Tuesday, June 6, 2017

√ Laporan Pendahuluan / Lp (Oa) Osteoarthritis / Kelainan Sendi Generatif, Download Doc Dan Pdf

Tak bosan-bosannya kami selalu membagikan laporan pendahuluan dengan banyak sekali judul, semoga apa yang kami posting sesuai dengan lp yang teman-teman perawat butuhkan.

Pada postingan kali ini kami bagikan laporan pendahuluan / LP dengan tema kelainan sendi generatif dengan pembahasan osteoarthritis.

Laporan pendahuluan / LP (OA) osteoarthritis / kelainan sendi generatif ini telah kami susun selengkap mungkin mulai dari tinjauan teori sampai konsep asuhan keperawatan berdasarkan beberapa refferensi terpercaya. dan dengan menggunakan format keperawatan yang sesuai.

Dengan tujuan mempermudah teman-teman perawat sekalian laporan pendahuluan / LP (OA) osteoarthritis / kelainan sendi generatif ini kami sediakan dalam format doc dan pdf sehingga teman-teman tinggal d0wnl0ad dan edit sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

Untuk mend0wnl0ad laporan pendahuluan / LP (OA) osteoarthritis / kelainan sendi generatif silahkan gunakan link unduhan yang telah kami sematkan diakhir artikel ini.

Laporan pendahuluan Osteoarthritis

Pengertian 

Osteoarthritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi ) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087)

Osteoarthritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab keganjilan yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin memperlihatkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).

Sedangkan berdasarkan Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995) osteoarthritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi yang sanggup digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dengan citra patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang gres pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang membentuk sendi, sebagai hasil simpulan terjadi perubahan biokimia, metabolisme, fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan subkondrial dan jaringan tulang yang membentuk persendian.( R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi ,1999)


Klasifikasi

Osteoarthritis diklasifikasikan menjadi :
  1. Tipe primer ( idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang bekerjasama dengan osteoartritis
  2. Tipe sekunder menyerupai akhir trauma, infeksi dan pernah fraktur. (Long, C Barbara, 1996  hal 336)

Etiologi / Penyebab

Beberapa penyebab dan faktor predisposisi ialah sebagai berikut:

1. Umur

Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.

2. Pengausan (wear and tear)

Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis sanggup merusak rawan sendi melalui dua prosedur yaitu pengikisan dan proses degenerasi lantaran materi yang harus dikandungnya.

3. Kegemukan

Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis menimbulkan seseorang menjadi tidak aktif dan sanggup menambah kegemukan. 

4. Trauma

Kegiatan fisik yang sanggup mengakibatkan osteoartritis ialah stress berat yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.

5. Keturunan

Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan pada laki-laki yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis, sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena. 

6. Akibat penyakit radang sendi lain

Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi  oleh membran sinovial dan sel-sel radang.

7. Joint Mallignment 

Pada akromegali lantaran efek hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan membal dan mengakibatkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga mempercepat proses degenerasi.

8. Penyakit endokrin

Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit.
Pada diabetes melitus, glukosa akan mengakibatkan produksi proteaglikan menurun. 

9. Deposit pada rawan sendi

Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat sanggup mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.


Patofisiologi

Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang, dan progresif lambat, yang seperti merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang gres pada serpihan tepi sendi.

Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom mengakibatkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga menimbulkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena ialah sendi yang harus menanggung berat badan, menyerupai panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.

Osteoartritis pada beberapa kejadian akan menimbulkan terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut.  

Perubahan-perubahan degeneratif yang menimbulkan lantaran peristiwa-peristiwa tertentu contohnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan mengakibatkan stress berat pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga mengakibatkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada alhasil menimbulkan tulang rawan mengalami abrasi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang mengakibatkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus. ( Soeparman ,1995)

Pathway
Untuk mend0wnl0ad pathway osteoatritis doc, DISINI


Manifestasi Klinis

1. Rasa nyeri pada sendi

Merupakan citra primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang melaksanakan sesuatu kegiatan fisik.  

2. Kekakuan dan keterbatasan gerak

Biasanya akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul sesudah istirahat atau ketika memulai kegiatan fisik.

3. Peradangan

Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa nyeri.  

4. Mekanik 

Nyeri biasanya akan lebih dirasakan sesudah melaksanakan kegiatan usang dan akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat.

Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi sanggup menjalar, contohnya pada osteoartritis coxae nyeri sanggup dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas.  
Nyeri sanggup timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum sanggup diketahui penyebabnya.

5. Pembengkakan Sendi

Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan lantaran pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.

6. Deformitas

Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.

7. Gangguan Fungsi 

Timbul akhir Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.


