Sunday, October 29, 2017

11 Ciri-Ciri Negara Berkembang Dan Contohnya

Negara berkembang ialah istilah yang dipakai untuk mengelompokkan negara-negara di dunia berdasarkan tingkat perekonomian, kualitas hidup penduduk, dan tingkat pendapatannya yang masih berkembang dan akan terus tumbuh. Untuk memilih apakah suatu negara termasuk negara berkembang atau tidak, ditentukan oleh bermacam-macam faktor. Berikut kami bahas satu persatu berdasarkan dari banyak sumber.



  1. Menurut Bank Dunia


Bank Dunia pada tahun 1980 membagi golongan berdasarkan tingkat perekonomiannya. Bank Dunia menyebutkan bahwa negara berkembang ialah negara yang mempunyai pendapatan rendah dan tidak mempunyai sektor industri andalan dalam perekonomiannya.



  1. Menurut UNDP


UNDP (United Nations Development Program) ialah salah satu organisasi dari PBB menyatakan bahwa negara berkembang ditentukan dari kualitas para penduduk negara tersebut. UNDP memilih golongan negara berdasarkan faktor non ekonomi. Seperti tingkat pendidikan, tingkat kelahiran, tingkat kematian, tingkat pengangguran, dll.


Dari pengertian diatas, diketahui terdapat dua faktor yaitu faktor ekonomi dan non ekonomi untuk memilih kriteria negara berkembang. Kali ini kita akan membahas satu persatu ciri-ciri negara berkembang di dunia.


Ciri – Ciri Negara Berkembang



  1. Memiliki tingkat pendapatan perkapita yang rendah


Pendapatan perkapita ialah rata-rata pendapatan penduduk di suatu negara. Kita bisa mengetahui pendapatan perkapita dengan membagi pendapatan nasional dengan jumlah penduduk negara tersebut. Negara berkembang mempunyai pendapatan perkapita yang tergolong rendah. Hampir separuh negara di dunia tergolong ke dalam negara berkembang.



  1. Tingginya angka kelahiran


Negara berkembang mempunyai jumlah penduduk yang banyak dengan angka kelahiran yang tinggi. Tingginya angka kelahiran didorong oleh ijab kabul dini, rendahnya tingkat pendidikan, dan lain sebagainya. Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2013 menyatakan bahwa tingginya angka kelahiran, terutama di negara-negara berkembang, ialah tantangan dunia yang belum selesai. Walaupun secara global pertumbuhan penduduk dunia melambat, namun di beberapa negara berkembang, khususnya di Afrika, masih berkembang pesat. Bahkan dilaporkan berdasarkan “Prospek Penduduk Dunia” dari PBB dari rentang tahun 2011 dan 2100 pertumbuhan penduduk terkonsentrasi pada 8 negara yang rata-rata ialah negara berkembang, antara lain Nigeria, Niger, India, Tanzania, Kongo, Uganda, Ethiopia, dan AS.



  1. Tingkat korupsi tinggi


Korupsi ialah perbuatan keji yang masih mengakar di pemerintahan sebuah negara. Namun tingkat korupsi di negara berkembang memang lebih tinggi dibandingkan negara maju. Koalisi Anti Korupsi Internasional Transparency merilis sebuah survei negara – negara paling korup di dunia. Hal ini tentu tidak gampang mengingat praktik korupsi yang terselubung dan tak tercium massa. Meski begitu melalui Corruption Perception Index terdapat 168 negara yang diurutkan berdasarkan tingkat korupsinya. Di peringkat pertama ialah sebuah negara berkembang di Amerika Latin yaitu Meksiko. Meksiko dikenal sebagai pusat perdagangan narkoba yang menyusupi pasar Amerika Serikat. Tak heran budaya korupsi disana sangat sulit diberantas lantaran menyangkut banyak pihak dan berandal pasar gelap.



  1. Lebih banyak mengimpor barang dari negara lain


Impor dilakukan dengan tujuan memenuhi kebutuhan yang tidak bisa didapatkan dari produksi dalam negeri. Negara berkembang mempunyai keterbatasan teknologi dan keahlian untuk memenuhi kebutuhan para penduduknya. Salah satu ciri negara berkembang ialah kegiatan impor barang yang sangat banyak dari negara lainnya. Sebagai teladan Indonesia yang masih mengimpor beras dari luar negeri. Impor beras dilakukan lantaran ajakan pasar yang tinggi sedangkan produksi beras dalam negeri masih kurang. Hal ini berimbas pada kesejahteraan para petani lokal yang masih rendah tidak seimbang dengan ajakan beras yang tinggi di pasaran.



