Thursday, August 10, 2017

√ Laporan Pendahuluan / Lp Eritroderma (Dermatitis Eksfoliativa) Lengkap, Pdf Dan Ms.Word

Masih laporan pendahuluan, untuk kali ini kami posting laporan pendahuluan eritroderma, yaitu sebuah tinjauan teori hingga konsep asuhan keperawatan ihwal penyakit eritroderma yaitu suatu penyakit kulit yang ditandai dengan adanya eritema yang hampir diseluruh tubuh.

bagi sobat - sobat yang sedang praktek ataupun lagi menjalankan proses profesi ners keperawatan dan membutuhkan laporan pendahuluan eritoderma. disini kami bagikan dalam bentuk PDF dan Ms.Word.

Untuk mend0wnl0ad silahkan dibawah :

atau bagi yang mau sekedar membaca silahkan baca dibawah ini

Laporan Pendahuluan / LP Eritroderma

DEFINISI


Eritroderma ( dermatitis eksfoliativa ) yaitu kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema seluruh / hampir seluruh tubuh , biasanya disertai skuama ( Arief Mansjoer, 2000 : 121 ).

Eritroderma merupakan inflamasi kulit yang berupa eritema yang terdapat hampir atau di seluruh tubuh ( www.medicastore.com ).

Dermatitis eksfoliativa generalisata yaitu suatu kelainan peradangan yang ditandai dengan eritema dan skuam yang hampir mengenai seluruh tubuh ( Marwali Harahap, 2000 : 28 )

Dermatitis eksfoliativa merupakan keadaan serius yang ditandai oleh inflamasi yang progesif dimana eritema dan pembentukan skuam terjadi dengan distribusi yang kurang lebih menyeluruh ( Brunner & Suddarth vol 3 , 2002 : 1878 ).


ETIOLOGI

Berdasarkan penyebabnya , penyakit ini sanggup dibagikan dalam 2 kelompok :

1. Eritrodarma eksfoliativa primer

Penyebabnya tidak diketahui. Termasuk dalam golongan ini eritroderma iksioformis konginetalis dan eritroderma eksfoliativa neonatorum(5–0 % ).

2. Eritroderma eksfoliativa sekunder
  • Akibat penggunaan obat secara sistemik yaitu penicillin dan derivatnya , sulfonamide , analgetik / antipiretik dan ttetrasiklin. 
  • Meluasnya dermatosis ke seluruh tubuh , sanggup terjadi pada liken planus , psoriasis , pitiriasis rubra pilaris , pemflagus foliaseus , dermatitis seboroik dan dermatitis atopik. 
  • Penyakit sistemik ibarat Limfoblastoma. ( Arief Mansjoer , 2000 : 121 : Rusepno Hasan 2005 : 239 )

ANATOMI

Kulit mepunyai tiga lapisan utama : Epidermis , Dermis dan Jaringan sub kutis. Epidermis ( lapisan luar ) tersusun dari beberapa lapisan tipis yang mengalami tahap diferensiasi pematangan. Kulit ini melapisi dan melindungi organ di bawahnya terhadap kehilangan air , cedera mekanik atau kimia dan mencegah masuknya mikroorganisme penyebab penyakit. Lapisan paling dalam epidermis membentuk sel – sel gres yang bermigrasi kearah permukaan luar kulit. Epidermis terdalam juga menutup luka dan mengembalikan integritas kulit sel – sel khusus yang disebut melanosit sanggup ditemukan dalam epidermis. Mereka memproduksi melanin , pigmen gelap kulit. Orang berkulit lebih gelap memiliki lebih banyak melanosit aktif.

Epidermis terdiri dari 5 lapisan yaitu :
  1. Stratum Korneum, Selnya sudah mati , tidak memiliki intisel , intiselnya sudah mati dan mengandung zat keratin. 
  2. Stratum lusidum, Selnya pipih , bedanya dengan stratum granulosum ialah sel – sel sudah banyak yang kehilangan inti dan butir – butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki. 
  3. Stratum Granulosum, Stratum ini terdiri dari sel – sel pipih. Dalam sitoplasma terdapat butir–butir yang disebut keratohialin yang merupakan fase dalam pembentukan keratin. 
  4. Stratum Spinosum / Stratum Akantosum Lapisan yang paling tebal. 
  5. Stratum Basal / Germinativum Stratum germinativum menggantikan sel – sel yang diatasnya dan merupakan sel – sel induk.