Komplikasi

Komplikasi yang umum ialah kekakuan sendi dan nyeri tumpul yang dalam, terutama pada pagi hari. Pemakaian sendi berulang-ulang cenderung menambah nyeri. Krepitus, bunyi berderak akhir permukaan yang terpajan saling bergesekan, sering terdengar pada masalah yang berat. Biasanya sendi agak bengkak, dan mungkin terjadi efusi ringan.


Pemeriksaan Penunjang
  1. Untuk OA tidak ada investigasi laboratorium yang diagnostik, tetapi pemeriksan laboratorium yang spesifik sanggup membantu mengetahui penyakit yang mendasari pada OA sekunder.
  2. Dengan uji serologik dengan pendeteksian di dalam cairan sinovium dan/ serum adanya makromolekul (mis, glikosaminoglikan) yang dilepas oleh tulang rawan / tulang yang mengalami degenerasi. 
  3. Sinar-X. Gambar sinar X pada engsel akan memperlihatkan perubahan yang terjadi pada tulang menyerupai pecahnya tulang rawan.
  4. Tes darah. Tes darah akan membantu memberi informasi untuk menilik rematik.
  5. Analisa cairan engsel. Dokter akan mengambil pola sampel cairan pada engsel untuk kemudian diketahui apakah nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh encok atau infeksi.
  6. Artroskopi. Artroskopi ialah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalan engsel tulang. Dokter akan mengamati ketidaknormalan yang terjadi.
  7. Foto Rontgent memperlihatkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai penyempitan rongga sendi

Penatalaksanaan

a. Medikamentosa

Sampai kini belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh lantaran patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid (OAINS) bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak sanggup memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
  • Analgesic yang dapatdipakai ialah asetaminofen takaran 2,6-4,9 g/hari atau profoksifen HCL. Asam salisilat juga cukup efektif namun perhatikan imbas samping pada saluran cerna dan ginjal
  • Jika tidak berpengaruh, atau tidak sanggup peradangan maka OAINS, menyerupai fenofrofin, piroksikam,ibuprofen sanggup digunakan. Dosis untuk osteoarthritis biasanya ½-1/3 takaran penuh untuk arthritis rematoid. Karena pemakaian biasanya untuk jangka panjang, imbas samping utama adalahganggauan mukosa lambung dan gangguan faal ginjal.
  • Injeksi cortisone. Dokter akan menyuntikkan cortocosteroid pada engsel yang mempu mengurangi nyeri/ngilu
  • Suplementasi-visco. Tindakan ini berupa injeksi turunan asam hyluronik yang akan mengurangi nyeri pada pangkal tulang. Tindakan ini hanya dilakukan jikalau osteoarhtritis pada lutut.
b. Perlindungan sendi

Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat lantaran prosedur tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari kegiatan yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang sanggup memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan lantaran kakai yang tertekuk (pronatio).

c. Diet

Diet untuk menurunkan berat tubuh pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi acara utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat tubuh seringkali sanggup mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.

d. Dukungan psikososial

Dukungan psikososial diharapkan pasien osteoartritis oleh lantaran sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain ia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk menggunakan alat-alat pembantu lantaran faktor-faktor psikologis.

e. Persoalan s3kual.

Gangguan secual sanggup dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi lantaran ini harus dimulai dari dokter lantaran biasanya pasien enggan mengutarakannya.

f. Fisioterapi

Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian panas dan cuek dan acara latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi cuek dan obat-obat gosok jangan digunakan sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas sanggup digunakan menyerupai Hidrokolator, alas elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas. Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometrik lebih baik dari pada isotonik lantaran mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul lantaran berkurangnya beban ke sendi oleh lantaran kontraksi otot. Oleh lantaran otot-otot periartikular memegang kiprah penting terhadap proteksi rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut ialah penting.

g. Operasi

Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang konkret dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan ialah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.
  • Penggantian engsel (artroplasti). Engsel yang rusak akan diangkat dan diganti dengan alat yang terbuat dari plastik atau metal yang disebut prostesis.
  • Pembersihan sambungan (debridemen). Dokter bedah tulang akan mengangkat serpihan tulang rawan yang rusak dan mengganggu pergerakan yang mengakibatkan nyeri ketika tulang bergerak.
  • Penataan tulang. Opsi ini diambil untuk osteoatritis pada anak dan remaja. Penataan dilakukan biar sambungan/engsel tidak mendapatkan beban ketika bergerak.
h. Terapi konservatif 

Terapi konservatif meliputi penggunaan kompres hangat, penurunan berat badan, upaya untuk menhistirahatkan sendi serta menghindari penggunaan sendi yang berlebihan pemakaian alat-alat ortotail. Untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi ( bidai penopang) dan latihan isometric serta postural. Terapi okupasioanl dan fisioterapi sanggup membantu pasien untuk mengadopsi taktik penangan mandiri.


Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

1. Aktivitas/Istirahat
  • Nyeri sendi lantaran gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris limitimasi fungsional yang kuat pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan, malaise.
  • Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan pada sendi dan otot.
2. Kardiovaskuler
  • Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
3. Integritas Ego
  • Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
  • Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
  • Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi, contohnya ketergantungan pada orang lain.
4. Makanan / Cairan
  • Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan atau cairan adekuat mual, anoreksia.
  • Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.
5. Hygiene 
  • Berbagai kesulitan untuk melaksanakan kegiatan perawatan diri, ketergantungan pada orang lain.
6. Neurosensori
  • Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi
7. Nyeri/kenyamanan
  • Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pagi hari).
8. Keamanan 
  • Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus
  • Lesi kulit, ulkas kaki
  • Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
  • Demam ringan menetap
  • Kekeringan pada mata dan membran mukosa
9. Interaksi Sosial
  • Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan peran: isolasi. 
10. Penyuluhan/Pembelajaran
  • Riwayat rematik pada keluarga
  • Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan penyakit tanpa pengujian
  • Riwayat perikarditis, lesi tepi katup. Fibrosis pulmonal, pkeuritis.
11. Pemeriksaan Diagnostik
  • Reaksi aglutinasi: positif
  • LED meningkat pesat
  • protein C reaktif : positif pada masa inkubasi.
  • SDP: meningkat pada proses inflamasi
  • JDL: Menunjukkan bahaya sedang
  • Ig (Igm & Ig G) peningkatan besar memperlihatkan proses autoimun
  • RO: memperlihatkan pembengkakan jaringan lunak, abrasi sendi, osteoporosis pada tulang yang berdekatan, deretan kista tulang, penyempitan ruang sendi. 

Diagnosa Keperawatan


Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan. 1

Nyeri akut/kronis bekerjasama dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.

Hasil yang diharapkan/Kriteria evaluasi
  • Menunjukkan nyeri berkurang atau terkontrol
  • Terlihat rileks, sanggup istirahat, tidur dan berpartisipasi dalam kegiatan sesuai kemampuan.
  • Mengikuti acara terapi.
  • Menggunakan keterampilan relaksasi dan kegiatan hiburan ke dalam acara kontrol nyeri.
Intervensi:
  • Kaji keluhan nyeri; catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0 – 10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan gejala rasa nyeri non verbal
  • Beri matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan daerah tidur sesuai kebutuhan ketika klien beristirahat/tidur.
  • Bantu klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatan istirahat di daerah tidur sesuai indikasi. 
  • Pantau penggunaan bantal.
  • Dorong klien untuk sering mengubah posisi.
  • Bantu klien untuk mandi hangat pada waktu berdiri tidur.
  • Bantu klien untuk mengompres hangat pada sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari.
  • Pantau suhu kompres.
  • Berikan masase yang lembut.
  • Dorong penggunaan teknik administrasi stress contohnya relaksasi progresif sentuhan terapeutik bio feedback, visualisasi, pedoman imajinasi hipnotis diri dan pengendalian nafas.
  • Libatkan dalam kegiatan hiburan yang sesuai untuk situasi individu.
  • Beri obat sebelum aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.
  • Bantu klien dengan terapi fisik.
Diagnosa Keperawatan. 2

Kerusakan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Deformitas skeletal, Nyeri, ketidaknyamanan, Penurunan kekuatan otot.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi
  • Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/pembatasan kontraktor
  • Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari kompensasi serpihan tubuh
  • Mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melaksanakan aktivitas.
Intervensi:
  • Pantau tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi 
  • Pertahankan tirah baring/duduk jikalau diperlukan 
  • Jadwal kegiatan untuk menawarkan periode istirahat yang terus-menerus dan tidur malam hari tidak terganggu.
  • Bantu klien dengan rentang gerak aktif/pasif dan latihan resistif dan isometric jikalau memungkinkan
  • Dorongkan untuk mempertahankan posisi tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan.
  • Berikan lingkungan yang aman, contohnya menaikkan kursi/kloset, menggunakan pegangan tinggi dan kolam dan toilet, penggunaan alat bantu mobilitas/kursi roda penyelamat
  • Kolaborasi hebat terapi fisik/okupasi dan seorang hebat vasional.
Diagnosa Keperawatan. 3

Gangguan Citra Tubuh/Perubahan Penampilan Peran bekerjasama dengan Perubahan kemampuan melaksanakan tugas-tugas umum, Peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:
  • Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan.
  • Menyusun tujuan atau planning realistis untuk masa mendatang.
Intervensi:
  • Dorong klien mengungkapkan mengenai duduk masalah wacana proses penyakit, impian masa depan.
  • Diskusikan dari arti kehilangan/perubahan pada seseorang. Memastikan bagaimana pandangan pribadi klien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari termasuk aspek-aspek secual
  • Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan
  • Perhatikan sikap menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan tubuh/perubahan.  
  • Susun batasan pada sikap maladaptif, bantu klien untuk mengidentifikasi sikap positif yang sanggup membantu koping.
  • Bantu kebutuhan perawatan yang diharapkan klien.
  • Ikutsertakan klien dalam merencanakan dan menciptakan acara aktivitas.
Diagnosa Keperawatan. 4

