Tuesday, October 10, 2017

√ Makalah Ra Kartini



Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa lantaran berkat kasih dan karunia-nya sehingga kami sanggup menyusun makalah ini dengan baik dan benar, serta selesai sempurna pada waktunya.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi kiprah mata pelajaran. Di samping itu penyusun juga berharap makalah ini sanggup menawarkan manfaat 

Dengan selesainya makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini sanggup dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang sanggup membangun penyempurnaan makalah ini.          


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................  i
DAFTAR ISI .......................................................................................................  ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................  1
A.    Latar Belakang ...................................................................................  1
BAB II PEMBAHASA .......................................................................................  2
A.    Biografi RA Kartini .................................................................................  2
B.     Riwayat RA Kartini .................................................................................  4
C.     Dorongan RA Kartini bagi Kebangkitan Kaum Wanita........................... 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................  10
A.    Kesimpulan ...............................................................................................  10
B.     Kritik dan Saran .......................................................................................  10
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................  11
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Wanita berdikari atau perempuan berwirausaha sudah semenjak usang menjadi pemikiran dan isi hati Ibu Kartini. Dunia bisnis atau dunia wirausaha bukan milik kaum Adam semata sebagai pemain tunggal, tapi dunia ini sudah menjadi ekspresi dominan masa kini buat wanita. Jumlah perempuan yang terjun di dunia wirausaha tidaklah sedikit. Bahkan tidak jarang di banyak sekali perusahaan besar, wanitalah yang memegang peranan penting sebagai pucuk pimpinan. Inilah kenyataannya bahwa perempuan bisa disejajarkan dengan laki-laki dari segi bisnis.
Diungkapkan oleh DR. Suparman Sumahamijaya (1980:96): Sesungguhnya Ibu Kartini telah merintis pendidikan sanggup berdiri diatas kaki sendiri bagi perempuan semenjak dia berumur 16 tahun, semenjak sekitar tahun 1893. Hal ini sanggup dibuktikan dari hampir semua goresan pena Ibu Kartini yang termuat di dalam kumpulan surat-suratnya yang dibukukan dengan judul Door Duisternis Tot Licht, dimana hampir setiap halaman surat-suratnya penuh dengan kata-kata perlunya pengembangan tabiat dan pembentukan tabiat di atas pendidikan otak. Karena dengan pembentukan watak, Ibu Kartini yakin insan akan lebih bisa untuk berdiri sendiri, tidak bergantung dari kerabat dan dari siapapun. Berkali-kali ditekankan perlunya kepercayaan pada diri sendiri.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Biografi RA. Kartini
Raden Adjeng Kartini atau bahwasanya lebih sempurna disebut Raden Ayu Kartini yakni seorang tokoh dari suku Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai aktivis kebangkitan perempuan di Indonesia.
Raden Adjeng Kartini yakni seseorang dari kalangan priyayi atau kelas ningrat Jawa. Ayahnya berjulukan Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ibunya bernamaM.A. Ngasirah (Istri Pertama namun bukan istri Utama)*.
Kartini yakni anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari semua saudara sekandung, Kartini yakni anak perempuan tertua. Kakeknya yakni Pangeran Ario Tjondronegoro IV, yang diangkat sebagai bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini berjulukan Sosrokartono, yakni seorang yang pandai dalam bidang bahasa.
Berikut ini yakni biodata lengkap Raden Ajeng Kartini atau lebih dikenal dengan sebutan R.A Kartini atau Ibu Kartini:
Nama Lengkap  : Raden Ajeng Kartini
Tanggal Lahir    : 21 April 1879
Tempat Lahir    : Jepara, Jawa Tengah
Meninggal         : 17 September 1904
Kartini bersekolah sampai usia 12 tahun di ELS Europese Lagere School). Setelah 12 tahun, dia harus tinggal dirumah untuk dipingit**. Dalam masa pingitan, Kartini kemudian mencar ilmu sendiri di rumah. Dengan bekal kemampuannya berbahasa Belanda, Kartini kemudian menjalin hubungan korespondensi dengan teman-teman dari negeri Belanda. Dari hubungan surat-menyurat itulah Kartini banyak tertarik dengan pemikira-pemikiran maju perempuan Eropa. Dari titik inilah semua berawal, dari sebuah pemikiran seorang perempuan muda Kartini, yang kemudian mengubah sejarah Bangsa Indonesia.
Kartini disuruh menikah oleh orang tuanya, dengan Bupati Rembang K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang telah mempunyai tiga istri. Kartini kemudian menikah pada tanggal 12 November 1903.
Sebagai seorang suami, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat sangat mengerti keinginan Kartini. Beliau kemudian mendukung keinginan Kartini untuk mendirikan Sekolah wanita. Sekolah Wanita pertama yang didirikan yakni Sekolah Wanita di Rembang, tepatnya di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini dipakai sebagai Gedung Pramuka.
Dari pernikahannya dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, Kartini melahirkah seorang putra berjulukan R.M. Soesalit yang lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari sehabis melahirkan putra pertama sekaligus terakhirnya, Kartini menghembuskan nafas terakhir yaitu pada tanggal 17 September 1904. pada ketika meninggal, Kartini berusia 25 tahun dan dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Sebuah organisasi berjulukan Yayasan Kartini kemudia melanjutkan usaha Kartini dengan mendirikan Sekolah Wanita di Semarang pada tahun 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan tempat lainnya. Nama sekolah tersebut yakni “Sekolah Kartini”. Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.
Habis Gelap Terbitlah Terang yakni buku yang dikarang Kartini. Judul aslinya adalah‘Dari Gelap Menuju Terang’. Kartini mendapatkan pandangan gres tersebut dari kalimat Kitab Suci ‘mina dulumati ila nuur’.***
Surat Kartini yang legendaries dan banyak diterbitkan dalam bentuk buku adalahHabis Gelap Terbitlah Terang (Door Duisternis Tot Licht). Surat-surat itu pertama kali di bukukan oleh J.H. Abendanon, yang pada ketika itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Sekalipun banyak kontroversiyang timbul dari penerbitan buku tersebut, namun buah pemikiran Kartini tersebut banyak sekali menawarkan bantuan bagi Bangsa Indonesia, kini dan masa yang akan datang.
Kutipan :
* Hal ini disebabkan lantaran M.A Ngasirah bukanlah ningrat dari kelas yang tinggi. Pada waktu itu untuk menjadi seorang Bupati, harus beristrikan seorang bangsawan. Maka ayah R.A Kartini kemudian menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), yang merupakan keturunan eksklusif Raja Madura.
** Pada masa itu, seorang perempuan ketika beranjak cukup umur haruslah dipingit untuk kemudian di nikahkan dengan calon suaminya kelak..