  1. Penduduknya kurang disiplin


Penduduk negara berkembang mempunyai tingkat disiplin yang rendah. Berbeda dengan penduduk di negara maju yang sangat menghargai waktu dan disiplin menaati peraturan. Di negara berkembang disiplin belum menjadi budaya dan kebiasaan sehingga masih banyak ditemui pelanggaran disiplin di kehidupan sehari-hari. Untuk mengubah mental masyarakat diharapkan tugas pemerintah terutama pimpinan negara yang tegas dalam menegakkan aturan.



  1. Banyaknya penduduk miskin


Penduduk miskin ialah ciri – ciri dari sebuah negara yang masih berkembang. Di tahun 2014 tercata satu dari lima orang yang hidup kekurangan tinggal di negara berkembang. Mereka hanya mempunyai $ 1,25 per hari atau sekitar Rp 17.287,5. Sepertiga masyarakat miskin dunia terpusat di India Asia Selatan yang menduduki peringkat pertama. Pada tahun 2015, Bank Dunia menyatakan bahwa terdapat 40 persen penduduk miskin berada di negara – negara berkembang dimana pertumbuhan melambat sepanjang tahun. Laju perekonomian yang melambat berdampak pada pertumbuhan global secara keseluruhan. Efek tidak eksklusif dari perlambatan yang terjadi di negara berkembang diprediksi akan menghambat upaya pemberantasan kemiskinan dan kesejahteraan penduduk. Negara berkembang lebih baik fokus pada kondisi ekonomi yang lemah dan melindungi masyarakat yang rentan terhadap risiko kemiskinan.



  1. Tidak mempunyai modal yang cukup


Negara berkembang ialah incaran para investor gila untuk menanamkan modal. Sebagai negara berkembang diharapkan dana yang besar untuk membangun dan memperbaiki infrastruktur untuk pembangunan. Modal ialah salah satu faktor pelopor pertumbuhan ekonomi yang menjadi tujuan sebuah negara. Untuk mendapat modal yang cukup diharapkan andil para investor yang berinvestasi. Akibat krisis global yang melanda negara-negara maju di Eropa, negara bermetamorfosis target investasi semenjak tahun 2016. Stabilitas politik yang relatif aman, pertumbuhan ekonomi yang besar, pasar yang lebih tahan terhadap gejolak perekonomian dunia, dan reformasi pemerintahan ialah daya tarik tersendiri sebuah negara berkembang.



  1. Mengandalkan sumber daya alam negara sebagai pemasukan utama


Sumber daya alam yang melimpah tidak menjamin kemajuan sebuah negara. Banyak negara yang tidak mempunyai kekayaan alam namun bisa berkembang dan menjadi negara maju. Semua itu kembali kepada bagaimana pemerintah negara mengolah sumber daya alam menjadi pemasukan unggulan. Rata – rata negara berkembang di dunia mempunyai potensi alam yang berlimpah namun tidak bisa mengolahnya lantaran keterbatasan modal dan IPTEK.


Sebagai teladan negara Liberia di Benua Afrika. Liberia ialah negara yang kaya akan barang tambang menyerupai emas, berlian, besi, pasir, uranium, permata, dll. Namun pada tahun 2015, pendapatan perkapitanya hanya mencapai $ 934. Konflik berkepanjangan menjadikan produksi tambang nyaris mendekati nol. Padahal pada tahun 1970 25% PDB negara disokong oleh emas yang dihasilkannya. Manajemen yang jelek menjadikan para penduduk tidak bisa menikmati kekayaan alam mereka dan harus terlibat konflik tanpa akhir.



  1. Tingginya angka janjkematian bayi


Tingkat janjkematian bayi ialah jumlah janjkematian bayi yang belum mencapai usia satu tahun per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun. Pada tahun 2018, Unicef menuturkan bahwa angka janjkematian bayi secara global termasuk ke dalam golongan mengkhawatirkan. Setiap tahun 2,6 juta bayi di seluruh dunia tidak bisa bertahan hidup lebih dari satu bulan dan satu juta diantaranya meninggal dikala lahir. Negara penyumbang janjkematian bayi terbanyak ialah negara – negara berkembang yang terletak di daerah Afrika.