Kurang Perawatan Diri bekerjasama dengan Kerusakan Auskuloskeletal: Penurunan Kekuatan, Daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, Depresi.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi: 
  • Melaksanakan kegiatan perawatan diri pada tingkat yang konsisten pada kemampuan klien.
  • Mendemonstrasikan perubahan teknik/gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
  • Mengidentifikasikan sumber-sumber pribadi/komunitas yang sanggup memenuhi kebutuhan.
Intervensi:
  • Diskusikan tingkat  fungsi umum; sebelum timbul eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang kini diantisipasi.
  • Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan acara latihan.
  • Kaji kendala terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi planning untuk memodifikasi lingkungan.
  • Kolaborasi untuk mencapai terapi okupasi.
Diagnosa Keperawatan. 5

Resiko Tinggi terhadap Kerusakan Penatalaksanaan Lingkungan bekerjasama dengan Proses penyakit degeneratif jangka panjang, Sistem pendukung tidak adekuat.

Hasil yang Diharapkan/Kriteria Evaluasi :
  • Mempertahankan keamanan lingkungan yang meningkatkan perkembangan.
  • Mendemonstrasikan penggunaan sumber-sumber yang efektif dan tepat.
Intervensi:
  • Kaji tingkat fungsi fisik
  • Evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan untuk diri sendiri.
  • Tentukan sumber-sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan situasi individual.
  • Identifikasi untuk peralatan yang diharapkan misal alat bantu mobilisasi.
Diagnosa Keperawatan. 6

Kurang Pengetahuan (Kebutuhan Belajar) Mengenai Penyakit, Prognosis dan Kebutuhan Perawatan dan Pengobatan bekerjasama dengan Kurangnya pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi informasi.

Hasil yang diharapkan/Kriteria Evaluasi:
  • Menunjukkan pemahaman wacana kondisi/pragnosis dan perawatan.
  • Mengembangkan planning untuk perawatan diri termasuk modifikasi gaya hidup  yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.
Intervensi :
  • Tinjau proses penyakit, prognosis dan impian masa depan
  • Diskusikan kebiasaan pasien dalam melaksanakan proses sakit melalui diet, obat-obatan dan acara diet seimbang, latihan dan istirahat.
  • Bantu dalam merencanakan acara kegiatan terintegrasi yang realistis, istirahat, perawatan diri, derma obat-obatan, terapi fisik, dan administrasi stress.
  • Tekankan pentingnya melanjutkan administrasi farmakologi terapi.
  • Identifikasi imbas samping obat.
  • Diskusikan teknik menghemat energi.
  • Berikan informasi wacana alat bantu contohnya tongkat, daerah duduk, dan palang keamanan.
  • Dorong klien untuk mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada ketika istirahat maupun pada ketika melaksanakan aktivitas.
  • Diskusikan pentingnya investigasi lanjutan contohnya LED, kadar salisilat, PT.
  • Beri konseling sesuai dengan prioritas kebutuhan klien.

Daftar Pustaka
  • Long C Barbara, Perawatan Medikal Bedah (Suatu pendekatan proses Keperawatan), Yayasan Ikatan alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, Bandung, 1996
  • Smeltzer C. Suzannne, (2002  ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa Andry Hartono, dkk., Jakarta, EGC.
  • Doenges, EM. (2000 ), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I Made Kariasa, dkk. (2001), Jakarta, EGC.
  • Price, S.A. R. Wilson CL (1991), Pathophisiology Clinical Concept of Disease Process, Alih Bahasa Adji Dharma (1995), Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit, Jakarta, EGC.
  • Depkes, RI (1995), Penerapan Proses Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Maskuloskeletal, Jakarta, Pusdiknakes.
  • R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi (1999), Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, Jakarta, Balai Penerbit FK Universitas Indonesia.
  • A. Soeparman (1995), Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Kedua, Jakarta, Balai Penerbit FKUI.
Untuk mend0wnl0ad laporan pendahuluan / LP (OA) osteoarthritis / Kelainan sendi generatif doc dan pdf, dibawah
Link Alternatif
Demikian laporan pendahuluan / LP (OA) osteoarthritis / kelainan sendi generatif, d0wnl0ad doc dan pdf kami bagikan, kami berharap semoga lp ini bisa menjadi refferensi dalam pembuatan tugas-tugas keperawatan yang berkaitan dengan penyakit kelainan sendi generatif. Terima kasih.

Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com