Thursday, February 22, 2018

√ Menghadapi Tantangan Dalam Pembelajaran Tik

Belajar dan mengajarkan teknologi gosip dan komunikasi di sekolah memiliki tantangan tersendiri. Kadang kala tantangan tersebut memusingkan pikiran kita bagaimana seharusnya atau bagaimana caranya bila di lapangan sangat berbeda dari cita-cita kita. Dalam kesempatan ini, saya ingin menyebarkan pengalaman dan gosip mengenai tantangan dikala saya memasuki dunia pembelajaran TIK di sekolah pedesaaan.

 Kadang kala tantangan tersebut memusingkan pikiran kita bagaimana seharusnya atau bagaima √ Menghadapi Tantangan dalam Pembelajaran TIK
Help Me Computer!
Sumber Ilustrasi dari http://www.3dcolorboard.com/funny_computer-6.html
Beberapa waktu kemudian sehabis saya mendapat amanah untuk mengampu pembelajaran TIK pada kelas VII, VIII dan IX, saya menemukan berbagai tantangan dalam pembelajaran saya terhadap para siswa. Karena lokasi sekolah yang saya abdi berada di perkampungan yang cukup jauh dari kecamatan bahkan kota, maka tantangan itu lebih nampak terlihat ketika saya berhadapan dengan pengajaran TIK di sekolah. Sebagian besar para siswa masih memiliki keterbatasan pengetahuan dan pemahaman terhadap dunia gosip dan komunikasi bahkan saya teringat salah satu dari siswi saya pernah bertanya arti "Nasional" itu apa artinya/maksudnya.
 Kadang kala tantangan tersebut memusingkan pikiran kita bagaimana seharusnya atau bagaima √ Menghadapi Tantangan dalam Pembelajaran TIK
Merakit Komputer
Saat saya diberi amanah untuk mengajar TIK yang juga mempunyai standar pembelajaran untuk tingkat mereka menciptakan saya pertama-tamanya merasa kebingungan. Beberapa tantangan yang saya pernah hadapi dalam pembelajaran TIK :
 Kadang kala tantangan tersebut memusingkan pikiran kita bagaimana seharusnya atau bagaima √ Menghadapi Tantangan dalam Pembelajaran TIK
Merakit Komputer II
  1. Masih Terbatasnya Pemahaman Kata dan Istilah Baru.
    Istilah-istilah asing atau memakai bahasa yang tidak umum dalam masyarakat menjadi kebingungan para siswa saya untuk mengerti dan membayangkan wacana apa hal tersebut.
  2. Masih Terbatasnya Media Informasi dan Komunikasi yang Dikenal.
    Tidak menyerupai siswa kawasan pinggiran kota atau di kota yang para siswanya sudah cukup banyak berhadapan dengan teknologi termasuk teknologi gosip dan komunikasi dalam keseharian mereka. Siswa di kawasan pedesaan atau perkampungan yang jauh dari kota. Hanya beberapa perangkat dan teknologi yang mereka kenal secara pribadi menyerupai televisi. Sebagian lain hanya mereka dapatkan lewat televisi itu cerita-ceritanya. Setiap hal-hal gres saya akan menanyakan apakah mereka pernah berhadapan pribadi atau mempergunakannya.
  3. Masih Merasa Khawatir.
    Seperti halnya sebagian dari kita yang mungkin juga pernah khawatir ketika awal-awal mempergunakan teknologi gres baik itu memegang dan mengoperasikan peralatan teknologi tersebut. Teknologi gres yang membawa peralatan-peralatan canggih dan mahal kadang menciptakan para siswa saya agak khawatir untuk menyentuh atau mempergunakannya. Mereka biasa atau bahkan tidak pernah sama sekali melihat apalagi mempergunakannya, sehingga kekhawatiran mereka muncul kalau-kalau barang-barang tersebut rusak ditangan mereka.
  4. Sangat Terbatasnya Akses Internet di Daerah Tersebut.
    Di sebelah kampung dari lokasi dimana sekolah saya berada hanya terdapat 1 tempat yang bisa dipergunakan untuk mencar ilmu komputer dan mengakses internet yakni Warnet Plik yang mempunyai 4 buah meja komputer beserta perangkatnya. Mereka perlu membayar Rp. 3000,-/jamnya gres bisa mempergunakan akomodasi tersebut. Kecepatan aksesnya pun tidak secepat smartphone kini ini, kadang bisa membutuhkan waktu 15 menit lebih untuk bisa membuka satu halaman. Karena hanya ada empat, maka seperti penggunanya harus antri atau menunggu berjam-jam untuk bisa bergantian mengakses internet tersebut. Selain itu jaringan telepon dan internet Speedy-nya pun hanya terbatas di kawasan perkotaan saja yang jaraknya lebih dari 20 km.
  5. Komputer hanya Cukup untuk 4 Orang dalam Satu Kali Jalan.
    Saya bersyukur alasannya adanya pertolongan dari pihak pemerintah mengamanahkan beberapa buah komputer walaupun tidak menyerupai laboratorium komputer yang mempunyai jumlah dan akomodasi standar, namun itu bagi saya sudah bisa untuk dimanfaatkan pada pembelajaran TIK.
  6. Fasilitas Listrik yang Sering Kali Terputus.
    Di sekolah, saya menemukan seringnya pemadaman aliran listrik terutama sewaktu pembelajaran saya menciptakan tidak bisanya menyalakan perangkat-perangkat komputer. Selain seringnya listrik padam, juga biasa saya temukan daya listrik rendah (spanning) dan ini juga menyebabkan perangkat tidak bisa dihidupkan alasannya daya listriknya tidak mencukupi biarpun perangkat elektronik lainnya suda dimatikan.
  7. Penyesuaian Pembelajaran dengan Materi Standar.
