Monday, July 31, 2017

√ Laporan Pendahuluan / Lp Cva Lengkap, D0wnl0ad Dalam Bentuk Doc Dan Pdf

Masih wacana Laporan pendahuluan, pada kesempatan kali ini kami bagikan laporan pendahuluan CVA. 

ibarat biasa file laporan pendahuluan CVA ini pun kami bagikan dalam bentuk file doc dan pdf. Makara jikalau sobat - sobat sejawat sekalian membutuhkan nya untuk pembuatan tugas, ibarat askep, makalah dan tentunya juga laporan pendahuluan.

sanggup did0wnl0ad dibawah ini :
adapun isi dari file laporan pendahuluan CVA yang kami bagikan diatas bisa anda lihat dibawah ini :

Laporan Pendahuluan CVA

Pengertian

CVA atau Cerebro Vaskuler Accident biasa di kenal oleh masyarakat dengan istilah Stroke. Istilah ini lebih terkenal di banding CVA, Kelainan ini terjadi pada organ otak, lebih tepatnya yakni Gangguan Pembuluh Darah Otak, Berupa penurunan kualitas pembuluh darah otak.

CVA (Cerebro Vascular Accident) merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan lantaran terjadinya gangguan peredaran darah otak yang dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja dengan gejala-gejala berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabakan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir, daya ingat dan bentuk-bentuk keganjilan lain hingga menimbulkan janjkematian (Muttaqin, 2008:234).

CVA Infark yakni sindrom klinik yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa defisit neurologi fokal atau global yang berlangsung 24 jam terjadi lantaran trombositosis dan emboli yang menimbulkan penyumbatan yang bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung (arcus aorta) (Suzanne, 2002: 2131).


Etiologi

Ada dua penyebab CVA (Muttaqin, 2008: 235) yaitu :

1. Trombosis serebri

Terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menimbulkan iskemi jaringan otak yang sanggup menimbulkan edema dan kongesti disekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang bau tanah yang sedang tidur atau bangkit tidur. Terjadi lantaran penurunan acara simpatis dan penurunan tekanan darah. Trombosis serebri ini disebabkan lantaran adanya:
  • Aterosklerostis: mengerasnya/berkurangnya kelenturan dan elastisitas dinding pembuluh darah
  • Hiperkoagulasi: darah yang bertambah kental yang akan menimbulkan viskositas/ hematokrit meningkat sehingga sanggup melambatkan pedoman darah cerebral
  • Arteritis: radang pada arteri

2. Emboli

Dapat terjadi lantaran adanya penyumbatan pada pembuluhan darah otak oleh bekuan darah, lemak, dan udara. Biasanya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri. Keadaan-keadaan yang sanggup menimbulkan emboli:
  • Penyakit jantung reumatik
  • Infark miokardium
  • Fibrilasi dan keadaan aritmia : sanggup membentuk gumpalan-gumpalan kecil yang sanggup menimbulkan emboli cerebri
  • Endokarditis : menimbulkan gangguan pada endokardium

Faktor resiko 

ada dua macam faktor yang sanggup menimbulkan terkena serangan CVA yaitu faktor resiko yang bisa dicegah dan faktor yang tidak bisa dicegah. yaitu :

1.Faktor resiko yang bisa diobati / dicegah :
  • Perokok.
  • Penyakit jantung ( Fibrilasi Jantung )
  • Tekanan darah tinggi.
  • Peningkatan jumlah sel darah merah ( Policitemia).
  • Transient Ischemic Attack ( TIAs)

2.Faktor resiko yang tidak bisa di cegah :
  • Usia di atas 65.
  • Peningkatan tekanan karotis ( indikasi terjadinya artheriosklerosis yang meningkatkan resiko serangan stroke).
  • DM.
  • Keturunan ( Keluarga ada stroke).
  • Pernah terjangkit stroke.
  • Race ( Kulit hitam lebih tinggi )
  • Sex ( pria lebih 30 % daripada perempuan ).