B.     Riwayat RA Kartini
Raden Ajeng Kartini dilahirkan di jepang pada tanggal 21 April 1879, jadi bertepatan 127 tahun yang lalu. Beliau yakni Putri dari seorang Bupati Jepara pada waktu itu, yaitu Raden Mas Adipati Sastrodiningrat. Dan merupakan cucu dari Bupati Demak, yaitu Tjondronegoro. Pada waktu itu kelahiran Raden Ajeng Kartini, nasib kaum perempuan penuh dengan kegelapan, kehampaan, dari segala harapan, ketiadaan dalam segala perjuangan, dan tidak lebih dari perabot kaum laki-laki belaka, dan bertugas tidak lain dari yang telah ditentukan secara alamiah, yaitu mengurus dan mengatur rumah tangga saja, kaum perempuan telah dirampas dan diinjak-injak harkat dan martabatnya sebagai manusia.
Daya berpikir kaum perempuan tidak sanggup berkembang sebagaimana mestinya, kaum perempuan tidak diberi kesempatan untuk menyebarkan dirinya untuk melebihi dari apa yang diterimanya dari alam. Karena kaum perempuan tidak berdiri kesempatan untuk mencar ilmu membaca, menulis dan sebagainya. Dengan kata lain kaum perempuan hanya mempunyai kewajiban tetapi tidak mempunyai hak sama sekali.
Raden Ajeng Kartini yang telah meningkat cukup umur pada waktu itu, tidak sanggup melihat kenyataan ini meskipun dia dilahirkan didalam lingkungan ditengah-tengah kebangsawanan atau keningratan yang pada waktu itu mempunyai taraf kehidupan sosial yang sangat berbeda dengan masyarakat banyak yang hidup didalam lingkungan kehidupan akhlak yang sangat mengekang kebebasan tetapi dia tidak segan-segan turun kebawah bergaul dengan masyarakat biasa, untuk menyebarkan ide dan cita-citanya yang hendak merombak status sosial kaum wanita, dan cara-cara kehidupan dalam masyarakat dengan semboyan : "Kita harus menciptakan sejarah, kita mesti memilih masa depan kita yang sesuai dengan keperluan serta kebutuhan kita sebagai kaum perempuan dan harus menerima pendidikan yang cukup ibarat halnya kaum laki-laki".
Dengan melanggar segala aturan-aturan akhlak pada ketika itu, Raden Ajeng Kartini menerima kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya yang setara dengan pendidikan kaum penjajah belanda pada waktu itu, dia sempat mempelajari kegiatan-kegiatan kewanitaan lainnya.
Dengan pengetahuan serta pengalaman yang didapatnya, Raden Ajeng Kartini secara berangsur-angsur dan setahap demi setahap tapi niscaya berusaha menambah kehidupan yang layak bagi seorang kaum wanita.
Perkawinan Raden Ajeng Kartini pada tahun 1903 dengan Raden Adipati Joyoningrat Bupati Rembang mengharuskan dia mengikuti suami, dan di tempat inilah dia dengan gigih meningkatkan kegiatannya dalam dunia pendidikan. Peranan Suami, dalam usaha Raden Ajeng Kartini Meningkatkan usaha sangat memilih pula lantaran dengan dorongan dan proteksi suaminyalah dia sanggup mendirikan sekolah kepandaian putri dan disanalah dia mengajarkan wacana acara wanita, ibarat mencar ilmu jahit menjahit serta kepandaian putri lainnya.
Usaha-usaha Raden Ajeng Kartini dalam meningkatkan kecerdasan untuk bangsa indonesia dan kaum wanita, khususnya melalui sarana-sarana pendidikan dengan tidak memandang tingkat dan derajat, apakah itu ningrat atau rakyat biasa. Semuanya mempunyai hak yang sama dalam segala hal, bukan itu saja karya-karya beliau, persamaan hak antara kaum laki-laki dan kaum perempuan tidak boleh ada perbedaan. Beliau juga mempunyai keyakinan bahwa kecerdasan rakyat untuk berpikir, tidak akan maju jikalau kaum perempuan ketinggalan.
