Tuesday, June 27, 2017

Fenomena Equinox : Pengertian – Pengaruh – Gosip Dan Klarifikasi Bmkg

 satunya planet yang layak untuk dihuni oleh insan Fenomena Equinox : Pengertian – Dampak – Isu dan Penjelasan BMKGBumi tempat tinggal kita menjadi satu – satunya planet yang layak untuk dihuni oleh manusia. Dan planet bumi sendiri merupakan belahan dari anggota di sistem tata surya yang tidak terlepas dari insiden atau fenomena alam . Beberapa orang ada yang mengkaitkannya secara magic dan menceritakannya dalam sebuah legenda untuk menjelaskan fenomena alam tersebut. Namun tidak sedikit bagi para peneliti untuk mempelajari fenomena – fenomena alam tersebut dengan menjelaskannya secara baik dan yang terpenting masuk akal.


Sebagian dari fenomena alam tersebut sanggup terjadi kapan dan di mana saja dengan jangka waktu yang sanggup dikatakan cukup sering, menyerupai proses terjadinya hujan, aurora, gerhana bulan, fenomena halo matahari dan masih banyak lagi. Salah satu insiden atau fenomena alam yang ketika ini sedang viral adalah fenomena equinox. Mungkin sebagai besar dari kita masih gila mendengar kata tersebut. Padahal insiden ini sanggup dikatakan sebagai salah satu fenomena alam yang sering terjadi di setiap tahunnya. Nah, untuk mengetahui fenomena equinox ini, berikut ini penjelasannya.


Pengertian Equinox


Bumi mengalami dua macam gerakan berputar. Putaran pertama yaitu, bumi berputar pada poros aksis yang bila dibentuk garis bayangan, garis tersebut melewati kutub utara hingga kutub selatan planet bumi dan membutuhkan waktu selama kurang lebih 24 jam, hal inilah yang mengakibatkan terjadinya siang dan malam. Lalu gerakan kedua adalah berputar menurut orbitnya untuk mengelilingi matahari, lamanya waktu yang diperlukan untuk mengelilingi matahari dalam satu kali putaran adalah 365,25 hari. Gerakan ini menimbulkan terjadinya beberapa demam isu di belahan bumi. Sedangkan equinox sendiri terjadi ketika kedua gerakan ini saling bertemu.


Bumi tidak benar – benar berada pada posisi tegak lurus, namun miring sekitar 23,5 derajat di belahan kutubnya. Sudut ini tidak pernah berubah sedikitpun, meskipun bumi terus berputar pada porosnya dan  juga berputar mengelilingi matahari. Sudut kemiringan pada bumi menimbulkan matahari seolah – olah bergerak melewati bumi, membentuk sudut di atas garis ekuator atau khatulistiwa.


Selama dua kali dalam setahun, matahari akan bergerak sempurna berada di atas garis khatulistiwa. Matahari akan bergerak dari belahan bumi belahan utara menuju ke belahan bumi belahan selatan. Pergerakan matahari ini ternyata sangat kuat pada planet bumi, adalah tanda terjadinya perubahan demam isu di bumi.


Dampak Dari Equinox


Equinox merupakan salah satu fenomena alam di mana matahari melintasi garis khatulistiwa. Fenomena alam ini terjadi 2 kali dalam satu tahun, dan itu bertepatan pada tanggal 21 Maret dan 23 September. Equinox yang terjadi pada bulan Maret menandakan awal dimulainya demam isu semi di belahan bumi belahan utara dan juga sebagai tanda awal dari demam isu gugur di belahan bumi belahan selatan. Sedangkan equinox yang terjadi pada bulan September, menandakan akan dimulainya awal demam isu gugur di bumi belahan utara dan awal demam isu semi di bumi belahan selatan.


Dampak lain dari fenomena equinox yaitu:



  1. Panjangnya siang dan malam mempunyai waktu yang sama. Masing – masing mempunyai durasi selama 12 jam. Sesuai dengan namanya, kata equinox berasal dari kata aequus yang artinya sama dan nox artinya malam. Sehingga equinox sendiri sanggup diartikan sebagai malam yang mempunyai waktu yang sama panjang dengan waktu di siang hari.

  2. Di Indonesia sendiri, imbas dari fenomena equinox adalah matahari akan terasa lebih terik pada siang hari.

  3. Daerah yang berada di antara 23,5 derajat lintang selatan dan 23,5 derajat lintang utara akan mengalami kondisi yang disebut sebagai hari tanpa bayangan. Tidak semua tempat mengalami insiden ini, hanya kota – kota yang dilewati oleh garis khatulistiwa saja menyerupai Pontianak dan Bonjol di Sumatra Barat.

  4. Posisi matahari ketika terbit dan juga ketika terbenam sanggup dilihat secara horizontal di seluruh dunia.

  5. Dampak dari equinox juga menjadi waktu yang pas untuk melihat Aurora Borealis di belahan bumi belahan utara. NASA menyampaikan bila acara geomagnetik akan menjadi dua kali lebih intens ketika demam isu semi dan musin gugur.


Proses Terjadinya Equinox


Pada klarifikasi di atas, kita tahu bila bumi berputar untuk mengelilingi matahari dengan posisi yang miring sekitar 23,5 derajat terhadap bidang ekliptika atau bidang lintasannya. Sehingga posisi matahari tidak sempurna berada di belahan tengah planet bumi atau sempurna di atas garis khatulistiwa. Namun, ada saatnya dimana posisi matahari bergerak menuju garis khatulistiwa.


