Saturday, February 24, 2018

√ Puisi Duka Perihal Kehidupan Menyentuh Hati Terdalam

Puisi Sedih – Kehidupan insan berlangsung dalam bentuk paket-paket berpasang dari awal penciptaanya. Bahagia dan kesedihan akan silih berganti. Tidak ada yang sanggup menghindari rasa sedih.


Banyak hal menimbulkan kesedihan. Puisi sedih di bawah ini akan menggambarkan betapa susah hati terbebani oleh kesedihan.





Puisi Sedih Kesendirian


 Kehidupan insan berlangsung dalam bentuk paket √ Puisi Sedih Tentang Kehidupan Menyentuh Hati Terdalam

Puisi Sedih Kesendirian


Salah satu keadaan yang bisa menciptakan kita mencicipi kesedihan ialah pada dikala sendiri. Pada dikala itulah terkadang muncul ilham untuk menulis puisi yang menggambarkan kesedihan alasannya yaitu kesendirian. Seperti halnya puisi sedih kesendirian berikut ini :




Dibawah Naungan Asa


Kebaikan langit menahan sebagian mereka agar  tidak runtuh


Perut bumi menahan mualnya sekuat tenaga biar tidak muntah


Kebaikan, mungkin saja pelembut hati yang kaku


Memohon kebaikan menjadi penyemangat


Tegakkan badan doyong dalam kesedihan mendalam


Kemana arus sungai?


Ikan-ikan larut terseret


Dimana hati merindu?


Tubuh-tubuh layu jatuh terperosok


Penghiburku yaitu matahari


Datang meski selalu pergi


Sabar, mengajak menghitung kehidupan


Sisi terlewat sebagian menjelang hilang


Impian telah musnah


Jiwa renta sunyi dalam derita sendiri




Cukup Aku Saja


Terangkai jutaan baris kata maaf


Hafal, persis dampai dengan tanda baca koma dan titik


Jika saya ujian berpidato mungkin tepat menjadi imbalannya


Bersuara lantang menyadarkan lamunan audiens yang mengantuk


Ribuan penerima akan kubungkam dengan jerit jiwa merdeka


Kini giliran rindu mendesak daypikir untuk kocar-kacir kabur


Terbirit berlari menyesal


Untuk apa sebuah penyesalan


Hanya sebatas masa kemudian tanpa keistimewaan


Biarkan mereka berkata saya yaitu batu


Keras dan tidak berperasaan


Penilaian yang indah tapi tidak bijaksana


Ribuan kata maaf tertelan kesombongan


Hidupku yaitu milikku


Pagar tinggi kokoh jangan kalian mencoba menerobos


Sebisa biar kita tak bersinggungan


Kesakitan infinit biarlah apa adanya


Bahkan


Untuk hati yang terluka saya tak akan menciptakan kalian merasa hal yang sama




Jalan Yang Kutempuh Buntu


Langkah kaki gemetar menapaki kawasan asing


Tidak ada bangunan rumah, tidak ada keramahan


Tidak ada keluarga, tidak pula kehidupan


Basah tanah terakibat oleh rintik hujan


Aroma asri, namun tak nampak tanda keindahan


Kabut, semua gelap tak terkecuali lima langkah didepan kakiku berdiri


Tanpa kepastian kecuali mengikuti naluri dari alam


Penerangan ? apa kau sedang mengejekku


Lampu-lampu minyak bahkan tidak ada yang terlihat


Pijaran belas kasihan alam


Satu-satunya pemberi kebaikan


Untuk apa saya mau?


Untuk apa saya bersusah berjalan sendiri?


Untuk kau saya menjari, sahabat untuk melangkah berdua




Penyesalan, Sampai Kapankah?


Tidak lagi saya menemukanmu


Dibawah sinar matahari yang terang


Ataupun atas petunjuk bulan


Beribu bis saya tumpangi untuk menujumu kembali


Banyak pesan saya kirim biar kau mau lagi mengerti


Terlambat? Itukah yang terjadi


Wujudmu yang aktual tak lagi terlihat


Suaramu yang lantang, tak lagi menyentuh gendang telinga


Dunia terbalik, apakah mungkin?