Sewaktu RA Kartini dilahirkan, ayahnya masih berkedudukan sebagai Wedono Mayong, sedangkan ibunya yakni seorang perempuan berasal dari desa Teuk Awur yaitu Mas Ajeng Ngasirah yang berstatus garwo Ampil. RMAA Sosroningrat dan urutan keempat dari ibu kandung Mas Ajeng Ngasirah, sedangkan eyang RA Kartini dari pihak ibunya yakni seorang Ulama Besar pada jaman itu berjulukan Kyai Haji Modirono dan Hajjah Siti Aminah. Istri kedua ayahnya yang berstatus garwo padmi yakni putrid ningrat yang dikawini pada tahun 1875 keturunan eksklusif ningrat tinggi madura yaitu raden ajeng Woeryan anak dari RAA Tjitrowikromo yang memegang jabatan Bupati Jepara sebelum RMAA Sosroningrat. Perkawinan dari kedua istrinya itu telah membuahkan putera sebanyak 11 (sebelas) orang.
Mula pertama udara segar yang dihirup RA KArtini yakni udara desa yaitu sebuah desa di Mayong yang terletak 22 km sebelum masuk jantung kota Jepara. Disinilah nia dilahirkan oleh seorang ibu dari kalangan rakyat biasa yang dijadikan garwo ampil oleh wedono Mayong RMAA Sosroningrat. Anak yang lahir itu yakni seorang bocah kecil dengan mata lingkaran berbinar-binar memancarkan cahaya cemerlang seolah menatap masa depan yang penuh tantangan.
Hari demi hari dia tumbuh dalam suasana gembira, dia ingin bergerak bebas, berlari kian kemari, hal yang menarik baginya ia lakukan meskipun dilarang. Karena kebebasan dan kegesitannya bergerak ia menerima julukan “TRINIL” dari ayahnya. Kemudian sehabis kelahiran RA Kartini yaitu pada tahun 1880 lahirlah adiknya RA Roekmini dari garwo padmi. Pada tahun 1881 RMAA Sosroningrat diangkat sebagai Bupati Jepara dan dia bersama keluarganya pindah ke rumah dinas Kabupaten di Jepara.
Pada tahun yang sama lahir pula adiknya yang diberi nama RA Kardinah sehingga si trinil bahagia dan genbira dengan kedua adiknya sebagai sahabat bermain. Lingkungan Pendopo Kabupaten yang luas lagi megah itu semakin menawarkan kesempatan bagi kebebasan dan kegesitan setiap langkah RA Kartini.
Sifat serba ingin tahu RA Kartini inilah yang mrnjadikan orang tuanya semakin memperhatikan perkembangan jiwanya. Memang semenjak semula RA Kartini paling cerdas dan penuh inisiatif dibandingkan dengan saudara perempuan lainnya. Dengan sifat kepemimpinan RA Kartini yang menyolok, jarang terjadi perselisihan diantara mereka bertiga yang dikenal dengan nama “TIGA SERANGKAI” meskipun dia agak diistimewakan dari yang lain.
Agar puterinya lebih mengenal tempat dan rakyatnya RMAA Sosroningrat sering mengajak ketiga puterinya tourney dengan menaiki kereta.
Ini semua hanya merupakan pendekatan secara terarah supaya puterinya kelak akan menyayangi rakyat dan bangsanya, sehingga apa yang dilihatnya sanggup tertanam dalam ingatan RA Kartini danadik-adiknya serta sanggup mensugesti pandangan hidupnya sehabis dewasa.
Saat mulai menginjak kursi sekolah “EUROPESE LAGERE SCHOOL” terasa bagi RA Kartini sesuatu yang menggembirakan. Karena sifat yang ia miliki dan kepandaiannya yang menonjol RA Kartini cepat disenangi teman-temannya. Kecerdasan otaknya dengan gampang sanggup menyaingi belum dewasa Belanda baik laki-laki maupun wanitanya, dalam bahasa Belanda pun RA Kartini sanggup diandalkan.
Menjelang kenaikan kelas di ketika liburan pertama, NY. OVINK SOER DAN SUAMINYA MENGAJAK ra Kartini beserta adik-adiknya Roekmini dan Kardinah menikmati keindahan pantai bandengan yang letaknya 7 km ke Utara Kota Jepara, yaitu sebuah pantai yang indah dengan hamparan pasir putih yang memukau sebagaimana yang sering digambarkan lewat surat-suratnya kepada temannya Stella di negeri Belanda. RA Kartini dan kedua adiknya mengikuti Ny. Ovink Soer mencari kerang sambil berkejaran menghindari ombak, kepada RA Kartini ditanyakan apa nama pantai tersebut dan dijawab dengan singkat yaitu pantai Bandengan.
