BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Rational Emotive Therapy atau Teori Rasional Emotif mulai dikembangan di Amerika pada tahun 1960-an oleh Alberl Ellis, seorang Doktor dan Ahli dalam Psikologi Terapeutik yang juga seorang eksistensialis dan juga seorang Neo Freudian. Teori ini dikembangkanya ketika ia dalam praktek terapi mendapatkan bahwa sistem psikoanalisis ini mempunyai kelemahan-kelemahan secara teoritis (Ellis, 1974).
Teori Rasional Emotif ini merupakan sintesis gres dari Behavior Therapy yang klasik (termasuk Skinnerian Reinforcement dan Wolpein Systematic Desensitization). Oleh lantaran itu Ellis menyebut terapi ini sebagai Cognitive Behavior Therapy atau Comprehensive Therapy.Konsep ini merupakan sebuah fatwa gres dari Psikoterapi Humanistik yang berakar pada filsafat eksistensialisme yang dipelopori oleh Kierkegaard, Nietzsche, Buber, Heidegger, Jaspers dan Marleu Ponty, yang kemudian dilanjutkan dalam bentuk eksistensialisme terapan dalam Psikologi dan Psikoterapi, yang lebih dikenal sebagai Psikologi Humanistik.
1.2. Permasalahan
1. Bagaimana pengertian rational emotive therapy?
2. Bagaimana konsep dasar teori rational emotive therapy?
3. Bagaimana perkiraan sikap rational emotive therapy?
4. Apa tujuan konseling rational emotive therapy?
5. Bagaimana kiprah konselor?
6. Bagaimana deskripsi proses konseling?
7. Apa saja teknik konseling rational emotive therapy?
8. Apa kelebihan dan keterbatasan rational emotive therapy?
9. Bagaimana penerapan teori rational emotive therapy?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian rational emotive therapy.
2. Mengetahui konsep dasar rational emotive therapy.
3. Memahami perkiraan sikap bermasalah.
4. Mengetahui tujuan konseling dalam rational emotive therapy.
5. Mengetahui kiprah konselor dalam rational emotive therapy.
6. Mengetahui deskripsi proses konseling.
7. Mengetahui teknik konseling rational emotive therapy.
8. Mengetahui kelebihan dan keterbatasan konseling rational emotive therapy.
9. Mengetahui penerapan teori rational emotive therapy.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONSELING “RATIONAL EMOTIVE THERAPY”
Tokoh teori Albert Ellis andal psikologi klinis sering mengkususkan diri dalam bidang konseling perkawinan dan keluarga. Berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya dalam teori berguru behavioral, kemudian ia membuatkan suatu pendekatan sendiri yang disebut rational emotive therapy (RET) atau terapi rasional emotif.
Rational Emotive Therapy
Rational emotive therapy sanggup diartikan dengan corak konseling yang menekankan kebersamaan dan interaksi antara berfikir dengan nalar sehat, berperasaan, dan sikap serta sekaligus menekankan bahwa suatu suatu perubahan yang mendalam.
Corak konseling RET berpangkal dari beberapa keyakinan perihal martabat insan dan perihal proses insan sanggup mengubah diri, yang sebagian bersifat falsafah dan sebagian lagi bersifat psikologi yaitu :
Manusia ialah makhluk manusiawai artinya insan mempunyai kekurangan dan keterbatasan, selama hidup di dunia beliau sanggup berusaha untuk menikmatinya sebaik mungkin.
Perilaku insan sangat dipengaruhi oleh bekal keturunan atau pembawaan. Hidup secara rasional berarti berfikir, berperasaan, dan berperilaku sedemikian rupa sehingga kebahagiaan sanggup dicapai secara efisien dan efektif.
Manusia mempunyai kecenderungan yang kuat untuk hidup secara rasional dan sehat. Orang yang kerap berpegang pada keyakinan yang sebetulnya kurang masuk nalar atau irasional. Pikiran-pikiran insan biasanya memakai lambang verbal dan dituangkan dalam bentuk bahasa. Bilamana insan tidak senang dan mengalami gejolak perasaan yang tidak menyenangkan serta menumbuhkan semangat hidup, rasa-rasa itu bukan berpangkal pada peristiwa dan pengalaman yang telah berlangsung, melainkan pada tanggapannya yang tidak rasional terhadap peristiwa dan pengalaman itu. Untuk membantu orang mencapai taraf kebahagiaan hidup yang lebih baik dengan hidup lebih rasional.