Namun bawahku kini yaitu atasku dahulu


Goncangan dahsyat telah ku perbuat pada bumi sesudah waktu itu


Ketika satu sentuhan memecahkan ringkih hati yang kau bilang tombol abadi


Hancur, begitu pun dengan engkau


Perlahan memudar seiring langkahku menjauh penuh sesal


Pencarian pada kedamaian telah lewat 1000 malam


Harapan menemukanmu di balik kesenduan berpengaruh terjaga




Yang Tertegar


Ku hela nafas lebih dalam

karena yang jadi cuma luka

ku berlangsung lebih lambat

karena terkendala rasa kecewa


Ku tertawa tambah lebar

agar jadi penawar hati yang terkekang

ku lantunkan nada-nada syahdu

untuk sedikit menghindar emosi yang mengadu


Semangatmu lemahkan ku

turunkan obsesi dalam benak ku

sedih ini jadi tak tertahan

dan ketegaranku jadi sangsi yang tercipta


Tak perli ku ungkapkan

betapa lelahnya sebuah penantian

dan kaki ini amat jauh melangkah dalam hidupmu

lemah, gundah, tangis dan lelah

menyatu jadi air mata yang mematikan rasa




Pergi untuk Kembali


Aku pergi…

Aku pergi meninggalkanmu

Rasa ini sakit menyerupai tertusuk

Tetapi rasa ini bisa ku pendam


Mungkin sebetulnya itu menyakitkanmu

Tapi inilah aku…

Seorang yang takut…..

Takut membuatmu lebih sakit


Biarkanku sebentar pergi…

Dan pergi untuk kembali




Hujan Tangis ini


Gelombang tinggi yang mempunyai duka

Hempaskan seluruh tanpa rasa

Hujan tangis yang menggelegar

Bagai guntur yang membelah angkasa


Kisah ini…

Hujan tangis ini…

Sisakan luka pedih yang mendalam

Hancurkan jagad raya


Alam bagai murka pada mereka

Tegur mereka tanpa kasih

Akankah mereka sabar?

Akankah mereka sadar murka alam ini?

PERIH | Rahmat Kurniawan


Dukaku memuja dunia bersama indah

Lukaku memahat gesekan sejati

Biar tak seorangpun tau bahwa

aku kecewa pada kisahku

yang mempunyai perih


Apakah saya insan yang tak tau diri?

Hingga berasumsi cinta bersama hati

bukan bersama mata

Merasakan cinta bersama perasaan

bukan bersama logika


Bahkan saya hingga kehilangan budi sehat

hingga membuatku tenggelam

pada kehancuran

dan kegalauan hidup

Perih yang ku rasa seakan tak bisa kujalani

Aku patah bersama segenap sayap-sayap palsuku

Aku mati bersama segenap nyawaku yang rapuh


Tapi, tak kan ku tangisi karna inilah takdirku

Aku perlu miliki kebiasaan bersama duka

Karena luka yaitu duka

Dan murung yaitu aku.




Saat Aku Melupakan


Saat saya jadi menapaki sisa sementara ini

Saat saya sudah mengalah bersama penantianku sendiri


Yang saya sadar barangkali sekedar sekedar kata perpisahan

Dan itu cuma saya simpan dalam hati ini saja


Melihat senja itu tiba , merekalah saksi bisuku

Menatap kerlip bintang , merekalah yang tahu


Tentangku yang kini cuma jadi seorang pecundang

Yang serupa sekali tidak mempunyai keberanian untuk mengungkapkan


Disisa detik yang tersedia kini

Biarkan pena ini menuliskan sajaknya


Menuliskan apa yang selama ini sudah menjadikan saya pecundang

Menggambarkan betapa beratnya bebanku

Saat saya perlu mempunyai rasa ini kemana-mana


Beratnya rasaku ini yang senantiasa saya sembunyikan dan senantiasa membawaku kedalam imajinasi yang menyakitkan

Beratnya rasaku ini yang senantiasa mengupayakan saya tenangkan sementara inginkan memberontak terlihat