Dermis terdiri dari 2 lapisan :
  1. Bagian atas , papilaris ( stratum papilaris ) 
  2. Bagian bawah , retikularis ( stratum retikularis ) 
Kedua jaringan tersebut terdiri dari jaringan ikat lonngar yang tersusun dari serabut – serabut kolagen , serabut lentur dan serabut retikulus Serabut kolagen untuk memperlihatkan kekuatan pada kulit. Serabut lentur memperlihatkan kelenturan pada kulit. Retikulus terdapat terutama di sekitar kelenjar dan folikel rambut dan memperlihatkan kekuatan pada alat tersebut.


Subkutis

Terdiri dari kumpulan – kumpulan sel – sel lemak dan diantara gerombolan ini berjalan serabut – serabut jaringan ikat dermis.

Fungsi kulit :
  • Proteksi 
  • Pengatur suhu 
  • Absorbsi 
  • Pembentukan pigmen 
  • Eksresi 
  • Keratinisasi 
  • Sensasi 
  • Pembentukan vit D ( Syaifuddin , 1997 : 141 – 142 )

PATOFISIOLOGI

Pada dermatitis eksfoliatif terjadi pelepasan stratum korneum ( lapisan kulit yang paling luar ) yang mencolok yang menyebabkan kebocoran kapiler , hipoproteinemia dan keseimbangan nitrogen yang negatif . Karena dilatasi pembuluh darah kulit yang luas , sejumlah besar panas akan hilang jadi dermatitis eksfoliatifa memperlihatkan imbas yang konkret pada keseluruh tubuh.

Pada eritroderma terjadi eritema dan skuama ( pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kult sel – sel dalam lapisan basal kulit membagi diri terlalu cepat dan sel – sel yang gres terbentuk bergerak lebih cepat ke permukaan kulit sehingga tampak sebagai sisik / plak jaringan epidermis yang profus.

Mekanisme terjadinya alergi obat ibarat terjadi secara non imunologik dan imunologik ( alergik ) , tetapi sebagian besar merupakan reaksi imunologik. Pada mekanismee imunologik, alergi obat terjadi pada pemberian obat kepada pasien yang sudah tersensitasi dengan obat tersebut. Obat dengan berat molekul yang rendah awalnya berperan sebagai antigen yang tidak lengkap ( hapten ). Obat / metaboliknya yang berupa hapten ini harus berkojugasi dahulu dengan protein contohnya jaringan , serum / protein dari membran sel untuk membentuk antigen obat dengan berat molekul yang tinggi sanggup berfungsi pribadi sebagai antigen lengkap.( Brunner & Suddarth vol 3 , 2002 : 1878 )

Fathway Eritroderma
Fathway Eritroderma


MANIFESTASI KLINIS
  • Eritroderma tanggapan alergi obat , biasanya secara sistemik. Biasanya timbul secara akut dalam waktu 10 hari. Lesi awal berupa eritema menyeluruh , sedangkan skuama gres muncul ketika penyembuhan. 
  • Eritroderma tanggapan ekspansi penyakit kulit yang tersering addalah psoriasis dan dermatitis seboroik pada bayi ( Penyakit Leiner ). 
  1. Eritroderma lantaran psoriasis Ditemukan eritema yang tidak merata. Pada tempat predileksi psoriasis sanggup ditemukan kelainan yang lebih eritematosa dan agak meninngi daripada sekitarnya dengan skuama yang lebih kebal. Dapat ditemukan pitting nail. 
  2. Penyakit leiner ( eritroderma deskuamativum ) Usia pasien antara 4 -20 ahad keadaan umum baik biasanya tanpa keluhan. Kelainan kulit berupa eritama seluruh tubuh disertai skuama kasar. 
  • Eritroderma tanggapan penyakit sistemik , termasuk keganasan. Dapat ditemukan adanya penyakit pada alat dalam , abuh dalam dan abuh fokal. ( Arif Masjoor , 2000 : 121 )

KOMPLIKASI

Komplikasi eritroderma eksfoliativa sekunder :
  • Abses 
  • Limfadenopati 
  • Furunkulosis 
  • Hepatomegali 
  • Konjungtivitis 
  • Rinitis 
  • Stomatitis 
  • Kolitis 
  • Bronkitis ( Ruseppo Hasan , 2005 : 239 : Marwali Harhap , 2000 , 28 )

Konsep Asuhan Keperawatan Eritroderma

PENGKAJIAN FOKUS

Pengkajian keperawatan yang berkelanjutan dilaksanakan untuk mendeteksi infeksi. Kulit yang mengalami disrupsi , eritamatosus serta berair amat rentan terhadap abuh dan sanggup menjadi tempat kolonisasi mikroorganisme pathogen yang akan memperberat inflamasi antibiotik , yang diresepkan dokter bila terdapat abuh , dipilih menurut hasil kultur dan sensitivitas.