Mengubah diri dalam berfikir irasional bukan masalah yang mudah, lantaran orang mempunyai kecenderungan untuk mempertahankan keyakinan yang sebetulnya tidak masuk akal, ditambah perasaan cemas.
Konselor RET harus berusaha membantu orang menaruh perhatian masuk akal pada kebahagiaan batinnya sendiri, mendapatkan tanggung jawab atas pengaturan hidupnya sendiri tanpa menuntut secara mutlak santunan dari orang lain.
Konselor harus membantu konseli mengubah pikirannya yang irasional dengan mendiskusikannya secara terbuka dan terus terang.
Diskusi itu menghasilkan efek-efek, yaitu pikiran yang lebih rasional, perasaan yang lebih wajar, dan berperilaku yang lebih tepat dan sesuai
2.2. Konsep Dasar Konseling Therapy
Ellis memandang insan bersifat rasional dan irasional. Orang berperilaku dalam cara-cara tertentu, mempunyai derajat yang tinggi dalam sugestibilitas dan emosionalitas yang negatif.Para penganut teori RET percaya bahwa tidak ada orang yang disalahkan dalam secala sesuatu yang dilakukannya, tetapi setiap orang bertanggungjawab akan semua perilakunya.
Unsur pokok terapi rasional-emotif ialah perkiraan bahwa berfikir dan emosi bukan dua proses yang terpisah. Emosi disebabkan dan dikendalikan oleh pikiran. Emosi ialah pikiran yang dialihkan dan diprasangkakan sebagai suatu proses sikap dan kognitif yang intrinsik.
Pandangan yang penting ,Ellis (Shertzer & Stone, 1980, 175-176) mengemukakan ada 12 pikiran yang tak rasional yang sanggup mengakibatkan sikap neurosis atau psikologis :
Manusia yang hidup dalam masyarakat mau tidak mau sanggup dicintai ataupun ditolak oleh orang lain disekitarnya setiap saat.
Bahwa seseorang yang hidup dalam masyarakat harus mempersiapkan diri secara kompeten, edekuat biar ia sanggup mencapai kehidupan yang layak dan berkhasiat bagi masyarakat.
Bahwa banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat ataupun kejam dan oleh lantaran itu patutlah disalahkan dieksekusi setimpal dengan dosanya.
Bahwa kehidupan mausia senantiasa dihadapkan kepada banyak sekali kemungkinan malapetaka, tragedi yang dahsyat, mengerikan, menyeramkan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh insan dalam hidupnya.
Bahwa ketidaksenangan atau penderitaan emosional dari seseorang muncul dari tekanan ekternal dan individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk mengontrol perasaannya atau untuk menghilangkan perasaan depresi atau yang bertentangan.
Bila ada suatu hal yang berbahaya atau menakutkan, maka individu berusaha keras untuk menghadapi dan mengatasi depresi atau yang bertentangan.
Bahwa lebih gampang untuk menjauhi kesulitan hidup tertentu dan tanggungjawab diri daripada perjuangan untuk mengadapi dan mengahargainya hanya untuk menghargai bentuk disiplin diri.
Bahwa sisa pengalaman masa kemudian semuanya sangat penting lantaran hal itu besar lengan berkuasa sangat kuat terhadap kehidupan individu dan menentukan perasaan dan sikap individu yang ada sekarang.
Bahwa individu akan lebih baik untuk menghindarkan diri daripada mengerjakan sesuatu.
Bahwa individu akan mencapai kebahagiaan hidup dengan menyenangkan diri sendiri.
Bahwa individu akan mencapai sesuatu derajat yang tinggi dalam hidupnya untuk mencicipi sesuatu yang menyenangkan, atau memerlukan kekuatan supernatural untuk mencapainya.