Hingga kini …


Perpisahan termanis yang akan tiba didepan mata ini

Dimana saya akan melihatmu disana


Melihatmu bersama jas hitam

Melihatmu bersama seulas senyum mu

Melihat tawa mu


Dengan seluruh yang bisa saya laksanakan sekedar mehana air mata


Kamulah hanya satu yang jadi alasanku

Satu-satunya yang tidak mengecewakan berasal dari saya untuk menghancurkan hatiku




Tanpa Judul


Terdiam merenung sendu

Ku bersenandung rindu

Terbayang perjalanan waktu

Sebuah kisah era lalu


Tiada kembali nyanyian surga

Tiada lage penghibur lara

Tiada lage tenang dalam jiwa

Hanya tersedia Bintang penuh derita

Hanya tersedia Langit yang kian terluka

Seakan hendak berkata

Inilah nafas Kehidupanku


Senyuman pun kian membeku

Dalam dinginnya gelap hitam malam

Tangisan pun kian melarut pilu

Dalam harunya lautan malam

Seakan hendak bercerita

Inilah jejak yang perlu kutempuh


Sanggupkah kulalui angin kencang angin pasir rindu

Sanggupkah kulupakan indahnya sejuta pesona mimpi

Sanggupkah kulangkahkan kaki lewat panas inti bumi

Sanggupkah kubenamkan diriku dalam lautan kelam

Sanggupkah kubertahan dalam dinginnya hembusan angin salju


Hanya tersedia satu tanggapan hati

Kan Kulalui dan kujalani bersama kasih murni setulus hati




Akhir Kisah ini


Tak pernah ku sangka akan secepat ini

Kau pergi tinggalkan sejuta kenangan indah

Kenangan indah yang tak akan ku lupakan

Kenangan yang akan jadi sejarah dalam hidupku

Sejarah cinta yang tak kan lekang oleh waktu


Kemarin rasanya ku dengar tawa manja berasal dari mu

kau tersenyum manis di hadapan ku

Namun kini seluruh sudah berubah

kau kini cuma diam membisu

Wajahmu pucat dan kau terbaring di hadapan ku


Hati ku rasa teriris memandang keadaan mu sementara ini

Ingin rasanya ku gantikan dirimu di tempat itu

Mengembalikan kembali senyuman dan tawa

Yang sudah membawa dampak hidup ku jadi berwarna

Mengapa perlu secepat ini kau pergi tinggalkan ku???


Inikah simpulan berasal dari kisah kita

kisah cinta yang suci

kisah cinta yang abadi

Harus berakhir sebelum di pelaminan

Harus berakhir bersama tetes air mata

Harus berakhir meski tak rela


Inikah simpulan kisah cinta yang perlu ku jalani

Meski sukar tuk ku terima

Namun kan ku cobalah tuk ikhlaskan semua

Agar kau suka di sisinya




Senja Kelabu


Senja kelabu

Langit membiru

Lautan beradu

Sebuah hati tengah terhimpit rindu


Adakah kau disana

merasakan apa yang ku rasa

Angan ku melambung jauh bersama

Bayang mu yang kian sirna


Dapatkah kau dengar

jerit hati ini Memanggil nama mu

meski kau bukan milik ku

namun kau amat berharga bagi ku


Aku tahu. .