I. BIODATA

a. Jenis Kelamin Biasnya laki – lak 2 -3 kali lebih banyak dari perempuan.

b. Riwayat Kesehatan
  • Riwayat penyakit dahulu ( RPM ) Meluasnya dermatosis keseluruh tubuh sanggup terjadi pada klien planus , psoriasis , pitiasis rubra pilaris , pemfigus foliaseus , dermatitis. Seboroik dan dermatosiss atopik , limfoblastoma. 
  • Riwayat Penyakit Sekarang Mengigil panas , lemah , toksisitas berat dan pembentukan skuama kulit. 


c. Pola Fungsi Gordon

1. Pola Nutrisi dan metabolisme

Terjadinya kebocoran kapiler , hipoproteinemia dan keseimbangan nitrogen yang negative mempengaruhi keseimbangan cairan tubuh pasien ( kehilangan cairan tubuh ).

2. Pola persepsi dan konsep diri
  • Konsep diri Adanya eritema ,pengelupasan kulit , sisik halus berupa kepingan / lembaran zat tanduk yang besr 
  • besar ibarat keras selafon , pembentukan skuama sehingga mengganggu harga diri. 
3. Pemeriksaan fisik

a. KU : lemah

b. TTV : suhu naik atau turun.

c. Kepala Bila kulit kepala sudah terkena sanggup terjadi alopesia.

d. Mulut Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang disebabkan oleh obat.

e. Abdomen Adanya limfadenopati dan hepatomegali.

f. Ekstremitas Perubahan kuku dan kuku sanggup lepas.

g. Kulit

Kulit periorbital mengalami inflamasi dan edema sehingga terjadi ekstropion pada keadaan kronis sanggup terjadi gangguan pigmentasi. Adanya eritema , pengelupasan kulit , sisik halus dan skuama. (Marwali Harahap , 2000 : 28 – 29 : Rusepno Hasan , 2005 : 239 , Brunner & Suddarth , 2002 : 1878).


DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN FOKUS INTERVENSI

Diagnosa. 1

Gangguan integritas kulit bd lesi dan respon peradangan

Kriteria hasil :
  • menunjukkan peningkatan integritas kulit 
  • menghindari cidera kulit 
Intervensi
  • kaji keadaaan kulit secara umum 
  • anjurkan pasien untuk tidak mencubit atau menggaruk tempat kulit
  • pertahankan kelembaban kulit 
  • kurangi pembentukan sisik dengan pemberian bath oil 
  • motivasi pasien untuk memakan nutrisi TKTP 

Diagnosa. 2

Gangguan rasa nyaman : gatal bd adanya basil / virus di kulit

Tujuan : sesudah dilakuakn asuhan keperawatan dibutuhkan tidak terjadi luka pada kulit lantaran gatal 

Kriteria hasil :
  • tidak terjadi lecet di kulit 
  • pasien berkurang gatalnya 
Intervensi
  • beritahu pasien untuk tidak meggaruk ketika gatal 
  • mandikan seluruh tubuh pasien ddengan Nacl 
  • oleskan tubuh pasien dengan minyak dan salep sesudah pakai Nacl 
  • jaga kebersihan kulit pasien 
  • kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat pengurang rasa gatal 

Diagnosa. 3

Resti abuh bd hipoproteinemia

Tujuan : setalah dilakukan asuhan keperawatan dibutuhkan tidak terjadi infeksi

Kriteria hasil :
  • tidak ada tanda 
  • tanda abuh ( rubor , kalor , dolor , fungsio laesa ) 
  • tidak timbul luka baru 
Intervensi
  • monitor TTV 
  • kaji tanda – tanda infeksi 
  • motivasi pasien untuk meningkatkan nutrisi TKTP 
  • jaga kebersihan luka 
  • kolaborasi pemberian antibiotik

DAFTAR PUSTAKA
  1. Brunner 7 Suddarth vol 3 , 2002. KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH, Jakarta : EGG
  2. Doenges M E. 1999. Rencana asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan dokumentasi perawatan pasien edisi 3 , Jakarta : EGC
  3. Harahap Marwali 2000 , Ilmu Penyakit Kulit , Jakarta : Hipokrates
  4. Hasan Rusepno 2005 , Ilmu Keperawatan Anak , Jakarta : FKUI
  5. Mansjoer , Arief , 2000 , Kapita Selekta Kedokteran , Jakarta : EGC
  6. Syaifudin , 1997 , anatomi Fisiologi , Jakarta : EGC

Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com