Tanda dan Gejala

Tanda dan tanda-tanda berdasarkan potongan otak, berdasarkan Hudak dan Gallo dalam buku keperawatan Kritis (1996: 258-260), yaitu:

1. Lobus Frontal

a. Deficit Kognitif : kehilangan memori, rentang perhatian singkat, peningkatan distraktibilitas (mudah buyar), penilaian buruk, tidak bisa menghitung, memberi alasan atau berpikir abstrak.

b. Deficit Motorik : hemiparese, hemiplegia, distria (kerusakan otot-otot bicara), disfagia (kerusakan otot-otot menelan).

c. Defici acara mental dan psikologi antara lain : labilitas emosional, kehilangan kontrol diri dan kendala soaial, penurunan toleransi terhadap stres, ketakutan, permusuhan frustasi, marah, kekacuan mental dan keputusasaan, menarik diri, isolasi, depresi.

2. Lobus Parietal

a. Dominan :

1) Defisit sensori antara lain defisit visual (jaras visual terpotong sebagian besar pada hemisfer serebri), hilangnya respon terhadap sensasi superfisial (sentuhan, nyeri, tekanan, panas dan dingin), hilangnya respon terhadap proprioresepsi (pengetahuan wacana posisi potongan tubuh).

2) Defisit bahasa/komunikasi
  • Afasia ekspresif (kesulitan dalam mengubah bunyi menjadi pola-pola bicara yang sanggup dipahami)
  • Afasia reseptif (kerusakan kelengkapan kata yang diucapkan)
  • Afasia global (tidak bisa berkomunikasi pada setiap tingkat)
  • Aleksia (ketidakmampuan untuk mengerti kata yang dituliskan)
  • Agrafasia (ketidakmampuan untuk mengekspresikan ide-ide dalam tulisan).

b. Non Dominan

Defisit perseptual (gangguan dalam mencicipi dengan sempurna dan menginterpretasi diri/lingkungan) antara lain:
  • Gangguan skem/maksud tubuh (amnesia atau menyangkal terhadap ekstremitas yang mengalami paralise)
  • Disorientasi (waktu, tempat dan orang)
  • Apraksia (kehilangan kemampuan untuk mengguanakan obyak-obyak dengan tepat)
  • Agnosia (ketidakmampuan untuk mengidentifikasi lingkungan melalui indra)
  • Kelainan dalam menemukan letak obyek dalam ruangan
  • Kerusakan memori untuk mengingat letak spasial obyek atau tempat
  • Disorientasi kanan kiri

3. Lobus Occipital: deficit lapang penglihatan penurunan ketajaman penglihatan, diplobia(penglihatan ganda), buta.

4. Lobus Temporal : defisit pendengaran, gangguan keseimbangan tubuh


Patofisiologi

Pada stroke atau CVA, iskemik terjadi dalam jaringan otak yang pedoman darah arterinya terganggu akhir trombus atau emboli sehingga menimbulkan gangguan fungsi otak. Iskemik sanggup menimbulkan hipoksia atau anoksia dan hipoglikemik pada jaringan otak. Proses ini sanggup menimbulkan janjkematian pada neuron, sel ganglia dan struktur otak disekitar area infark. Edema yang terjadi akan memperberat infark itu sendiri. Edema sanggup berlangsung dalam beberapa jam atau beberapa hari.

Setelah terjadinya infark dan edema, maka secara otomatis akan terjadi penurunan kemampuan fungsi otak dalam menjalankan fungsi neurologisnya ibarat semula. Hal ini menimbulkan terjadinya defisit neurologis pada area kontralateral dari area lesi otak yang terkena, sesuai dengan karakteristik dari otak.

Fathway CVA.

Fathway CVA
Download Pathway CVA doc, DISINI

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada pasien CVA infark:

1. Laboratorium :

a. Pada investigasi paket stroke: Viskositas darah pada apsien CVA ada peningkatan VD > 5,1 cp, Test Agresi Trombosit (TAT), Asam Arachidonic (AA), Platelet Activating Factor (PAF), fibrinogen (Muttaqin, 2008: 249-252)

b. Analisis laboratorium standar meliputi urinalisis, HDL pasien CVA infark mengalami penurunan HDL dibawah nilai normal 60 mg/dl, Laju endap darah (LED) pada pasien CVA bertujuan mengukur kecepatan sel darah merah mengendap dalam tabung darah LED yang tinggi memperlihatkan adanya radang. Namun LED tidak memperlihatkan apakah itu radang jangka lama, contohnya artritis, panel metabolic dasar (Natrium (135-145 nMol/L), kalium (3,6- 5,0 mMol/l), klorida,) (Prince, dkk ,2005:1122)

2. CT scan : pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti. Hasil investigasi biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di ventrikel atau menyebar ke permukaan otak (Muttaqin, 2008:140).

