Gorden
Definisi wawancara berdasarkan Gorden, menyiratkan bahwa terdapat garis pembatas yang tegas antara interview dan interviewer, dimana seolah-olah keadaan interviewer lebih tinggi dan lebih penting dibandingkan dengan interview.
“Wawancara merupakan suatu interaksi yang didalamnya terdapat pertukaran/sharing aturan, tanggung jawab, perasaan, kepercayaan, motif, dan informasi. Wawancara bukanlah suatu acara dimana satu orang hanya bertugas untuk melaksanakan atau memulai pembicaraan sementara yang lain hanya mendengarkannya” – Steward & Cash
Definisi wawancara berdasarkan Steward & Cash tersebut mempunyai cakupan yang lebih luas. Definisi tersebut menyiratkan bahwa posisi interviewee yakni sejajar. Tidak ada pembatas yang membatasi domain interviewee dan interview. Peran interviewwe dan interviewer sanggup saling bertukar satu sama lain balasannya sanggup saling bertanya dan sanggup saling menjawab. Dalam hal kepentingan dan tujuan, bukan hanya interviewer saja yang mempunyai kepentingan dan tujuan ketika melaksanakan wawancara, tetepi keduanya sanggup saja mempunyai kepentingan dan tujuan.
Berdasarkan kedua definisi diatas sanggup disimpulkan bahwa wawancara yakni sebuah proses interaksi komunikasi yang dilakukan oleh setidaknya dua orang. Atas dasar ketersediaan dan dalam setting alamiyah, dimana arah pembicaraan mengacu pada tujuan yang ditetapkan dengan mengedepankan trust sebagai landasan utama dalam proses memahami.
Mengapa Kita Melakukan Wawancara ?
Suatu ketika jikalau kita bertanya kepada beberapa rekan mahasiswa dalam kelas wawancara dengan suatu pertanyaan “ Mengapa anda melaksanakan wawancara?”. Beberapa mahasiswa akan menunjukkan jawaban ibarat misalnya; ingin mengetahui perilaku interview terhadap suatu hal, ingin mengungkap hal yang diteliti dengan lebih dalam, ingin menggali info perihal suatu hal, ingin mendapat jawaban dari pertanyaan yang diajukan, dan seterusnya.
Apapun jawaban yang dikemukakan oleh beberapa rekan mahasiswa tersebut terhadap pertanyaan tersebut, terdapat inti dari seluruh jawaban bahwa latar belakang seseorang dalam melaksanakan wawancara yakni untuk memahami sesuatu. Apapun sasaran atau targetnya inti dari wawancara yakni untuk memahami. Terdengar sangat sederhana tetapi untuk melaksanakan wawancara dengan mekanisme yang benar dan metodologi yang tepat, tentunya tidak semudah yang dibayangkan. Tentu saja, perbedaan wawancara “seadanya”dengan wawancara yang sesuai dengan mekanisme dan metodologi yang tepat, terdapat pada hasil data yang didapatkan, baik dalam bentuk kedalaman dan keluasan data maupun dalam hal keandalan data.
Memahami yakni tujuan utama dari proses wawancara untuk sanggup dikatakan “paham” dari proses memahami tesebut, diharapkan banyak hal ibarat kemampuan merangkai kata semoga kalimat yang diutarakan bisa memotovaso orang untuk menunjukkan jawaban, bukan justru merasa terancam dan menutup diri. Ini yang membedakan antara wawancara dan introgasi.
Ketertarikann dalam Memahami
Ketertarikan akan “cerita” orang lain merupakan hal dasar yang memotivasi seseorang untuk memahami orang lain melalui proses wawancara. Ketertarikan akan melahirkan minat yang menumbuhkan motif dalam melaksanakan wawancara. Ketertarikan akan mendorong pewawancara untuk membuka diri dan pemahamannya untuk diisi dengan “cerita” orang lain, ketimbang membatasi diri pada data yang dibutuhkan saja.
Ketika seseorang bercerita, maka akan melibatkan pengalaman dan kesadaran. Pengalaman memungkinkan adanya alur cerita, dan kesadaran memungkinkan seorang untuk menarik nilai (values) dari setiap hal yang dialaminya.
Memahami dengan cara penggalian nilai yang dalam istilah riset biasa disebut dengan “inquiry”. Inquiry merupakan inti dari wawancara dan merupakan model dasar dalam melaksanakan wawancara dalam konteks riset. Manusia sebagai subyek dalam inquiry riset ilmu social, sanggup berifikir, berbicara, dan bertindak yang jikalau diberi kesempatan untuk berbicara, ia akan memakai kemampuan untuk berbicaranya untuk mengurai symbol-simbol nilai yang ada dalam pikirannya melalui Bahasa (verbal). Inquiry memungkinkan penggalian nila (memahami) dari interviewee melalui kemampuan ekspresi responden.
