Sebagai salah satu anggota di sistem tata surya, sabuk asteroid berada di antara orbit planet Mars dan orbit planet Jupiter. Di dalam sabut asteroid terdiri atas aneka macam macam benda atau objek yang tidak beraturan bentuknya, objek tersebut disebut dengan asteroid atau planet kerdil. Sabuk asteroid juga berfungsi sebagai pembatas antara golongan planet yang berukuran kecil atau dikenal dengan planet dalam (Merkurius, Venus, Bumi dan Mars) dengan golongan planet berukuran besar atau planet luar (Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus).
Jika massa dari sabuk asteroid, lebih dari separuhnya berasal dari 4 asteroid besar yaitu, Ceres, 4 Vesta, 2 Pallas, dan 10 Hygiea. Masing – masing dari asteroid tersebut mempunyai diameter lebih dari 400 km. Sedangkan untuk Ceres sendiri yang juga disebut sebagai planet kerdil, mempunyai diameter kurang lebih 950 km. Sedangkan sisanya berukuran kecil bahkan hampir mirip partikel debu.
Awal mula keberadaan sabuk asteroid tidak diketahui. Dahulu, asteroid ini pada awalnya dianggap sebagai bongkahan batuan atau planet. Sebab zaman dahulu, teknologi untuk melaksanakan pengamatan benda – benda langit sangatlah sederhana. Namun hal tersebut tidak membatasi para astronom untuk terus melaksanakan pengamatan dalam menguak benda – benda luar angkasa.
Penelitian ini dimulai oleh Johanner Kepler ketika sedang mengajar matematika pada tahun 1595. Kepler meyakini bila dimensi dari setiap orbit planet mempunyai keteraturan yang sesuai dengan 5 berdiri ruang platonik. Hingga pada tahun 1619, Kepler menemukan aturan gerak planet dengan melaksanakan analisis dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh Tycho Brahe. Kepler menemukan suatu keanehan, yaitu terdapat jarak atau gep yang besar antara Mars dengan Jupiter.
Selain Kepler, pada tahun 1772, Johann Bode mengumumkan aturan matematika perihal prediksi jarak planet dari matahari. Sebelumnya rujukan keteraturan jarak tersebut pertama kali dilakukan oleh David Gregory yang telah diterbitkan di dalam The Elements of Astronomy pada tahun 1715. Pola tersebut disesuaikan oleh Christian Wolf, Johann Elert Bode dan Johan Daniel Titius.
Mereka membuat aturan yang dikenal dengan nama Hukum Bode atau Hukum Titius Bode. Hukum tersebut berupa deret matematika sederhana untuk memprediksi jarak planet – planet dari matahari. Jarak ini hanya hingga di planet Uranus itupun ketika planet tersebut ditemukan olehWilliam Herschel.
Berdasarkan aturan aturan Titius Bode, jarak planet Uranus yaitu 19,6 AU. Johann Bode menemukan kejanggalan di antara Mars dan Jupiter. Hingga akhirnya Bode mengajak para astronom untuk mencari planet yang hilang antara Mars dan Jupiter pada jarak 2,8 AU. Singkat cerita, ada seorang astronom dari Italia yang berjulukan Giuseppe Piazzi yang melaksanakan pengamatan memakai teleskop Palermo Circle dengan apperture 7,5 cm.
Hingga pada tanggal 1 Januari 1801, Piazzi menemukan bintang dengan magnitudo 8 di rasi Taurus. Bintang tersebut bergerak dengan jarak 0,1 derajat setiap malam. Sehingga ia mengumumkan bahwa benda tersebut bukanlah bintang melainkan komet. Akan tetapi ada keganjilan dari komet ini. komet tersebut tidak mempunyai ciri – ciri layaknya komet dan juga komet tersebut bergerak dengan sangat lambat. Sehingga pada akhirnya benda tersebut diberi nama Ceres yang artinya Dewi Kesuburan bangsa Roma.
Para astronom yang berasal dari Eropa Tengah melaksanakan pengamatan dalam mencari planet yang hilang hingga akhirnya menemukan sebuah objek yang berada pada rasi Virgo. Benda tersebut atau planet kecil kedua diberi nama Pallas oleh Wilhelm Olbers. Penemuan tersebut membuat tanda tanya mengapa terdapat 2 planet kecil yang mengorbit di antara orbit Mars dan Jupiter. Dugaan pertama bahwa planet kecil tersebut merupakan hasil dari pecahan planet besar. Hingga ditemukan objek ketiga oleh Karl L. Harding pada tahun 1804 yang diberi nama Juno dan objek keempat yang ditemukan oleh Wilhelm Olbers berjulukan Vesta.