3. Pemeriksaan sinar X toraks: sanggup mendeteksi pembesaran jantung (kardiomegali) dan infiltrate paru yang berkaitan dengan gagal jantung kongestif (Prince,dkk,2005:1122)

4. Ultrasonografi (USG) karaois: penilaian standard untuk mendeteksi gangguan pedoman darah karotis dan kemungkinan memmperbaiki kausa stroke (Prince,dkk ,2005:1122).

5. Angiografi serebrum : membantu memilih penyebab dari stroke secara Spesifik ibarat lesi ulseratrif, stenosis, displosia fibraomuskular, fistula arteriovena, vaskulitis dan pembentukan thrombus di pembuluh besar (Prince, dkk ,2005:1122).

6. Pemindaian dengan Positron Emission Tomography (PET): mengidentifikasi seberapa besar suatu tempat di otak mendapatkan dan memetabolisme glukosa serta luas cedera (Prince, dkk ,2005:1122)

7. Ekokardiogram transesofagus (TEE): mendeteksi sumber kardioembolus potensial (Prince, dkk ,2005:1123).

8. MRI : menggunakan gelombang magnetik untuk mengusut posisi dan besar / luasnya tempat infark (Muttaqin, 2008:140).


Penatalaksanaan

Ada beberapa penatalaksanaan pada pasien dengan CVA infark (Muttaqin, 2008:14):

1. Untuk mengobati keadaan akut, berusaha menstabilkan TTV dengan :

  • Mempertahankan jalan masuk nafas yang paten 
  • Kontrol tekanan darah 
  • Merawat kandung kemih, tidak menggunakan keteter 
  • Posisi yang tepat, posisi diubah tiap 2 jam, latihan gerak pasif.

2. Terapi Konservatif

  • Vasodilator untuk meningkatkan pedoman serebral 
  • Anti agregasi trombolis: aspirin untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi setelah ulserasi alteroma. 
  1. Anti koagulan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya trombosisiatau embolisasi dari tempat lain ke sistem kardiovaskuler. 
  2. Bila terjadi peningkatan TIK, hal yang dilakukan: 1) Hiperventilasi dengan ventilator sehingga PaCO2 30-35 mmHg 2) Osmoterapi antara lain : - Infus manitol 20% 100 ml atau 0,25-0,5 g/kg BB/ kali dalam waktu 15-30 menit, 4-6 kali/hari. - Infus gliserol 10% 250 ml dalam waktu 1 jam, 4 kali/hari 
  3. Posisi kepala head up (15-30⁰) 
  4. Menghindari mengejan pada BAB 
  5. Hindari batuk 
  6. Meminimalkan lingkungan yang panas

Konsep Asuhan Keperawatan CVA.

Pengkajian

Biodata

Pengkajian biodata di fokuskan pada :

Umur : lantaran usia di atas 55 tahun merupakan resiko tinggi terjadinya serangan stroke.Jenis kelamin : pria lebih tinggi 30% di banding wanita.Ras : kulit gelap lebih tinggi angka kejadiannya.

Keluhan Utama

Biasanya klien tiba ke rumah sakit dalam kondisi : penurunan kesadaran atau koma serta disertai kelumpuhan dan keluhan sakit kepala hebat bila masih sadar.

Upaya yang telah dilakukan

Jenis CVA Bleeding memperlihatkan tanda-tanda yang cepat memburuk.Oleh lantaran itu klien biasanya eksklusif di bawa ke Rumah Sakit.

Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu di kaji adanya riwayat DM, Hipertensi, Kelainan Jantung, Pernah TIAs, Policitemia lantaran hal ini berafiliasi dengan penurunan kualitas pembuluh darah otak menjadi menurun.

Riwayat Penyakit Sekarang

Kronologis insiden CVA Bleeding sering setelah melaksanakan aktifitas tiba-tiba terjadi keluhan neurologis misal : sakit kepala hebat, penurunan kesadaran hingga koma.

Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu di kaji mungkin ada anggota keluarga sedarah yang pernah mengalami stroke.

Pemenuhan Kebutuhan Sehari - hari

Apabila telah mengalami kelumpuhan hingga terjadinya koma maka perlu klien membutuhkan pemberian dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dari pemberian sebagaian hingga total.Meliputi :
  • mandi
  • makan/minum
  • bab / bak
  • berpakaian
  • berhias
  • aktifitas mobilisasi
Pemeriksaan Fisik

BI ( Bright / pernafasan).