Kurang lebih setengah tahun, posisi matahari berada di belahan bumi belahan utara. Kemudian, pada setengah tahun berikutnya matahari akan berada di belahan bumi belahan selatan. Akibat perpindahan posisi inilah, terjadi perbedaan demam isu (menjadi empat musim) baik di belahan bumi belahan utara dan juga bumi belahan selatan. Jadi, bila di belahan bumi belahan utara sedang terjadi demam isu semi, maka bumi belahan selatan akan mengalami demam isu gugur.


Lalu apakah matahari pernah berada di kawasan khatulistiwa?


Jawabannya pernah. Matahari akan berada sempurna di atas garis khatulistiwa sebanyak dua kali dalam setahun, adalah ketika matahari bergerak dari bumi belahan utara ke bumi belahan selatan, begitupun sebaliknya. Peristiwa inilah yang dinamakan dengan equinox.


Equinox yang terjadi pada tanggal 21 Maret di ketika matahari bergerak dari bumi belahan selatan menuju bumi belahan utara. Hal ini menjadi menandakan awal demam isu semi di bumi belahan utara. Sehingga, equinox ini dikenal dengan sebutan venal equinox.


Sedangkan, pergeseran matahari dari bumi belahan utara menuju bumi belahan selatan menjadi tanda awal dimulainya demam isu gugur di belahan bumi belahan utara. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 23 September. Fenomena equinox ini dikenal dengan autumnal equinox.


Fenomena Yang Pernah Terjadi


Posisi Indonesia yang berada di garis khatulistiwa, akan mengalami perbedaan ketika terjadi fenomena equinox. Salah satunya adalah Hari Tanpa Bayangan, di mana panjang bayangan hanya sebesar 0,1 meter atau seolah tidak ada. Fenomena ini pernah terjadi pada tanggal 21 Maret 2018 di kota Pontianak, Bonjol, Riau, Kepuluan Kayoa dan kawasan – kawasan lain yang dilewati oleh garis khatulistiwa. Kota lain di Indonesia juga sanggup mengalami fenomena serupa pada tanggal 26 Oktober 2018 di Denpasar, 9 Oktober 2018 di Jakarta, dan 8 September 2018 di Sabang.


Ternyata fenomena equinox sendiri dirayakan di beberapa kawasan di dunia. Salah satunya tradisi yang berkembang oleh masyarakat Tiongkok. Mereka akan merayakannya dengan cara menyeimbangkan telur pada bulan Maret. Mereka percaya, telur yang sanggup bangkit dan diletakan secara sejajar menandakan kesuburan serta menandakan akan datangnya keberuntungan.


Bagi umat Hindu di India, merayakan equinox dengan mengadakan ekspo Holi, adalah saling melempar bubuk warna. Sedangkan bagi masyarakat Jepang, demam isu semi merupakan awal munculnya bunga sakura, sehingga banyak masyarakat Jepang melaksanakan kegiatan hanami untuk menyaksikan bunga sakura. Di Indonesia sendiri, terdapat perayaan titik kulminasi yang diadakan di garis khatulistiwa di Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat.


Isu Dan Penjelasan BMKG Mengenai Fenomena Equinox


Di Indonesia sendiri telah beredar gosip mengenai ancaman equinox yang dikirim melalui sosial media. Isi dari pesan tersebut untuk menghimbau warga semoga perbanyak minum air, perbanyak makan buah dan juga mengurangi acara di luar ruangan selama tanggal 22 hingga dengan 28 Maret 2019. Dampak dari equinox akan menimbulkan kenaikan suhu secara ekstrim, memicu terjadinya kehilangan cairan tubuh dan sun stroke.


Untuk menanggapi hal tersebut, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa fenomena equinox tersebut merupakan insiden alam biasa. Sehingga warga dihimbau untuk tidak panik menanggapi insiden alam tersebut. Menurut Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Mulyono Rahadi Prabowo pada Senin (25/03/2019) menjelaskan bawah, equinox bukan fenomena menyerupai gelombang panas atau heat wave yang terjadi di Eropa, Afrika dan Amerika, di mana insiden tersebut merupakan insiden peningkatan suhu udara ekstrim di luar kebiasaan dan berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama.


Tidak hanya itu, Prabowo juga menjelaskan ketika fenomena ini terjadi, matahari dan bumi mempunyai jarak yang paling akrab konsekuensinya adalah wilayah tropis di sekitar ekuator akan mendapatkan penyinaran matahari maksimum. Selai itu, fenomena equinox tidak selalu menimbulkan peningkatan suhu udara secara drastis maupun ekstrim. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh BMKG, suhu tertinggi terjadi pada hari Sabtu 23 Maret 2019 di Meulaboh, Aceh yang mencapai 37,6o C. Prabowo juga menyampaikan bila rata – rata suhu maksimum di wilayah Indonesia berkisar 32oC hingga 36oC.


Disaat bersamaan, pada tanggal 18 Maret hingga 25 Maret 2019 terjadi insiden sun outage terhadap satelit komunikasi. Peristiwa ini terjadi ketika matahari berada di arah yang sama dengan arah datangnya sinyal satelit komunikasi yang mengelilingi bumi di ketinggian 36 ribu kilometer. Sehingga antena di Indonesia tidak sanggup mendapatkan sinyal dengan baik selama 10 menit.


Demikan klarifikasi mengenai fenomena equniox. Semoga dengan klarifikasi di atas kita tidak perlu khawatir dan cemas serta cerdas dalam menyikapi gosip – gosip yang beredar di media sosial.



Sumber aciknadzirah.blogspot.com