Thursday, June 1, 2017

√ Laporan Pendahuluan / Lp Ileus Obstruktif / Obstruksi Usus Lengkap, Download Pdf Dan Doc

Teman-teman perawat dimanapun berada tidak henti-hentinya kami selalu menyuguhkan laporan pendahuluan dengan banyak sekali judul sebagai refferensi sobat sejawat sekalian dalam pembuatan kiprah keperawatan.

Pada postingan kali ini kami bagikan laporan pendahuluan / LP ileus obstruktif / obstruksi usus lengkap, yaitu suatu kiprah bebentuk makalah mulai dari tinjauan teori hingga konsep askep perihal penyakit obstruksi usus yaitu sebuah penyakit gangguan / sumbatan pada usus.

laporan pendahuluan / lp ileus obstruktif / obstruksi usus ini telah kami susun dengan lengkap mulai dari tinjauan teori berupa pengertian, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, investigasi penunjang, dan penatalaksanaan hingga konsep asuhan keperawatan berupa pengkajian, diagnosa dan intervensi juga kami lampirkan daftar pustaka yang merupakan sumber refferensi kami.

laporan pendahuluan / lp ileus obstruktif / obstruksi usus ini kami sediakan dalam format file yaitu pdf dan doc yang bisa did0wnl0ad melalui link unduhan yang kami sematkan diakhir artikel ini.

Laporan pendahuluan ileus obstruktif / obstruksi usus

Pengertian

Obstruksi usus / ileus obstruktif ialah gangguan pada pemikiran normal isi usus sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang mengakibatkan terhambatnya pemikiran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001). 

Obstruksi usus / ileus obstruktif merupakan suatu blok jalan masuk usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan masakan sanggup secara mekanis atau fungsional (Tucker, 1998).

Obstruksi usus / ileus obstruktif ialah sumbatan total atau parsial yang mencegah pemikiran normal melalui jalan masuk pencernaan. (Brunner and Suddarth, 2001).

Obstruksi usus merupakan suatu blok jalan masuk usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan masakan sanggup secara mekanis atau fungsional (Tucker, 1998).

Ileus obstruktif ialah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus (Sabara, 2007).

Dari definisi diatas sanggup disimpulkan bahwa obstruksi usus ialah sumbatan total atau parsial yang menghalangi pemikiran normal melalui jalan masuk pencernaan atau gangguan usus disepanjang usus. Sedangkan Ileus obstruktif ialah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik.

Klasifikasi

Ada dua tipe obstruksi usus yaitu paralitik dan mekanis :

1. Obstruksi paralitik (ileus paralitik)

Peristaltik usus dihambat sebagian akhir imbas toksin atau trauma yang menghipnotis kontrol otonom pergerakan usus. Peristaltik tidak efektif, suplai darah tidak terganggu dan kondisi tersebut hilang secara impulsif sesudah 2 hingga 3 hari.

2. Obstruksi mekanik

Terdapat obstruksi intralumen atau obstruksi mural oleh tekanan ekstrinsik. Obstruksi mekanik digolongkan sebagai obstruksi mekanik simpleks (satu daerah obstruksi) dan obstruksi lengkung tertutup ( paling sedikit 2 obstruksi). Karena lengkung tertutup tidak sanggup didekompresi, tekanan intralumen meningkat dengan cepat, mengakibatkan pementingan pebuluh darah, iskemia dan infark(strangulasi). Sehingga menimbulkan obstruksi strangulata yang disebabkan obstruksi mekanik yang berkepanjangan. Obstruksi ini tidak mengganggu suplai darah, mengakibatkan gangren dinding usus.