Nigeria sebagai salah satu negara berkembang menduduki posisi ke-11 sebagai negara yang mempunyai tingkat janjkematian bayi tertinggi dengan 29 janjkematian per 1.000 kelahiran. Kesulitan yang dihadapi ialah sulitnya mendapat tunjangan lantaran konflik, kemiskinan, dan kurangnya perhatian pemerintah. Kematian bayi disebabkan oleh bermacam-macam faktor menyerupai komplikasi dikala lahir, asfiksia, ataupun infeksi. Kematian bayi sanggup dicegah dengan penanganan yang sempurna oleh paramedis dengan kontrol ke bidan terlatih pra dan pasca melahirkan, terusan air besih, nutrisi yang cukup, dan sebagainya.



  1. Tingkat buta huruf yang masih tinggi


Buta huruf secara sempit diartikan sebagai ketidakmampuan membaca, menulis, dan berhitung. Pada tahun 2013, UNESCO melaporkan bahwa masih terdapat 775 juta orang cukup umur yang menderita buta huruf di dunia. Selain itu terdapat 61 juta anak – anak yang tidak mencicipi dingklik sekolah. Untuk memberantas buta huruf diharapkan janji negara yang solid. Untuk membasmi buta huruf, PBB mencanangkan aktivitas United Nations Literacy Decade (UNLD) atau Satu Dekade Keaksaraan Persatuan Bangsa – Bangsa periode 2003 – 2012. Namun sampai dikala ini buta huruf masih menjadi pekerjaan rumah bagi sebagian negara berkembang di dunia.


India sebagai salah satu negara berkembang mempunyai seperempat populasi penduduk yang menderita buta huruf. Pada tahun 2011, berdasarkan PlanetRead (salah satu organisasi di India) terdapat 400 juta orang India yang tinggal di pedesaan dan tidak bisa membaca teks sehari-hari yang sederhana. Mereka menghabiskan waktu rata-rata lebih dari 3 jam untuk menonton televisi. Salah satu solusi yang ditawarkan ialah dengan menambahkan teks layaknya karaoke di tayangan televisi. Sebagaimana kita tahu India populer dengan Bollywood, yaitu industri perfilman yang sangat besar dan digemari baik oleh penduduk lokal dan dunia internasional. Melalui media televisi PlanetRead berusaha meningkatkan literasi dengan menambah subjudul bahasa yang sama ke dalam film musikal. Penonton akan membaca bahasa yang sama dengan bahasa yang didengar. Cara ini melibatkan penonton untuk membaca sambil bernyanyi mengikuti iringan lagu. Diharapkan melalui cara ini tingkat buta huruf di India akan semakin berkurang.



  1. Tingginya tingkat perkawinan di bawah umur


Perkawinan di anak-anak ialah salah satu ciri negara berkembang. Bank Dunia dan International Center for Research on Women menyatakan bahwa kerugian negara berkembang bisa mencapai miliaran dolar akhir ijab kabul di anak-anak di tahun 2030.


Di Indonesia misalnya, disebutkan ijab kabul di anak-anak ialah apabila sang perempuan masih berumur di bawah 16 tahun, sesuai UU nomor 1 tahun 1974 wacana Perkawinan. Di usia tersebut organ reproduksi perempuan belumlah matang. Hal ini menjadikan rentannya janjkematian bayi lantaran komplikasi. Selain itu terdapat risiko lainnya pada sang bayi, antara lain peluang bayi penderita stunting lebih tinggi pada ibu muda dibandingkan ibu dengan usia yang matang. Stunting ialah gizi jelek yang kronis dan ditandai dengan pertumbuhan tinggi tubuh yang tidak maksimal sehingga bertumbuh pendek dan berbadan kurus. Pada tahun 2018 pemerintah pusat Indonesia menanggung biaya mendekati 50 miliar akhir stunting. Selain itu akhir ijab kabul dini, sang perempuan berisiko tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Kebanyakan mereka tetapkan untuk menjadi ibu rumah tangga ataupun bekerja tanpa skill yang mumpuni. Hal ini tentu saja menyumbang kepada kesejahteraan penduduk yang rendah.


Sekian pembahasan kali ini mengenai ciri-ciri negara berkembang. Semoga bermanfaat.



Sumber aciknadzirah.blogspot.com