Bahwa individu secara umum mempunyai nilai diri sebagai insan dan penerimaan diri untuk tergantung dari kebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain terhadap individu.
2.3. Asumsi Dasar Perilaku Bermasalah
Menurut Albert Ellis, insan intinya ialah unik yang mempunyai kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkah laris rasional insan akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkah laris irasional individu itu menjadi tidak efektif. Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau emosional tersebut merupakan akhir dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional, yang mana emosi yang menyertai individu dalam berpikir penuh dengan prasangka, sangat personal, dan irasional. Berpikir irasional ini diawali dengan berguru secara tidak logis yang biasanya diperoleh dari orang bau tanah dan budaya daerah dibesarkan.
Berpikir secara irasional akan tercermin dari kata-kata yang digunakan. Kata-kata yang tidak logis memperlihatkan cara berpikir yang salah dan kata-kata yang tepat memperlihatkan cara berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang sanggup diterima berdasarkan nalar sehat, serta memakai cara verbalisasi yang rasional.
Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah laris bermasalah, didalamnya merupakan tingkah laris yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional. Adapun ciri-ciri berpikir irasional adalah:
Tidak sanggup dibuktikan.
Menimbulkan perasaan tidak yummy (kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang sebetulnya tidak perlu.
Menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang efektif.
Sebab-sebab individu tidak bisa berpikir secara rasional disebabkan oleh:
Individu tidak berpikir terang perihal ketika ini dan yang akan datang, antara kenyatan dan imajinasi
Individu tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain
Orang bau tanah atau masyarakat mempunyai kecenderungan berpikir irasional yang diajarkan kepada individu melalui banyak sekali media.
Indikator alasannya ialah keyakinan irasional adalah:
Manusia hidup dalam masyarakat ialah untuk diterima dan dicintai oleh orang lain dari segala sesuatu yang dikerjakan.
Banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat, dan kejam sehingga mereka patut dicurigai, disalahkan, dan dihukum.
Kehidupan insan senantiasa dihadapkan kepada banyak sekali malapetaka, tragedi yang dahsyat, mengerikan, menyeramkan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh insan dalam hidupnya.
Lebih gampang untuk menjauhi kesulitan-kesulitan hidup tertentu dari pada berusaha untuk menghadapi dan menanganinya.
Penderitaan emosional dari seseorang muncul dari tekanan eksternal dan bahwa individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk menghilangkan penderitaan emosional tersebut.
Pengalaman masa kemudian menawarkan imbas sangat kuat terhadap kehidupan individu dan menentukan perasaan dan tingkah laris individu pada ketika sekarang
Untuk mencapai derajat yang tinggi dalam hidupnya dan untuk mencicipi sesuatu yang menyenangkan memerlukan kekuatan supranatural.
Nilai diri sebagai insan dan penerimaan orang lain terhadap diri tergantung dari kebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain terhadap individu.
Menurut Albert Ellis juga menambahkan bahwa secara biologis insan memang“diprogram” untuk selalu menanggapi “pengondisian-pengondisian” semacam ini. Keyakinan-keyakinan irasional tadi biasanya berbentuk pernyataan-pernyataan absolut.
Ada beberapa jenis “pikiran-pikiran yang keliru” yang biasanya diterapkan orang,diantaranya:
Mengabaikan hal-hal yang positif
Terpaku pada yang negatif
Terlalu cepat menggeneralisasi
Secara ringkas, Ellis menyampaikan bahwa ada tiga keyakinan irasional:
1. “Saya harus punya kemampuan sempurna, atau saya akan jadi orang yang tidak berguna”
2. “Orang lain harus memahami dan mempertimbangkan saya, atau mereka akan menderita”.
3. “Kenyataan harus memberi kebahagiaan pada saya, atau saya akan binasa”.