Etiologi

Adapun beberapa penyebab dari obstruksi usus ialah sebagai berikut :
  1. Adhesi ( perlekatan  usus  halus )  merupakan  penyebab  tersering  ileus  obstruktif,  sekitar 50-70%  dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga sanggup menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa anak-anak.
  2. Hernia  inkarserata  eksternal ( inguinal, femoral, umbilikal, insisional,  atau  parastomal ) merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus obstruktif, dan merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak memiliki riwayat operasi abdomen. Hernia interna (paraduodenal, abnormalitas mesentericus, dan hernia foramen Winslow) juga bisa mengakibatkan hernia.
  3. Neoplasma. Tumor primer usus halus sanggup menyebabkan   obstruksi   intralumen,  sedangkan tumor metastase atau tumor intra abdominal sanggup mengakibatkan obstruksi melalui kompresi eksternal.
  4. Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap cuilan usus yang mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran limphanodus mesentericus sanggup sebagai petunjuk awal adanya intususepsi.
  5. Penyakit Crohn sanggup mengakibatkan obstruksi sekunder hingga inflamasi akut selama masa infeksi atau lantaran striktur yang kronik.
  6. Volvulus sering  disebabkan oleh  adhesi  atau  kelainan  kongenital, seperti  malrotasi  usus. Volvulus lebih sering sebagai penyebab obstruksi usus besar.
  7. Batu   empedu   yang    masuk   ke  ileus.  Inflamasi   yang   berat     dari   kantong   empedu mengakibatkan fistul dari jalan masuk empedu ke duodenum atau usus halus yang mengakibatkan watu empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar sanggup terjepit di usus halus, umumnya pada cuilan ileum terminal atau katup ileocaecal yang mengakibatkan obstruksi.
  8. Striktur yang  sekunder yang bekerjasama dengan  iskhemia, inflamasi,  terapi radiasi, atau trauma operasi.
  9. Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau penumpukan cairan.
  10. Benda asing, menyerupai bezoar
  11. Divertikulum Meckel yang bisa mengakibatkan volvulus, intususepsi, atau hernia Littre.
  12. Fibrosis kistik sanggup mengakibatkan obstruksi parsial kronik pada ileum distalis dan kolon kanan sebagai akhir adanya benda menyerupai mekonium

Patofisiologi

Peristiwa patofisiologi yang terjadi sesudah obstruksi usus ialah sama, tanpa memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya ialah obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat kemudian intermiten akhirnya hilang. Lumen usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan dan gas. Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus sebelah proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan distensi dan kehilangan H2O dan elektrolit dengan peningkatan distensi maka tekanan intralumen meningkat, mengakibatkan penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia dinding usus dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium kesudahannya terjadi pelepasan basil dan toksin dari usus, basil yang berlangsung cepat menimbulkan peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan yang akut maka kemungkinan terjadi trauma hipovolemik. Keterlambatan dalam melaksanakan pembedahan atau jikalau terjadi stranggulasi akan mengakibatkan kematian. (Pice and Wilson, hal 404).

Ileus obstruktif atau obstruksi usus merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi lantaran adanya daya mekanik yang bekerja atau menghipnotis dinding usus sehingga mengakibatkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut mengakibatkan pasase lumen usus terganggu. Akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada cuilan proximal daerah penyumbatan, yang mengakibatkan pelebaran dinding usus (distensi).

Sumbatan usus dan distensi usus mengakibatkan rangsangan terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan gas makin bertambah yang mengakibatkan distensi usus tidak hanya pada daerah sumbatan tetapi juga sanggup mengenai seluruh panjang usus sebelah proximal sumbatan. Sumbatan ini mengakibatkan gerakan usus yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai perjuangan alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan anti peristaltik. Hal ini mengakibatkan terjadi serangan kolik abdomen dan muntah-muntah.

Pathway ileus obstruktif / obstruksi usus


Manifestasi Klinik

1. Mekanika sederhana – usus halus atas

Kolik (kram) pada abdomen pertengahan hingga ke atas, distensi, muntah empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal.

2. Mekanika sederhana – usus halus bawah

Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau tidak ada – kemudian memiliki ampas, bising usus dan suara “hush” meningkat, nyeri tekan difus minimal.

3. Mekanika sederhana – kolon 

Kram (abdomen tengah hingga bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal.