Kau cuma akan jadi

Abstrak dalam aktual ku

Dan akan jadi bias dalam hati ku


Tak banyak ingin ku

Hanya inginkan kau tahu

Tentang perasaan ku




Bila Saatnya Tiba


Bila nanti saya amat pergi,,,

Di ujung perjalanan hidupku ini,,,

Ku ingin tak tersedia airmata yang mengiringi,,,

Ku ingin cuma senyum yang menemani,,,


Waktu begitu cepat berlalu,,,

Dan akupun tambah repot bersama kesendirianku,,,

Hingga ku nafikkan orang-orang yang menyayangiku,,,

Ku mengerti langkahku tambah rapuh,,,


Maafkan saya atas kesalahanku,,,

Bukan maksud hati ini tuk menyakitimu,,,

Aku cuma meminta kau tersedia disampingku,,,

Saat nafas ini meninggalkan jejakku,,,


Ya Illahi Robbi,,

Ijinkan saya meneguk senyum mereka,,,

Orang-orang yang sudah membawa dampak hidupku lebih bermakna,,,

Jangan biarkan mereka bertahta bersama kecewa,,,

Sekarang dan selamanya,,,




Rintihan Lara


Terbaring laraku pada lentera senja merindu

Hanyut syahdu rerintikan hujan menyapu

Kembali tangisku berderai merintih kelu

Serasa tak barangkali temukan langit biru


Lemah sudah ku meradang pd kelam malam

Tiada ingin tergantung akan kenangan indah silam

Tak kan jua sesal ku patrikan di kisah yg akan datang

Hanya sesak luka itu melewatkan bayangmu tambah menghilang


Ratusan hari berlalu tetap ku berlinang tetes bening

Beku sementara berdenting tak merubah rasa ini

Kelu kesah biarkan ku pd bundar sendiri hening

Berhimpit akan deru dera rintihan sunyi menyepi


Bersama lara ku susun kepingan” hati yg kau hancurkan

Ku rajut kembali dongeng hidup tanpamu yg ku artikan

Ku rangkai sebait huruf tuk luapkan haru

Semoga cinta kan melingkari rajutan kasih pd insan barumu .




Puisi Sedih Akibat Bencana Alam


 Kehidupan insan berlangsung dalam bentuk paket √ Puisi Sedih Tentang Kehidupan Menyentuh Hati Terdalam





style="display:inline-block;width:300px;height:600px"
data-ad-client="ca-pub-5072032675768050"
data-ad-slot="7868733699">




Puisi Sedih Akibat Bencana Alam


Adanya musibah niscaya menciptakan sedih orang yang mengalaminya. Situasi kesedihan menyerupai ini juga bisa dimanfaatkan untuk menulis sebuah karya puisi. Berikut ini rujukan puisi sedih alasannya yaitu mengalami musibah :




Semangkuk Nasi Yang Diperebutkan


Maukah kau kuceritakan sebuah mimpi buruk


Ketika gelombang besar menelan kampung-kampung kami


Pertiwi berguncang mengancam seluruh jiwa kembali kepada asal mereka


Aroma tanah yang pribadi melekat menciptakan sensasi mati benar-benar hadir


Aku berasal dari tanahkah?


Kenapa aroma kehidupanku begitu menyeramkam?


Mimpi itu tak mau saya nikmati lebih lama lagi


Ku buka mata biar secepatnya melihat bumiku yang asri


Tapi, mengapa mimpi jelek semakin menjadi buruk?


Tidak ada yang tersisa dari rusuhnya gelombang besar


Yang kubangun dengan mempertaruhkan hidupku menciptakan saya merasa mati


Tidak ada yang saya kenali


Mungkin Tuhan mengirim saya jauh ke seberang belahan bumi


Tidak banyak jiwa yang tersisa


Mungkin saya salah satu yang mangkir dari maut masal yang menjemput


Percumah ….


Semangkuk nasi menjadi permata


Yang menemukan yaitu mereka yang dibilang satu dari seribu


Dapatkan saya makan tanah saja?


Katanya tanah yaitu asal mulaku




Amukan Topan


Tidak Tuhan


Kumohon jangan Kau kabulkan


Anggaplah saya hambamu yang mabuk di waktu dulu


Hentikan Tuhan,


Aku menyesalinya, bersujudlah saya diatas puing-puing membuktikan kekacauan


Mulai dikala ini tangisan tak lagi mengeluarkan air mata


Kulit yang teriris pun tak berdarah lagi


Kurasa ajal sangat jauh dikala saya menginginkannya


Untuk apa hidup jikalau sisa angin kencang tak menyisakan seorangpun untukku


Tidak ada lagi taman bunga yang saya pelihara


Tanpa rumah yang kini terlihat rata


Tuhan, mungkinkah mereka menanggung kesalahan yang kuperbuat?