Kemudian Ny. Ovink Soer menyampaikan bahwa di Holland pun ada sebuah pantai yang hamper sama dengan bandengan namanya “Klein Scheveningen” secara impulsif mendengar itu RA Kartini menyela……..kalau begitu kita sebut saja pantai bandengan ini dengan nama Klein Scheveningen”.
Selang beberapa tahun kemudian sehabis selesai pendidikan di EUROPASE LEGERE SCHOOL, RA Kartini berkehendak ke sekolah yang lebih tinggi, namun timbul keraguan di hati RA Kartini lantaran terbentur pada hukum adapt apalagi bagi kaum ningrat bahwa perempuan ibarat dia harus menjalani pingitan.
Memang sudah saatnya RA Kartini memasuki masa pingitan lantaran usianya telah mencapai 12 tahun lebih, ini semua demi keprihatinan dan kepatuhan kepada tradisi ia harus berpisah pada dunia luar dan terkurung oleh tembok Kabupaten. Dengan semangat dan keinginannya yang tak kenal frustasi RA Kartini berupaya menambah pengetahuannya tanpa sekolah lantaran menyadari dengan merenung dan menangis tidaklah akan ada hasilnya, maka satu-satunya jalan untuk menghabiskan waktu yakni dengan tekun membaca apa saja yang di sanggup dari abang dan juga dari ayahnya.
Beliau pernah juga mengajukan lamaran untuk sekolah dengan beasiswa ke negeri Belanda dan ternyata dikabulkan oleh Pemerintah Hindia Belanda, hanya saja dengan banyak sekali pertimbangan maka besiswa tersebut diserahkan kepada putera lainnya yang namanya kemudian cukup populer yaitu H. Agus Salim.
Walaupun RA Kartini tidak berkesempatan melanjutkan sekolahnya, namun himpunan murid-murid pertama Kartini yaitu sekolah pertama gadis-gadis priyayi Bumi Putera telah dibina diserambi Pendopo belakang kabupaten. Hari itu sekolah Kartini memasuki pelajaran apa yang kini dikenal dengan istilah Krida dimana RA Kartini sedang menuntaskan lukisan dengan cat minyak. Murid-murid sekolahnya mengerjakan pekerjaan tangan masing-masing, ada yang menjahit dan ada yang menciptakan contoh pakaian.
Adapun Bupati RMAA Sosroningrat dan Raden Ayu tengah mendapatkan kedatangan tamu utusan yang membawa surat lamaran dari Bupati Rembang Adipati Djojoadiningrat yang sudah dikenal sebagai Bupati yang berpandangan maju dan modern. Tepat tanggal 12 November 1903 RA Kartini melangsungkan pernikannya dengan Bupati Rembang Adipati Djojodiningrat dengan cara sederhana.
Pada ketika kandungan RA Kartini berusia 7 bulan, dalam dirinya dirasakan kerinduan yang amat sangat pada ibunya dan Kota Jepara yang sangat berarti dalam kehidupannya. Suaminya telah berusaha menghiburnya dengan musik gamelan dan tembang-tembang yang menjadi kesayangannya, namun semua itu menciptakan dirinya lesu.
Pada tanggal 13 September 1904 RA Kartini melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Singgih/RM. Soesalit. Tetapi keadaan RA Kartini semakin memburuk meskipun sudah dilakukan perawatan khusus, dan alhasil pada tanggal 17 September 1904 RA Kartini menghembuskan nafasnya yang terakhir pada usia 25 tahun.
Kini RA Kartini telah tiada, keinginan dan perjuangannya telah sanggup kita nikmati, kemajuan yang telah dicapai kaum perempuan Indonesia kini ini yakni berkat gesekan penanya semasa hidup yang kita kenal dengan buku “HABIS GELAP TERBITLAH TERANG”.