Tujuan Konseling Rasional – Emotif : Memperbaiki dan meruban sikap, persepsi, cara berfikir, keyakinan serta pandangan klien yang irasional dan logis menjadi rasional dan logis biar klien sanggup membuatkan diri, meningkatkan self actualizationnya seoptimal mungkin melalui prilaku kognitif dan afektif yang positif. Menghilangkan gangguan emosional yang merusak diri sendiri,seperti rasa benci,rasa takut, rasa bersalah,rasa berdosa, rasa cemas, rasa was-was, dan rasa murka dengan melatih system keyakinan hidup secara rasional serta membangkitkan keberanian untuk mempunyai kepercayaan dan kemampuan diri sendiri dalam menghadapi masa depan.(Sayekti Pujosuwarno 1993:14)
Secara lebih khusus Ellis (Corey, 1986; 215) menyebutkan bahwa terapi ini akan tercapai pribadi yang ditandai dengan :
1) Minat kepada diri sendiri
2) Minat sosial
3) Pengarahan diri
4) Toleransi terhadap pihak lain
5) Fleksibelitas
6) Menerima ketidakpastian
7) Komitmen terhadap sesuatu diluar dirinya
8) Berfikir ilmiah
9) Penerimaan diri
10) Berani mengambil resiko
11) “Non utopianism” yaitu mendapatkan kenyataan.
Karakteristik terapi rasional-emotif
1. Aktif-direktif
Dalam hubungan konseling lebih aktif membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan masalah
2. Kognitif-eksperiensial
Hubungan yang dibuat harus berfokus pada aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan problem yang rasional
3. Emotif-eksperiensial
Hubungan yang dibuat juga melihat aspek emotif klien dengan mempelajari sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut.
4. Behavioristik
Hubungan yang dibuat harus menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan sikap dalam diri kliennya
5. Kondisional
Hubungan dalam terapi rasional – emotif dilakukan dengan menciptakan kondisi tertentu terhadap klien melalui banyak sekali teknik kondisioning untuk mencapai tujuan terapi konseling.
Gambaran perihal apa yang dilakukan oleh seorang praktisi rasional-emotif
Mengajak klien untuk menanggalkan ide-ide rasional yang mendasari gangguan emosional dan perilaku.
Menantang klien dengan banyak sekali inspirasi yang valid dan rasional.
Menunjukkan kepada klien asas ilogis dalam berfikir.
Menggunakan analisis logis untuk mengurangi keyakinan irasional klien.
Menunjukkan bahwa keyakinan irasional ini ialah kooperative. Menggunakan humor untuk menantang irasionalitas pemikiran klien.
Menjelaskan kepada klien bagaimana inspirasi yang irasional ini sanggup ditempatkan kembali atau didistribusikan kepada ide-ide rasional yang harus secara empirik melatarbelakangi kehidupannya
Mengajarkan bagaimana mengaplikasikan pendekatan ilmiah, obyektif dan logis dalam berfikir.
2.3. Peran Konseling
Dalam proses konseling pendekatan RET ini ,peran konselor aktif ,direktif namun tetap obyektif. Konselor meyakinkan konseli bahwa pikiran rasional dan irasional harus dipisahkan. Setelah itu konselor memperlihatkan bahwa pikiran irasional itu ialah sumber dari permasalahan yang sedang dihadapi konseli. Pada konseling RET ,konselor sanggup menjadi model bagi konseli yang mengarahkan konseli untuk membebaskan diri dari pikiran irasional.
Aktif: berbicara, mengkonfrontasikan (yang irrasional), menafsirkan, menyerang falsafah yang menyalahkan diri
Direktif
– Menerangkan ketidakrasionalan yang dialami & yang ditunjukkan : verbal, sikap, perilaku
– Membujuk
– Mengajari klien (untuk memakai metode-metode sikap : PR, desentisasi, latihan asertif dsb)
Peranan konselor dalam proses konseling rasional-emotif akan nampak dengan terang dalam langkah konseling sebagai berikut:
a. Langkah Pertama : Dalam Langkah ini konselor berusaha memperlihatkan kepada klien bahwa problem yang dihadapinya berkaitan dengan keyakinannya yang tidak rasional.
b. Langkah Kedua : Peranan Konselor ialah menyadarkan klien bahwa pemecahan problem yang dihadapinya merupakan tanggung jawab sendiri.
c. Langkah Ketiga : Konselor berperan mangajak klien menghilangkan cara berpikirdan gagasan yang tidak rasional.
d. Langkah keempat : Peranan konselor ialah membuatkan pandangan – pandangan yang realistis dan menghindarkan diri dari keyakinan yang tidak rasional.