Perlu di kaji adanya :
  • Adakah tanda-tanda pengecap jatuh ke belakang.
  • Auskultasi bunyi nafas mungkin ada tanda stridor.
  • Catat jumlah dan rama nafas

B2 ( Blood / sirkulasi ).

Deteksi adanya : tanda-tanda peningkatan TIK yaitu peningkatan Tekanan Darah disertai dengan pelebaran nadi dan penurunan jumlah nadi.

B3 ( Brain / Persyarafan, Otak )

Kaji adanya keluhan sakit kepala hebat.Periksa adanya pupil unilateral, Observasi tingkat kesadaran.
B4 ( Bladder / Perkemihan ).
Tanda-tanda inkontinensia urin

B5 ( Bowel : Pencernaan )

Tanda-tanda inkontinensia alfi.

B6 ( Bone : Tulang dan Integumen ).

Kaji adanya kelumpuhan atau kelemahan.Tanda-tanda decubitus lantaran tirah baring lama.Kekuatan otot.

Interaksi Sosial

Biasanya di jumpai tanda kecemasan lantaran ancaman janjkematian diekspresikan dengan menangis, klien dan keluarga sering bertanya wacana pengobatan dan kesembuhannya.


Diagnosa Keperawatan
  1. Resiko peningkatan TIK berafiliasi dengan penambahan isi otak sekunder terhadap perdarahan otak.
  2. Intoleransi aktifitas (ADL) berafiliasi dengan kehilangan kesadaran,kelumpuhan.
  3. Gangguan Persepsi Sensosri : Perabaan yang berafiliasi dengan penitikberatan pada saraf sensori
  4. Kurangnya perawatan diri berafiliasi dengan hemiparese/hemiplegi dan kehilangan kesadaran.
  5. Resiko Gangguan Nutrisi kurang dari kebutuhan dengan kelemahann otot mengunyah dan menelan sekunder kehilangan kesadaran.

Intervensi Keperawatan

Diagnosa. 1

Resiko peningkatan TIK berafiliasi dengan penambahan isi otak sekunder terhadap perdarahan otak.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak mengalami peningkatan tekanan intra kranial.

Kriteria hasil :

Tidak terdapat tanda peningkatan tekanan intra kranial :
  • Peningkatan tekanan darah.
  • Nadi melebar.
  • Pernafasan cheyne stokes
  • Muntah projectile.
  • Sakit kepala hebat.

Pencegahan TIK meningkat di laksanakan.

intervensi

NO
INTERVENSI
RASIONAL
1.       
Pantau tanda dan tanda-tanda peningkatan TIK
§  tekanan darah
§  nadi
§  GCS
§  Respirasi
§  Keluhan sakit kepala hebat
§  Muntah projectile
§  Pupil unilateral
Deteksi dini peningkatan TIK untuk melaksanakan tindakan lebih lanjut.
2.       
Tinggikan kepala tempat tidur 15-30 derajat kecuali ada kontra indikasi.Hindari mengubah posisi dengan cepat.
Meninggikan kepala sanggup membantu drainage vena untuk mengurangi kongesti vena.
3.       
Hindari hal-hal berikut :
Masase karotid



Fleksi leher atau rotasi > 45 derajat.



Rangsangan anal dengan jari(boleh tapi dengan hati-hati ) hindari mengedan, fleksi ekstrem panggul dan lutut.




Masase  karotid memperlambat frekuensi jantung dan mengurangi sirkulasi sistemik yang diikuti peningkatan sirkulasi secara tiba-tiba.
Fleksi atau rotasi ekstrem leher mengganggu  cairan cerebrospinal dan drainage vena dari rongga intra kranial.
Aktifitas ini menimbulkan manuver valsalva yang merusak pedoman balik vena dengan kontriksi vena jugularis dan peningkatan TIK.
4.       
Konsul dokter untuk mendapatkan pelunak feces jikalau di perlukan.
Mencegah konstipasi dan mengedan yang menimbulkan manuver valsalva.
5.       
Pertahankan lingkungan  tenang, sunyi dan pencahayaan redup.
Meningkatkan istirahat dan menurunkan rangsangan membantu menurunkan TIK.
6.       
Berikan obat-obatan sesuai dengan pesanan:
§  Anti hipertensi.

§  Anti koagulan.

§  Terapi intra vena pengganti cairan dan elektrolit.
§  Pelunak feces.
§  Anti tukak.
§  Roborantia.