Memahami sebagai tujuan selesai dari Wawancara
Esensi dari ilmu pengetahuan yakni kesederhanaan. Kesederhanaan dalam kontek ini bukan berarti bergaya hidup mewah, tidak boros, membeli, dan memakai sesuatu sesuai kebutuhan, atau kesesuaian antara kebutuhan dan pengeluaran. Kesadaran dalam kontek ilmu pengetahuan yakni tingkat kesadaran insan yang memandang sebuah permasalahan yang pada awalnya rumit dan komples, menjadi sebuah hal yang sederhana. Sesuatu yang pada awalnya dianggap sukar dipecahkan, ketika kita mempunyai ilmu pengetahuan, sesuatu menjadi sederha, untuk dipecahkan dan ditemukan solusinya.
Persyaratan dasar dalam melaksanakan wawancara
Wawancara bukanlah suatu acara dimana interviewer bertugas untuk memberikan atau membacakan pertanyaan untuk kemudian mencatat jawaban dari interviewee, sementara interviewee bertugas untuk menjawab seluruh pertanyaan yang telah diajukan oleh interviewer dengan sempurna. Wawancara merupakan proses yang dyadic atau proses timbal balik antara interviewer dan interviewee.
Terdapat beberapa persyaratakan yang perlu dilakukan ketika hendak melaksanakan wawancara terutama dalam kontek penelitian, antara lain:
#1.Peneliti perlu membuka jalan dan menemukan subyek yang akan diwawancarai
Subyek penelitian tidak diperbolehkan secara otomatis. Pelru pencarian yang diadaptasi dengan tujuan penelitian. Itulah sebabnya penelitian kualitatif mensyaratkan teknik sampling yang bersifat porposefull (porposefull sampling), yaitu teknik sampling yang diadaptasi dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan.
#2. Peneliti wajib membuat komunikasi yang aman terhadap subyek penelitian
Setelah subyek diperoleh melalui porposefull sampling, langkah selanjutnya yakni melaksanakan pendekatan degan rapport dengan cara membangun komunikasi yang aman terhadap subyek penelitian.
Syarat mutlak, peneliti harus banyak melaksanakan inisiasi dalam berkomunikasi dengan baik dan bisa membuat kenyaman dengan berkomunikasi dengan subyek penelitian. Ciptakanlah suasana nyaman, santai, tidak terburu, tidak menekan, tidak mengintograsi, tidak menyudutkan, tidak profokatif, dan hangat bagi subyek penelitian.
#3. Peneliti perlu mejaga korelasi semoga selalu stabil dan beriklim positif
Jika ada sesuatu subyek penelitian berkeberatan, peneliti tidak perlu memaksakan dan perlu menjaga privasi subyek penelitian secara utuh. menjaga korelasi harus tetap dilakukan sepanjang penelian berlangsung bahkan hingga penelitian selesai. Inilah efek positif dalam melaksanakan penelitian kualitatif, yaitu adanya korelasi hubungan yang baik walaupun penelitian telah selesai dilakukan.
#4. Trust yakni suatu yang mutlak dicapai
Trust atau kepercayaan antara dua belah pihak perlu dijaga dengan baik. Trust yakni inti dari korelasi antara peneliti dengan subyek yang diteliti. Salah satu indicator sudah terciptanya trust yakni hasil rapport yang baik. Rapport yakni proses membuka wilayah personal menjadi wilayah publik. Tujuanya yang awalnya menjadi sangat diam-diam bagi subyek penelitian menjadi hal yang boleh dan berhak diketahui oleh peneliti atas kesediaan subyek penelitian.
#5. Tetap menjaga jarak personal dan professional dengan subyek penelitian
Peneliti harus memilih garis yang tegas antara dirinya dengan subyek penelitian. Hal ini terkait dengan tiga fungsi penelitian, yaitu: a). peneliti sebagi intrumen penggali data, b). peneliti sebagai peneliti itu sendiri yang merupakan sutradara dari jalannya penelitian yang dilakukan, c). peneliti sebagai evaluator yang mengevaluasi setiap kepingan dalam penelitian. Tiga fungsi peneliti diatas tetap pada garis domainnya satu sama lain serta tidak saling tumpeng tindih satu sama lain.
Demikian ulasan artikel perihal Wawancara dalam Teknik Pengumpulan Data Penelitian yang kami lansir dari buku “wawncara, observasi, dan focus groups” yang ditulis oleh haris herdiansyah. Semoga bermanfaat dan terima kasih
Sumber http://www.galinesia.com