Jaman bocahku menjadi kupu-kupu sangatlah indah


Tak henti saya berdoa sebelum ibu menyuruhku mematikan lampu


Aku ingin melihat rumah dari ketinggian


Terbang bersama ayak dan ibu menjadi kupu-kupu


Matikan saya dan jadikan saya kupu kupu terbang bersama mereka


Masuk dalam timangan topan dan ditidurkan




Sup Panas Yang Tumpah


Orang bilang desaku tanah ajaib


Alam begitu memanjakan


Keindahan tak pernah mangkir di sepanjang kehidupan desa kami


Kami berkaki kuat, menaklukkan tanah meninggi sumber berkah


Badan yang kokoh akan bisa merobohkan dalam sekali tinju


Tak perlu melaksanakan apapun untuk berkecukupan disini


Kami bernafas bersama sumber makanan yang berlimpah


Orang bilang hasil bumi kami teramat baik


Kesusahan seakan telah terpadari mengelilingi jiwa suci


Air jernih dan burung terbang berisik


Berbisik jangan pernah khawatir lagi


Diatas langit berkah masih teramat banyak


Syurga itu menjadi neraka


Sup tomat panas banjir tak bisa terhalangi


Tembok kesusahan jebol tergerus keterlenaan


Sangat cepat aroma ajal mengepul memendekkan jarak pandang


Burung terganti oleh sirine


Bertahan hidup kami lakukan dengan menelan air mata kesusahan


Alam tak selalu bisa memanjakan




Malam Itu


Sepekat apakah malam ?

Tak lebih pekat dari hatiku

yang redup oleh kenangan.


Kau ingat ? betapa malam yang begitu kau puja.

Kini berubah menjadi waktuku mati.

Dulu, dibawah guyuran lampu pekarangan.


Kau menari riang

bersama temanmu di sedang malam. Menari

hingga kau capek dan terjatuh di hadapku.


Aku iba

membawa dan merawatmu. Dalam sempit

dan pengapnya lubang kecil tembok itu.


Sayap rapuhmu mengilau

diterpa serpihan cahaya bulan.

Sedang tubuhmu yang kecoklatan. Terbaring bisu

dihadapku.


Sehari, dua hari, tiga hari.

Dan seminggu sudah saya merawatmu.

Tawa manismu ulang berbinar di raut wajahmu.


Sedang sayap halusmu

kembali membawamu terbang di dalam riang.

Malam itupun ulang kau menari.


Namun tak kulihat temanmu yang dulu.

Mungkin mati di tarian lalu.


Layaknya déjà vu, kaupun terjatuh dan saya merawatmu kembali.

Kedua kali.

Ketiga kali ahad berikutnya.

Keempat kali ahad berikutnya.


Hingga ketujuh kalinya, saya tak tahan lagi.

“tolong jangan menari lagi. Tinggallah disini bersamaku”

Tak sepatah kata terucap dari bibirmu yang mengatup.

Hanya gores senyum dihiasi bulir bulir embun yang menetes

dari matamu.


Sebulan, dua bulan tak begitu menjemukkan bagimu.

Hingga tiba di satu tahun.

Buah cinta yang sudah terjalin kudu dibunuh.

Sebab kami hanya budak takdir, tak lebih.


Kaupun tetapkan pergi malam ini.

Sekeras apapun saya memohon,

sekeras itu pula tekadmu menguat.

“seharusnya saya mati semenjak pertama kau membawaku”


Lalu kau pergi dan menari di lampu pekarangan itu.

Sedang saya bersama bodohnya hanya bergelut bersama ego.

Kaupun mati di dalam tarian itu.

Andai saya terlepas dari ego.


Mungkin malam ini saya sedang merawatmu.

Hal yang membawamu hidup lebih lama.

Denganku.