C.    Dorongan RA Kartini bagi Kebangkitan Kaum Wanita
Wanita berdikari atau perempuan berwirausaha sudah semenjak usang menjadi pemikiran dan isi hati Ibu Kartini. Dunia bisnis atau dunia wirausaha bukan milik kaum Adam semata sebagai pemain tunggal, tapi dunia ini sudah menjadi ekspresi dominan masa kini buat wanita. Jumlah perempuan yang terjun di dunia wirausaha tidaklah sedikit. Bahkan tidak jarang di banyak sekali perusahaan besar, wanitalah yang memegang peranan penting sebagai pucuk pimpinan. Inilah kenyataannya bahwa perempuan bisa disejajarkan dengan laki-laki dari segi bisnis.
Diungkapkan oleh DR. Suparman Sumahamijaya (1980:96): Sesungguhnya Ibu Kartini telah merintis pendidikan sanggup berdiri diatas kaki sendiri bagi perempuan semenjak dia berumur 16 tahun, semenjak sekitar tahun 1893. Hal ini sanggup dibuktikan dari hampir semua goresan pena Ibu Kartini yang termuat di dalam kumpulan surat-suratnya yang dibukukan dengan judul Door Duisternis Tot Licht, dimana hampir setiap halaman surat-suratnya penuh dengan kata-kata perlunya pengembangan tabiat dan pembentukan tabiat di atas pendidikan otak. Karena dengan pembentukan watak, Ibu Kartini yakin insan akan lebih bisa untuk berdiri sendiri, tidak bergantung dari kerabat dan dari siapapun. Berkali-kali ditekankan perlunya kepercayaan pada diri sendiri.
Surat-surat Ibu Kartini dibukukan pula dengan judul Letters of A Javanese Princess dan beredar di Amerika semenjak tahun 1921 oleh Charles Scribner Sons, New York. Penerjemahnya yang berjulukan Agnes Louise Symmers menyebutkan bahwa Ibu Kartini dalam perjuangannya menyadari bahwa The freedom of women could only come through economic independence (kebebasan perempuan hanya bisa tiba dari kebebasan ekonomi).
Perjuangan Kartini bukan hanya kaum perempuan saja, tetapi dia berjuang untuk seluruh kemanusiaan yang selama ini tidak bisa dilakukan oleh wanita.
Walaupun usia dia hanya mencapai 25 tahu, tapi dia berhasil menyajikan karya tulis sebanyak kurang lebih 450 halaman, yamg mana karya tulis tersebut mengandung kepadatan kata-kata dengan arti yang sangat dalam, keras, dan mengesankan.
Kemampuan berwirausaha bisa kita ukur dengan skala minat dan keinginan dalam berwirausaha, meskipun skala tersebut tidak mutlak kebenarannya, akan tetapi setidaknya bias menjadi toak ukur sejauh mana minat usaha kita, atau minat kita dalam berwirausaha.