4. Obstruksi mekanik parsial

Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.

5. Strangulasi

Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar.


Komplikasi
  1. Peritonitis lantaran absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi peradangan atau infeksi yang andal pada intra abdomen.
  2. Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu usang pada organ intra abdomen.
  3. Sepsis, infeksi akhir dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.
  4. Syok hipovolemik terjadi akhir kekurangan cairan tubuh dan kehilangan volume plasma.(Brunner and Suddarth, 2001, hal 1122).

Pemeriksaan Penunjang
  1. Sinar x abdomen memperlihatkan gas atau cairan di dalam usus
  2. Barium enema memperlihatkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid yang tertutup.
  3. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akhir muntah; peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum amilase lantaran iritasi pankreas oleh lipatan usus.
  4. Arteri gas darah sanggup mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik.

Penatalaksanaan Medis (Bedah)
  1. Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit :
  2. Terapi Na+, K+, komponen darah
  3. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
  4. Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
  5. Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke area penyumbatan; selang sanggup dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien berbaring miring ke kanan.
  6. Implementasikan pengobatan unutk trauma dan peritonitis.
  7. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein lantaran obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi.
  8. Reseci usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
  9. Ostomi barrel-ganda jikalau anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.
  10. Kolostomi bulat untuk mengalihkan pemikiran feses dan mendekompresi usus dengan reseci usus yang dilakukan sebagai mekanisme kedua.

Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

1. Umum :

Anoreksia dan malaise, demam, takikardia, diaforesis, pucat, kekakuan abdomen, kegagalan untuk mengeluarkan feses atau flatus secara rektal, peningkatan bising usus (awal obstruksi), penurunan bising usus (lanjut), retensi perkemihan dan leukositosis.

2. Khusus :

a. Usus halus 
  • Berat, nyeri abdomen menyerupai kram, peningkatan distensi
  • Distensi ringan
  • Mual
  • Muntah : pada awal mengandung masakan tak dicerna dan kim; selanjutnya muntah air dan mengandung empedu, hitam dan fekal
  • Dehidrasi
b. Usus besar
  • Ketidaknyamana abdominal ringan
  • Distensi berat
  • Muntah fekal laten
  • Dehidrasi laten : asidosis jarang

Diagnosa Keperawatan
  1. Kekurangan volume cairan bekerjasama dengan mual, muntah, demam dan atau diforesis.
  2. Nyeri bekerjasama dengan distensi, kekakuan
  3. Ketidakefektifan contoh nafas bekerjasama dengan distensi abdomen dan atau kekakuan.
  4. Ansietas bekerjasama dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan.

Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan. 1

Kekurangan volume cairan bekerjasama dengan mual, muntah, demam dan atau diforesis.

Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi

Kriteria hasil :
  • Tanda-tanda vital normal 
  • intake dan output seimbang
Intervensi :
  • Pantau tanda vital dan observasi tingkat kesadaran dan tanda-tanda syok
  • Pantau cairan parentral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin
  • Pantau selang nasointestinal dan alat penghisap rendah dan intermitten. Ukur haluaran drainase setiap 8 jam, observasi isi terhadap warna dan konsistensi
  • Posisikan pasien pada miring kanan; kemudian miring kiri untuk memudahkan pasasse ke dalam usus; jangan memplester selang ke hidung hingga selang pada posisi yang benar
  • Pantau selang terhadap masuknya cairan setiap jam
  • Kateter uretral indwelling sanggup dipasang; laporkan haluaran kurang dari 50 ml/jam
  • Ukur lingkar abdomen setiap 4 jam
  • Pantau elektrolit, Hb dan Ht
  • Siapkan untuk pembedahan sesuai indikasi
  • Bila pembedahan tidak dilakukan, kolaborasikan pemberian cairan per oral juga dengan mengklem selang usus selama 1 jam dan memberikanjumlah air yang telah diukur atau memperlihatkan cairan sesudah selang usus diangkat.
  • Buka selang, bila dipasang, pada waktu khusus seusai pesanan, untuk memperkirakan jumlah absorpsi.
  • Observsi abdomen terhadap ketidaknyamanan, distensi, nyeri atau kekauan.
  • Auskultasi bising usus, 1 jam sesudah makan; laporkan tak adanya bising usus.
  • Cairan sebanyak 2500 ml/hari kecuali dikontraindikasikan.
  • Ukur masukan dan haluaran hingga adekuat.
  • Observasi feses pertama terhadap warna, konsistensi dan jumlah; hindari konstipasi
Diagnosa Keperawatan. 2