Isi Hati


Di sementara saya jadi mecintai mu

tapi kau tambah pergi

aku tak kuasa memendam rasa ini

karena cinta ku ini hanya untuk anda seorang


Tapi saya tak tau kudu bagai mana nyatakan cinta ini

kepada mu yang sementara ini kau jauh dariku


Aku menghendaki kau mampir menghampiriku &

aku menghendaki kau megerti perasaanku ini




Hancur


Dunia jadi kelam menghitam

sakit sangatlah menyentuh

cobalah memandang saya cobalah hargai aku

kekurangan ku yaitu kelengkapanmu


Walau saya tak menyerupai yang kau bayangkan

ya ku tau cinta itu bunga mawar

indah dilihat

sakit disentuh dikarenakan durinya


Siang jadi kelam menghitam

malam jadi sunyi

jiwaku hancur tak bernyawa

biarlah ku coba dan melangkah

untuk menunjukan pada dirimu bahwa ku yang terbaik

KAMU TAKKAN PERNAH KEMBALI | Pucha Putri


Ku sadari..

Kamu sudah memilih hati yang lain…

kamu takkan dulu kembali..

karena cintamu bukanlah ulang untukku..


Kamu yaitu lakon di dalam kisahku..

walau hanya kisah era lalu..

kisah yang takkan dulu terulang..


Walau kini bias kenangan perlahan memudar..

Rasaku padamu bakal senantiasa utuh menyerupai dulu…


Jika nanti rasa itu tak ulang utuh untukmu…

jangan tanyakan mengapa…

karena rindu di dalam jiwa ini senantiasa milikmu…


Hanya milikmu..

kisah era laluku…




Sakit


Taman gemerlap indah

ku senang bertemu dan ku hancur andaikata berpisah

ku tak kudu memegang bunga mawar

terlalu indah andaikata dilihat


Dan sangat sakit andaikata dirasakan durinya

ingatlah saya bakal tunjukan padamu

datanglah segera

sekarang ku menanti,menanti kekosongan

bila tak tersedia kau apa arti nya sekarang


Sekarang ku terkena durimu

tolonglah mendapatkan saya sehingga saya tak sakit menati

dan tidak hanya memandang keidahan namun sakit




Aku yang Hilang


Aku tak berdaya ,

saat air mata jadi melewati garis awal mataku

Semua rasa hempaskan saya pada titik hitam kenangan ,

yang entah saya jawab apa itu dahulu


Hanya saja jadi perih sementara dibasahi oleh tiap tiap lamunan era lampau yang menyakitkanku

Semua jadi hilang sementara kata pupus ramaikan hidupku

Aku mengacuh , menepi perlahan tak sadar

Hatiku tak hidup sementara saya rasa mati

Degupannya begitu menyayat hati


Kata cinta seolah tak membekas di dalam relung-relung yang tetap tersisa

Tersisa ?

Apakah dulu dituai ?