2.4. Deskripsi Proses Konseling
Tugas konselor berdasarkan Ellis ialah membantu individu yang tidak bahagian dan menghadapi hambatan, untuk memperlihatkan bahwa :
Kesulitannya disebabkan oleh persepsi yang terganggu dan pikiran yang tidak logis
Usaha memperbaikinya ialah harus kembali kepada sebab-sebab permulaan
Konselor yang efektif akan membantu klien untuk mengubah pikiran, perasaan, danperilaku yang tidak logis.
Tujuan utama terapi rasional-emotif ialah memperlihatkan kepada klien bahwa verbalisasi diri mereka merupakan sumber gangguan emosionalnya.
Kemudian membantu klien biar memperbaiki cara berpikir,merasa,dan berperilaku ,sehingga ia tidak lagi mengalami gangguan emosional di masa yang akan datang.
Proses Terapi (konseling)
(a) Konselor berusaha membuktikan klien kesulitan yang dihadapi sangat bekerjasama dengan keyakinan irrasional, dan membuktikan bagaimana klien harus bersikap rasional dan bisa memisahkan keyakinan irrasional dengan rasional.
(b) Setelah klien menyadari gangguan emosi yang bersumber dari pemikiran irrasional, maka konselor membuktikan pemikiran klien yang irrasional, serta klien berusaha mengubah kepada keyakinan menjadi rasional.
(c) Konselor berusaha biar klien menghindari diri dari ide-ide irrasionalnya, dan konselor berusaha menghubungkan antara inspirasi tersebut dengan proses penyalahan dan perusakan diri.
(d) Proses terakhir konseling ialah konselor berusaha menantang klien untuk membuatkan filosofis kehidupannya yang rasional, dan menolak kehidupan yang irrasional dan fiktif dengan memperbaiki cara berpikir,merasa,dan berperilaku ,sehingga ia tidak lagi mengalami gangguan emosional di masa yang akan tiba .
2.6. Teknik-teknik terapi
Teknik emotif (afektif)
Teknik Assertive Training , yaitu teknik yang dipakai untuk melatih, medorong dan membiasakan klien untuk terus menerus mengikuti keadaan dengan sikap tertentu yang diinginkan.
Teknik sosiodrama, yang dipakai untuk mengekspresikan banyak sekali jenis perasaan yang menekan (perasaan negatif) melalui suasana yang didramatisasikan.
Teknik self modeling atau diri sebagai model, yakni teknik yang dipakai untuk meminta klien biar berjanji atau mengadakan komitmen dengan konselor untuk menghilangkan perasaan atau sikap tertentu.
Teknik imitasi, yakni teknik yang dipakai dimana klien diminta untuk menirukan secara terus menerus soal model sikap tertentu dengan maksud menhadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.
Teknik Behavioristik
Teknik reinforcement / penguatan, yaitu teknik yang dipakai untuk mendorong klien kearah sikap yang lebih rasional dan logis dengan jalan menawarkan kebanggaan verbal (reward) ataupun punishment/ hukuman.
Teknik social modeling/ penguatan modeling, yakni teknik yang dipakai untuk menawarkan perilaku-perilaku gres kepada klien.
Teknik live models/ model dari kehidupan nyata, yang dipakai untuk menggambarkan sikap tertentu.
Teknik-teknik kognitif
Home work assigments/ pemberian kiprah rumah , klien diberikan kiprah rumah untuk berlatih, membiasakan diri serta menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang berdasarkan teladan sikap yang diharapkan.
Teknik Assertive , teknik yang dipakai untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan sikap tertentu yang diperlukan melalui role playing atau bermain peran.
Bibliotherapy, teknik yang dipakai untuk membalikkan teladan pikir irasional dan ketidaklogisan dalam diri konseli yang mengakibatkan permasalahan lewat buku-buku. Konselor menentukan buku-buku bacaan yang sekiranya sanggup membantu konseli dalam mengubah teladan pikir irasional menjadi rasional.