Hingga akhirnya para astronom menyampaikan bahwa area diantara Mars dan Jupiter merupakan area ramai. Setidaknya sudah ditemukan 400 planet kecil (bukan planet) semenjak terakhir Vesta ditemukan (84 tahun). Pada tahun 1850, objek langit yang berada di antara planet Mars dan Jupiter tersebut disebut dengan asteroid. Menurut para ahli, bila asteriod yakni bahan awal pembentuk tata surya namun gagal dalam membuat planet. Dan celah antara Mars dan Jupiter dikenal dengan sebutan sabuk asteroid.
Ciri – Ciri Sabuk Asteroid
Lalu, ciri – ciri dari sabuk asteroid yaitu:
- Berada di antara orbit planet Mars dan orbit planet Jupiter.
- Sama dengan planet – planet lainnya, asteroid tersebut juga mengorbit pada matahari.
- Ukuran antara asteroid satu dengan asteroid yang lain tidak sama. Bahkan ada yang berukuran sangat kecil mirip partikel debu.
- Bentuknya tidak beraturan. Tidak lingkaran mirip planet – planet yang lain.
- Jumlahnya sangat banyak dan tersebar di sepanjang antara orbit Mars dan Jupiter.
- Mempunyai suku yang sangat cuek yaitu -73 derajat celcius.
Bagaimana Sabuk Asteroid Terbentuk?
Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, sabuk asteroid berada di antara Mars dan Jupiter. Jika kita meneliti kebelakang, dimulai dari zaman pembentukan sistem tata surya di mana pada awalnya tata surya berupa bintang dengan piringan kerikil dan gas yang berada di sekeliling bintang. Beberapa juta tahun kemudian planet – planet mulai terbentuk. Saat proses pembentukan planet, sabuk asteroid mempunyai jumlah asteroid 100 kali lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah kini ini. Mengapa sanggup demikian?
Hal ini disebabkan oleh gaya tarik gravitasi yang dimiliki oleh planet Jupiter sangat besar. Setelah terbentuk, jarak Jupiter cukup erat dengan sabuk asteroid, alhasil sebagian besar asteroid keluar dari sistem tata surya. Karena jumlah asteroid di dalam sabuk asteroid berkurang jumlahnya, akhirnya memperlihatkan jarak antara satu asteroid dengan asteroid yang lainnya. Jarak tersebutlah yang akan mengurangi efek gesekan antar asteroid untuk menghasilkan planet sangat kecil terjadi.
Fakta – Fakta Unik Sabuk Asteroid
Ternyata ada beberapa fakta unik mengenai sabuk asteroid. Apa saja faktanya? Berikut daftarnya:
- Setidaknya terdapat lebih dari 200 asteroid yang mempunyai diameter lebih dari 100 km.
- Sedangkan asteroid yang mempunyai diameter kurang dari 100 km, berjumlah 700.000 hingga 1,7 juta asteroid yang tersebar di dalam sabuk asteroid.
- Setengah massa dari total massa keseluruhan sabuk asteroid berasal dari 4 asteroid terbesar yaitu Ceres, Vesta, Pallas dan Hygiea.
- Total massa yang dimiliki sabuk asteroid diprediksi hanya sekitar 4% dari massa yang dimiliki oleh bulan.
- Pada sabuk asteroid terdapat 1 planet kerdil yaitu Ceres yang juga termasuk asteroid terbesar. Diameter dari Ceres mencapai 950 km. Sedangkan asteroid besar lainnya mempunyai diameter tidak hingga 400 km.
- Terdapat wahana pertama yang berhasil melintasi sabuk asteroid. Wahana tersebut berupa pesawat luar angkasa yang berjulukan Pioneer 10 yang melaksanakan misi perjalanan melalui sabuk asteroid pada tahun 1972.
- Saat sebuah wahana atau pesawat luar angkasa melintasi sabuk asteroid, wahana tersebut tidak akan bertabrakan dengan asteroid – asteroid. Hal ini disebabkan sabuk asteroid bukanlah suatu objek yang padat, justru cukup ringkih dan letak asteroidnya yang menyebar. Sehingga perjalanan antariksa tidak akan mengalami kesulitan.
- Komposisi di setiap asteroid di sabuk asteroid berbeda – beda. Asteroid terbagi menjadi 3 golongan yaitu, tipe C (asteroid karbon), tipe S (asteroid silikat) dan tipe M (asteroid logam).
Demikian klarifikasi mengenai sabut asteroid. Semoga sanggup menambah pengetahuan dan bermanfaat untuk Anda.
Sumber aciknadzirah.blogspot.com