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Raden Ajeng Kartini dilahirkan di jepang pada tanggal 21 April 1879, jadi bertepatan 127 tahun yang lalu. Beliau yakni Putri dari seorang Bupati Jepara pada waktu itu, yaitu Raden Mas Adipati Sastrodiningrat. Dan merupakan cucu dari Bupati Demak, yaitu Tjondronegoro. Pada waktu itu kelahiran Raden Ajeng Kartini, nasib kaum perempuan penuh dengan kegelapan, kehampaan, dari segala harapan, ketiadaan dalam segala perjuangan, dan tidak lebih dari perabot kaum laki-laki belaka, dan bertugas tidak lain dari yang telah ditentukan secara alamiah, yaitu mengurus dan mengatur rumah tangga saja, kaum perempuan telah dirampas dan diinjak-injak harkat dan martabatnya sebagai manusia.
Usaha-usaha Raden Ajeng Kartini dalam meningkatkan kecerdasan untuk bangsa indonesia dan kaum wanita, khususnya melalui sarana-sarana pendidikan dengan tidak memandang tingkat dan derajat, apakah itu ningrat atau rakyat biasa. Semuanya mempunyai hak yang sama dalam segala hal, bukan itu saja karya-karya beliau, persamaan hak antara kaum laki-laki dan kaum perempuan tidak boleh ada perbedaan. Beliau juga mempunyai keyakinan bahwa kecerdasan rakyat untuk berpikir, tidak akan maju jikalau kaum perempuan ketinggalan.

B.     Kritik dan  Saran
Kini RA Kartini telah tiada, keinginan dan perjuangannya telah sanggup kita nikmati, kemajuan yang telah dicapai kaum perempuan Indonesia kini ini yakni berkat gesekan penanya semasa hidup yang kita kenal dengan buku “HABIS GELAP TERBITLAH TERANG”.
Mari kita pertahankan hasil usaha para pendekar dengan mengisi kemerdekaan dengan penuh kedamaian dan perdamaian bangsa.
 



DAFTAR PUSKATAKA

Seri Parhalwan “Raden Ajeng Kartini” karya Drs.Mardanas Safwan, Sutrisno Kutojo







Sumber http://risalridwan.blogspot.com