    Untuk kelas VIII mereka mendapat standar pembelajaran mengenai penggunaan Office dan kelas IX berkenaan dengan jaringan komputer dan internet.
 Kadang kala tantangan tersebut memusingkan pikiran kita bagaimana seharusnya atau bagaima √ Menghadapi Tantangan dalam Pembelajaran TIK
Memasang Kabel Monitor
Dari tujuh tantangan yang saya hadapi dalam pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi, saya mencoba beberap taktik pembelajaran untuk mereka supaya bisa diperlukan lebih gampang dimengerti dan dipahami oleh para siswa tanpa kehilangan sebagian besar isi bahan tingkat mereka. Berikut beberapa acara yang saya lakukan dalam pembelajaran TIK :
 Kadang kala tantangan tersebut memusingkan pikiran kita bagaimana seharusnya atau bagaima √ Menghadapi Tantangan dalam Pembelajaran TIK
Menikmati Hasil Perakitan Komputer
  1. Menggunakan Media Presentasi.
    Dengan adanya kepemilikan proyektor di sekolah, menunjukkan kesempatan kepada saya untuk bisa mempergunakannya dalam pengenalan TIK yang bisa para siswa lihat secara pribadi dalam bentuk gambar atau bentuk grafis. Gambar atau grafis didapatkan dikala berada dirumah atau tempat yang memungkinkan saya mengakses internet guna mendapat gosip yang lebih. Kemudian menyimpan gambar dan grafis yang terkait pembelajaran yang selanjutnnya bisa diproses secara offline.
  2. Membawa Langsung Peralatan TIK ke Dalam Kelas.
    Di kelas VII yang merupakan tingkatan pertama mendapat pembelajaran lebih berisi wacana sejarah dan pengetahuan umum mengenai TIK tersebut. Beberapa media pembajaran yang bisa dibawa pribadi menyerupai kamera, handphone, radio atau peralatan yang bersifat portable. Saya membawa 1 computer set ke dalam ruang kelas untuk bisa mereka lihat dan sentuh langsung.
  3. Berhadapan Langsung dengan Perangkat Komputer.
    Pada kelas VIII, saya membawa 2 set komputer (1 untuk para siswa dan 1 untuk para siswi) yang saya bawa ke dalam ruangan. Para siswa diminta untuk memperhatikan bagaimana pemasangan komputer (CPU. keyboard, mouse, stavolt/ups, kabel) sehingga komputer bisa dihidupkan. Setelah melihat 1 hingga 2 kali, saya minta para siswa untuk berkelompok (1 kelompok putra dan 1 kelompok putri) untuk sama-sama menginstal dan melepas perangkat tersebut dan diulangi beberapa kali.
  4. Menenangkan Kekhawatiran Berhadapan Teknologi.
    Saya mencoba membuktikan dan mengarahkan kepada para siswa supaya mereka tidak takut untuk berhadapan dengan teknologi, tidak rendah diri bila belum mengerti teknologi, alasannya teknologi tidak dimiliki dalam bentuk bendanya, akan tetapi dimiliki secara kemampuan menggunakannya. Saya sampaikan pula bahwa saya dan mereka (kita) tidak mesti mempunyai teknologinya lebih dulu gres bisa mempergunakan.
  5. Praktek Mengunakan Komputer Bergantian.
    Seperti saya ceritakan sebelumnya bahwa jumlah komputer di sekolah saya belum bisa dijadikan sebagai laboratorium standar, saya mencoba tetap untuk mempergunakannya pada praktek supaya para siswa mendapat pengalaman secara pribadi berhadapan dan bekerja dengan komputer. Karena terbatas untuk 4 orang maksimalnya (kalau tidak dalam keadaan rusak), maka praktek pun cukup memakan waktu pertemuan yang panjang dan dilakukan secara bergantian oleh para siswa. Bila mereka mendapat giliran praktek, saya meminta 8 orang untuk berhadapan dengan komputer. Setiap mereka diarahkan untuk membawa buku pegangan dan catatan. Dari 8 orang, 4 orang yang mengoperasikan komputer secara pribadi dan 4 orang menemani di samping. Selain untuk menunggu giliran selanjutnya, 4 orang pendamping itu merupakan sumber mencar ilmu bagi yang siswa yang sedang mengoperasikan. Mereka saya arahkan saling membantu mencarikan gosip dari buku pegangan atau catatan atau pula memberi tahu cara. Setelah selasai, maka 4 orang yang sudah membantu bergantian dengan 4 orang yang belum.
  6. Akses Internet dengan Modem Seluler.
    Beberapa tahun yang kemudian internet sudah bisa diakses pada tingkat 3G melalui saluran penyedia jaringan seluler. Dengan itu mempermudah saya untuk bisa menampilkan secara pribadi bagaimana kanal internet dengan laptop mini yang saya miliki melewati proyektor. Para siswa sanggup melihat dan mencoba beberapa waktu mengakses internet tersebut.
  7. Akses Internet dengan Handphone.
    Beberapa dari para siswa sudah mempunyai handphone yang mendukung untuk tingkat kanal internet EDGE dan 3G. Walaupun kini ini smartphone berhamburan dipasar dan toko eletronik, namun hanya sebagian kecil saja siswa memilikinya. Paling tidak mereka bisa mengerti cara mengakses internet dengan kemampuan akomodasi yang mereka miliki.
Dari beberapa potong dongeng saya mengenai tantangan mengajar Teknologi Informasi dan Komunikasi semoga bisa menjadi manfaat bagi anda yang membacanya. Selamat berjuang!
Sumber http://menofschool.blogspot.com