Nyeri bekerjasama dengan distensi, kekakuan

Tujuan : rasa nyeri teratasi atau terkontrol

Kriteria hasil : pasien mengungkapkan penurunan ketidaknyamanan; menyatakan nyeri pada tingkat sanggup ditoleransi, memperlihatkan relaks.

Intervensi :
  • Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman; jangan menyangga lutut.
  • Kaji lokasi, berat dan tipe nyeri
  • Kaji keefektifan dan pantau terhadap imbas samping anlgesik; hindari morfin
  • Berikan periode istirahat terencana.
  • Kaji dan anjurkan melaksanakan lathan rentang gerak aktif atau pasif setiap 4 jam.
  • Ubah posisi dengan sering dan berikan gosokan punggung dan perawatan kulit.
  • Auskultasi bising usus; perhatikan peningkatan kekauan atau nyeri; berikan enema perlahan bila dipesankan.
  • Berikan dan anjurkan tindakan alternatif penghilang nyeri.
Diagnosa Keperawatan. 3

Ketidakefektifan contoh nafas bekerjasama dengan distensi abdomen dan atau kekakuan.

Tujuan : contoh nafas menjadi efektif.

Kriteria hasil : pasien memperlihatkan kemampuan melaksanakan latihan pernafasan, pernafasan yang dalam dan perlahan.

Intervensi :
  • Kaji status pernafasan; observasi terhadap menelan, “pernafasan cepat”
  • Tinggikan kepala daerah tidur 40-60 derajat.
  • Pantau terapi oksigen atau spirometer insentif
  • Kaji dan ajarkan pasien untuk membalik dan batuk setiap 4 jam dan napas dalam setiap jam.
  • Auskultasi dada terhadap suara nafas setiap 4 jam.
Diagnosa Keperawatan. 4

Ansietas bekerjasama dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan.

Tujuan : ansietas teratasi

Kriteria hasil : pasien mengungkapkan pemahaman perihal penyakit ketika ini dan mendemonstrasikan keterampilan kooping positif dalam menghadapi ansietas.

Intervensi :
  • Kaji sikap koping gres dan anjurkan penggunaan ketrampilan yang berhasil pada waktu lalu.
  • Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan rasa takut; berikan penenangan.
  • Jelaskan mekanisme dan tindakan dan beri penguatan klarifikasi mengenai penyakit, tindakan dan prognosis.
  • Pertahankan lingkungan yang hening dan tanpa stres.
  • Dorong pertolongan keluarga dan orang terdekat.

Daftar Pustaka
  • Nettina, Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed. 1. Jakarta : EGC; 2001
  • Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.
  • Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998
  • Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 1994
  • Reeves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I. Jakarta : Salemba Medika; 2001.

Untuk meend0wnl0ad laporan pendahuluan / LP ileus obstruktif / obstruksi usus pdf dan doc, dibawah.
  • Laporan pendahuluan ileus obstruktif / obstruksi usus doc, (Ambil File)
  • Laporan pendahuluan ileus obstruktif / obstruksi usus pdf, (Ambil File)
Link Alternatif
Demikian laporan pendahuluan / LP ileus obstruktif / obstruksi usus lengkap, d0wnl0ad pdf dan doc kami bagikan, biar bisa menjadi refferensi teman-teman sejawat sekalian dalam pembuatan tugas-tugas keperawatan, Terima kasih.

Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com