§  Analgetika.
§  Vasodilator perifer.


§  Menurunkan tekanan darah.
§  Mencegah terjadinya trombus.
§  Mencegah defisit cairan.

§  Mencegah obstipasi.
§  Mencegah stres ulcer.
§  Meningkatkan daya tahan tubuh.
§  Mengurangi nyeri.
§  Memperbaiki sirkulasi darah otak.

Diagnosa. 2

Intoleransi aktifitas (ADL) berafiliasi dengan kehilangan kesadaran,kelumpuhan.

Tujuan : Klien bisa melaksanakan acara fisik sesuai dengan kemampuannya

Kriteria hasil
  • Tidak terjadi kontraktur sendi, Bertambahnya kekuatan otot
  • Klien memperlihatkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
Intervensi

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Ubah posisi klien tiap 2 jam


2.      Ajarkan klien untuk melaksanakan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit
3.      Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit
4.      Berikan papan kaki pada ekstrimitas dalam posisi fungsionalnya
5.      Tinggikan kepala dan tangan
6.      Kolaborasi dengan jago fisioterapi untuk latihan fisik klien

§  Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akhir sirkulasi darah yang buruk pada tempat yang tertekan
§  Gerakan aktif memperlihatkan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan
§  Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan


Diagnosa. 3

Gangguan Persepsi Sensosri : Perabaan yang berafiliasi dengan penitikberatan pada saraf sensori

Tujuan : Meningkatnya persepsi sensorik : perabaan secara optimal.

Kriteria hasil :
  • Klien sanggup mempertahankan tingakat kesadaran dan fungsi persepsi
  • Klien mengakui perubahan dalam kemampuan untuk meraba dan merasa
  • Klien sanggup memperlihatkan sikap untuk mengkompensasi terhadap perubahan sensori
Intervensi

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Tentukan kondisi patologis klien


2.      Kaji kesadaran sensori, ibarat membedakan panas/dingin, tajam/tumpul, posisi potongan tubuh/otot, rasa persendian



3.      Berikan stimulasi terhadap rasa sentuhan, ibarat memperlihatkan klien suatu benda untuk menyentuh, meraba. Biarkan klien menyentuh dinding atau batas-batas lainnya.

4.      Lindungi klien dari suhu yang berlebihan, kaji adanya lindungan yang berbahaya. Anjurkan pada klien dan keluarga untuk melaksanakan investigasi terhadap suhu air dengan tangan  yang normal
5.      Anjurkan klien untuk mengamati kaki dan tangannya bila perlu dan menyadari posisi potongan tubuh yang sakit. Buatlah klien sadar akan semua potongan tubuh yang terabaikan ibarat stimulasi sensorik pada tempat yang sakit, latihan yang membawa area yang sakit melewati garis tengah, ingatkan individu untuk merawata sisi yang sakit.
6.      Hilangkan kebisingan/stimulasi eksternal yang berlebihan.


7.      Lakukan validasi terhadap persepsi klien

1.      Untuk mengetahui tipe dan lokasi yang mengalami gangguan, sebagai penetapan planning tindakan
2.      Penurunan kesadaran terhadap sensorik dan perasaan kinetik kuat terhadap keseimbangan/posisi dan kesesuaian dari gerakan yang mengganggu ambulasi, meningkatkan resiko terjadinya trauma.
3.      Melatih kembali jaras sensorik untuk mengintegrasikan persepsi dan intepretasi diri. Membantu klien untuk mengorientasikan potongan dirinya dan kekuatan dari tempat yang terpengaruh.
4.      Meningkatkan keamanan klien dan menurunkan resiko terjadinya trauma.




5.      Penggunaan stimulasi penglihatan dan sentuhan membantu dalan mengintegrasikan sisi yang sakit.







6.      Menurunkan ansietas dan respon emosi yang berlebihan/kebingungan yang berafiliasi dengan sensori berlebih.
7.      Membantu klien untuk mengidentifikasi ketidakkonsistenan dari persepsi dan integrasi stimulus.


Diagnosa. 4


4.Kurangnya perawatan diri berafiliasi dengan hemiparese/hemiplegi dan kehilangan kesadaran.

Tujuan

Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi

Kriteria hasil
  • Klien sanggup melaksanakan acara perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien
  • Klien sanggup mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk memperlihatkan pemberian sesuai kebutuhan
Intervensi
INTERVENSI
RASIONAL
1.      Tentukan kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melaksanakan perawatan diri.

