Selamat tiba di bangsal sehat. pada kesempatan kali ini admin akan sedikit berbicara perihal sesuatu yang biasa kita lakukan setiap hari didalam kehidupan kita, sebagai tenaga kesehatan, bekerjasama dengan obat-obatan dan pasien ialah hal yang selalu kita lakukan. ada beberapa hal yang harus kita lakukan untuk menjaga keselamatan pasien. salah satunya ialah hal yang akan kita bahas pada artikel kali ini.
Prinsip 6 Benar Pemberian Obat |
pada goresan pena kali ini kami akan sedikit menjelaskan bagaimana cara memperlihatkan obat dengan baik dan benar, atau dalam dunia kesehatan lebih dikenal dengan kaidah prinsip 6 benar dalam tunjangan obat.
bagi sobat - sobat kesehatan mungkin hal ini ialah sesuatu yang sudah sangat sobat - sobat pahami, namun izinkan kami sedikit membahas perihal prinsip 6 benar tunjangan obat, supaya mungkin sanggup dijadikan sebuah rujukan bagi sobat - sobat sejawat.
tunjangan obat kepada pasien harus dilakukan dengan tepat. dihentikan sedikitpun ada kekeliruan dalam pemberiannya, alasannya jikalau keliru dampaknya akan sangat jelek bagi pasien dan juga sangat jelek bagi kita petugas kesehatan.
oke pribadi saja kita ke pokok bahasan kita, yaitu prinsip 6 benar tunjangan obat, bagi sobat - sobat yang sudah faham silahkan dibaca dan berikan komentar apabila klarifikasi kami kurang pas. dan bagi sobat - sobat yang gres mengetahui perihal prinsip 6 benar tunjangan obat silahkan dibaca dan bandingkan dengan rujukan yang lain supaya pengetahuan perihal prinsip 6 benar tunjangan obat lebih luas.
Prinsip 6 benar Pemberian obat Pasien
- Benar Pasien
prinsip pertama yang harus kita pastikan untuk tunjangan obat ialah benar pasien. untuk memastikan bahwa pasien yang akan kita berikan obat. identitifikasi pasien harus harus dilakukan yaitu dengan cara menanyakan nama dan identitas kepada pasien kepada pasien yang sadar, dengan pertanyaan aktif atau kepada keluarga pasien apabila pasien tidak sadar, sehabis itu periksa identitas pasien ibarat papan identitas di kawasan tidur, gelang identitas, dan medical record yang tertulis digelang pasien.
- Benar Obat
Obat mempunyai nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita ajaib (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama dikala membaca seruan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga dikala dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya dihentikan digunakan dan harus dikembalikan ke bab farmasi.
obat harus diperiksa dengan secama alasannya sering kali kita menjumpai obat yang mempunyai nama yang hampir sama ataupun tampilan yang hampir sama jadi haruslah sangat teliti. istilah ini dalam dunia kesehatan dikenal dengan "Look a Like, Sound a Like"
- Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus menilik dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. alasannya takaran sangat penting. jikalau takaran tidak sesuai, kelebihan contohnya sanggup menyebabkan over takaran dan jikalau kekurangan dosis, obat tidak akan bekerja dengan maksimal, apabila sediaan obat takaran nya tidak sesuai dengan seruan dokter, kita sebagai perawat haruslah sanggup menghitung takaran yang diperlukan.
Untuk menghitung takaran tunjangan obat pada bayi dan anak - anak sanggup anda lihat dibawah
"Cara menghitung takaran obat pada bayi dan anak - anak"
Obat sanggup diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang memilih tunjangan rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta kawasan kerja yang diinginkan. Obat sanggup diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
1. Oral
Adalah rute tunjangan yang paling umum dan paling banyak dipakai, alasannya ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat sanggup juga diabsorpsi melalui rongga lisan (sublingual atau bukal) ibarat tablet ISDN.
2. Parenteral
Kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui jalan masuk cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus).
3. Topikal
Yaitu tunjangan obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata.
4. Rektal
Obat sanggup diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh imbas lokal ibarat konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal mempunyai imbas yang lebih cepat dibandingkan tunjangan obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.
5. Inhalasi
Yaitu tunjangan obat melalui jalan masuk pernafasan. Saluran nafas mempunyai epitel untuk perembesan yang sangat luas, dengan demikian berkhasiat untuk tunjangan obat secara lokal pada salurannya, contohnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat contohnya terapi oksigen.
- Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam tunjangan antibiotik yang dihentikan diberikan bersama susu alasannya susu sanggup mengikat sebagian besar obat itu sebelum sanggup diserap. Ada obat yang harus diminum sehabis makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung contohnya asam mefenamat. dan juga tunjangan obat harus sesuai dengan usulan yang telah diberikan oleh dokter misal pasien mendapat obat 3 kali sehari. berarti obat tersebut harus masuk setiap 8 jam sekali, interval pemberiannya dihentikan kurang ataupun lebih alasannya sanggup mengurangi efektivitas obat tersebut.
- Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, adapun hal yang harus ditulis dalam pendokumentasian meliputi, nama pasien, jenis obat, dosis, rute, waktu dan petugas yang memperlihatkan obat tersebut.
Bila pasien menolak untuk dimasukkan obat, pasien harus menandatangani surat penolakan dan petugas kesehatan harus mecatat nya juga dipendokumentasian, catat juga alasannya dan dilaporkan.
Kesimpulan nya Pemberian Obat harus benar-benar tepat. sesuai dengan prinsip 6 benar tunjangan obat diatas supaya mendapat hasil obat yang maksimal, dan tetap menjaga keselamatan pasien.
Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com