2.7. Kelebihan dan Kelemahannya
RET memperlihatkan baik kelebihan maupun kelemahan. Kelebihannya yaitu tekanannya pada peranan balasan kognitif terhadap timbulnya reaksi-reaksi perasaan. Kelemahannya ialah kurangnya legalisasi terhadap perasaan dasar sebagai suatu faktor yang sangat mayoritas dalam kehidupan manusia, yang tidak sebegitu gampang mengalami perubahan.
Meski demikian corak konseling sangat bermanfaat untuk diterapkan oleh konselor sekolah terhadap siswa dewasa dan mahasiswa.
2.8. Contoh Penerapan
Penerapan teori konseling Rasional-emotif ini sangat ideal apabila diterapkan disekolah, terutama oleh:Guru,Konselor atau pemimbing yang berwibawa. Contoh penerapan di gunakan pada masalah , berpikir mengenai hal-hal yang tidak rasional.
Guru/konselor yang berwibawa akan bisa untuk membantu siswa yang mengalami gangguan mental atau gangguan emosional untuk mengarahkan secara eksklusif pada para siswa yang mempunyai teladan berfikir yang tidak rasional, serta mempengaruhi cara berfikir mereka yang tidak rasional untuk meninggalkan anggapan atau pandangan yang keliru itu menjadi rasional dan logis.
Guru melalui bidang studi yang diajarkan kepada siswanya secara eksklusif bisa mengaitkan teladan bimbingan yang terpadu untuk mempengaruhinya, untuk secara meninggalkan tindakan pikiran dan perasaan yang tidak rasional.
Pendekatan ini pada menekankan pentingnya pemikiran sebagai dasar dari gangguan-gangguan pribadi. Sumbangan utamanya ialah penekananya pada keharusan praktek dan bertindak menuju perubahan tingkah laris masalah.
Contoh kasusnya :
Ada siswa mau ujian . Ia takut,cemas akan ujian nya nanti,ia takut tidak lulus.Padahal ujian masih 4 bulan lagi. Siswa tersebut berpikir irasional. Konselor membantu klien biar klien sadar dan bisa berpikir rasional lantaran jikalau klien tetap berpikir irasional itu akan menciptakan klien tidak siap menghadapi ujian dan bisa berakibat pada konsentrasi ketika mengerjakan soal ujian dan bisa berakibat buruk. Konselor membantu klien mengubah pikiran irasional menjadi rasional sehingga klien menyadari akan pikirannya itu,klien bisa berpikir rasional dengan berguru selama 4 bulan itu dan menjadi siap menghadapi ujian.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian Rational Emotive Therapy (RET), yakni corak konseling yang menekankan kebersamaan dan interaksi antara berpikir dan nalar sehat(rational thinking), berperasaan(emoting), dan berperilaku(acting), serta sekaligus menekankan bahwa suatu perubahan yang mendalam dalam cara berpikir sanggup menghasilkan perubahan yang berarti dalam cara berperasaan dan berperilaku. Maka, orang yang mengalami gangguan dalam alam perasaannya, harus dibantu untuk meninjau kembali caranya berpikir dan memanfaatkan nalar sehat.
Tujuan Rational Emotive Therapy
Memperbaiki dan mengubah segala sikap yang irasional dan tidak logis menjadi rasional dan logis biar klien sanggup membuatkan dirinya.
3.2. Saran
Memiliki kemampuan dalam konseling humanistik merupakan hal yang penting,dapat mengarahkan ke masa depan yang lebih baik. Untuk itu kita perlu memahami lebih dalam teori-teori konseling humanistik dengan baik biar kita sanggup memahami dan mengetahui hal-hal atau problem klien kita nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Suhesti.2012.Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap?.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Corey Gerald.2007.Teori dan Paktek Konseling & Psikoterapi.Bandung: PT Refika Aditama
Hayat,Abdul.2010.Teori dan Teknik Pendekatan Konseling.Banjarmasin:Lanting Media Aksara