2.      Beri motivasi kepada klien untuk tetap melaksanakan acara dan beri pemberian dengan sikap sungguh
3.      Hindari melaksanakan sesuatu untuk klien yang sanggup dilakukan klien sendiri, tetapi berikan pemberian sesuai kebutuhan.





4.      Berikan umpan balik yang faktual untuk setiap perjuangan yang dilakukannya atau keberhasilannya
5.      Kolaborasi dengan jago fisioterapi/okupasi

1.      Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual
2.      Meningkatkan harga diri dan semangat untuk berusaha terus-menerus
3.      Klien mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun pemberian yang diberikan bermanfaat dalam mencegah frustasi, yakni penting bagi klien untuk melaksanakan sebanyak mungkin untuk diri-sendiri untuk mempertahankan harga diri dan meningkatkan pemulihan
4.      Meningkatkan perasaan makna diri dan kemandirian serta mendorong klien untuk berusaha secara kontinyu
5.      Memberikan pemberian yang mantap untuk menyebarkan planning terapi dan mengidentifikasi kebutuhan alat penyokong khusus


Diagnosa. 5

Resiko Gangguan Nutrisi kurang dari kebutuhan dengan kelemahann otot mengunyah dan menelan sekunder kehilangan kesadaran.

Tujuan

Tidak terjadi gangguan nutrisi

Kriteria hasil
  • Berat tubuh sanggup dipertahankan/ditingkatkan
  • Hb dan albumin dalam batas normal
Intervensi
INTERVENSI
RASIONAL
1.      Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan reflek batuk
2.      Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, selama dan setelah makan
3.      Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka lisan secara manual dengan menekan ringan diatas bibir/dibawah dagu jikalau dibutuhkan
4.      Letakkan masakan pada tempat lisan yang tidak terganggu


5.      Berikan makan dengan berlahan pada lingkungan yang tenang

6.      Mulailah untuk memperlihatkan makan peroral setengah cair, makan lunak dikala klien sanggup menelan air
7.      Anjurkan klien menggunakan sedotan meminum cairan

8.      Anjurkan klien untuk berpartisipasidalam jadwal latihan/kegiatan.

9.      Kolaborasi dengan tim dokter untuk memperlihatkan ciran melalui iv  atau masakan melalui selang
1.      Untuk menetapkan jenis masakan yang akan diberikan pada klien
2.      Untuk klien lebih gampang untuk menelan lantaran gaya gravitasi
3.      Membantu dalam melatih kembali sensori dan meningkatkan kontrol muskuler


4.      Memberikan stimulasi sensori (termasuk rasa kecap) yang sanggup mencetuskan perjuangan untuk menelan dan meningkatkan masukan
5.      Klien sanggup berkonsentrasi pada prosedur makan tanpa adanya distraksi/gangguan dari luar
6.      Makan lunak/cairan kental gampang untuk mengendalikannya didalam mulut, menurunkan terjadinya aspirasi
7.      Menguatkan otot fasial dan dan otot menelan dan menurunkan resiko terjadinya tersedak
8.      Dapat meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang meningkatkan nafsu makan
9.      Mungkin diharapkan untuk memperlihatkan cairan pengganti dan juga masakan jikalau klien tidak bisa untuk memasukkan segala sesuatu melalui mulut


Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah selesai dalam proses keperawatan. Evaluasi yakni kegiatan yang di sengaja dan terus-menerus dengan melibatkan klien, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diharapkan pengetahuan wacana kesehatan, patofisiologi, dan taktik evaluasi. Tujuan penilaian yakni untuk menilai apakah tujuan dalam planning keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melaksanakan pengkajian ulang. (Lismidar, 1990).


Daftar Pustaka
  • Marylin Doengus , TERJEMAHAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN , EGC, 1999.
  • Lynda Jual C ,RENCANA ASUHAN DAN DOKUMENTASI KEPERAWATAN, EGC,1999.
  • Anna Owen ,PEMANTAUAN PERAWATAN KRITIS, , EGC, 1997.
  • Susan C.dewit, ESSENTIALS OF MEDICAL SURGICAL NURSING, W.B SOUNDERS COMPANY, 1998
  • Harsono,ED, NEUROLOGI KLINIS, GAJAH MADA UNIVERSITY PRESS, 1996.
  • 2000, Harsono ED, KAPITA SELEKTA NEUROLOGI, Gajah Mada UP.


Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com