Aku hanya belantara ditengah buasnya kesakitan rinduku

Tawa , bunyi dan gema seolah tak dulu tumbuh di dalam langkah terakhirku

Kini , seluruh jadi menghindari meninggalkan anda


Kamu yang saya tahtakan di dalam kelana jiwaku

Isakkan itu seolah tetap mengakar di dalam ragaku

Mengikatnya dan tak dulu mengelupas oleh detakan waktu

Saat ini saya mati dan tak bernyawa


Seumpama debu , saya sudah tersapu dan tak sanggup hadir lagi

Aku merindukan purnama yang tak sempat membalas salamku malam hari

Aku yang bakal pergi


Tinggalkan seutas perih yang tetap tersisa ini

Aku melangkah meninggalkan tiap tiap kenangannya

Yang dahulu dulu temani separuh diriku

Aku menulikan sebelah telingaku

Agar ga ada ulang saya dengar

Semua tetesan air mata itu


Aku yang bakal pergi sekarang

Hapuskan tiap tiap lara yang dulu saya miliki dan miliki aku

Aku menyayangi separuh dirimu

Seperti ilalang yang merindukan bualan bintang

Dan kini bintang itu lenyap ditelan mendungnya langit

Seperti saya ,

Aku hilang dilenyapkan oleh cinta hatimu kasih…




Catatan Derita


Ku tak sanggup Meringkas darah tinta merah ku

Terbayang Bingkai dedaunan terpasung diantara beku

Diantara seringai Bunga melati bertudung kelabu

Dan selembaran yang tak hentinya bercakap seeongok benalu


Hujan Yang memberi salam Mengungkapkan rupa

Mengetuk bingkaian lapuk kayu jendela

Niskala yang buta di pejam pekat senja

Hawa kaku yang berkomat kata matra

Mega muram yang serempak gunturnya


Raga yang diremukan mimpi

Lipatan raut muka pucat pasi

Seketika derita menghunus belati

Sejengkal di lubuk muka memori

COBAAN | Runi Sikah Seisabila


Ku rindukan keluarga yang utuh

Utuh… bukan sekadar miliki ayah, ibu dan adik

Akan tetapi.. mereka sanggup saling sharing rasa..

Berbagi cerita..

Dan mengerti satu menyerupai lain


Dulu.. senang murung dihadapi bersama

Tangis dan tawa imbang dihadapi

Tapi.. mengapa seluruh berlalu tanpa jejak


Kebahagian itu….

Keharmonisan itu….

Berubah jadi derai tangis

Derai tangis yang menggores hidupku


Ya Allah…

Cobaan mu sungguh berat saya rasakan

Aku coba Tegar

Karna saya yakin

Di balik cobaan mu..

Ada matahari yang bersinar




Ceritaku


Inilah sebuah cerita

Cerita penuh luka

Penuh air mata

Hidupku pada mereka

Akankah saya ada


Ku termenung kala senja

Pada siapakah saya bicara

Tak kau dengarkan pula

Senyum pun tak bisa

Hanyalah tetes air mata

Menemani duka


Sudahlah tergores luka

Pada hati dan jiwa

Melayanglah senyum tawa

Kesedihan pun mampir juga

Membayang saya dan mereka


Namun itu pun sia-sia

Akankah menjawab cerita

Pada realita hidup kita

Itu hanya meningkatkan luka

Membawa air mata




Laraku Karenamu


Terpuruk sesalku karenamu

Bagai luka yang tak berujung kering

Menyisakan perih di tiap tiap ruang hati di hariku

Luka ini menujam di palung hatiku


Aku berada pada dua pilihan yang sulit

Hingga kuabaikan mimpi dihatiku

Ku korbankan hatiku untukmu

Dan kutinggalkan pilihan hatiku untukmu


Inikah jalanku Tuhan???

Bagai zaman siti nurbaya

Kupilih beliau demi baktiku

Dan ini karenanya untuk ku


Lukaku karenamu

Biar kubawa di dalam tidurku tiap tiap luka dan dukaku ini

Biar terpejam dalammm

Menghirup napas yang hampir terpekik


Tuhan sangat berat kujalani hariku

Biar sekuat teriakan ku memecah langit

Takkan dulu luka ini kering

Selain Engkau Tuhan yang menyembuhkan lukaku ini.




Puisi Sedih Perpisahan  


 Kehidupan insan berlangsung dalam bentuk paket √ Puisi Sedih Tentang Kehidupan Menyentuh Hati Terdalam

Puisi Sedih Perpisahan


Perpisahan juga merupakan salah satu hal yang hampir selalu menjadikan kesedihan. Sebagai manusia, tentunya kita pernah mengalami perpisahan. Pada dikala itulah terkadang kita sanggup menuangkan kesedihan alasannya yaitu perpisahan tersebut menjadi sebuah karya puisi sedih. Berikut ini rujukan puisi yang menggambarkan kesedihan alasannya yaitu perpisahan :




 Mayoret Berkaki Indah 


Pagi ini Tuhan ijinkan saya temui kehiduan


Jabat tangan terakhir meski tak pernah saya inginkan


Menatap parade menjadi cita-cita


Melihat mayoretku melenggang cantik


Kaki jenjang kokoh mencengkeram bumi


Mayoretku tumbuh dewasa


Pagar besi diluar jendela beling besar


Menyuguhkan kebahagiaan ditahan ketidakmampuan


Putriku di baris pertama parade tahun ini


Rakyat kampungg menyambut dengan tepuk meriah


Bapak tertawa melihan tingkah bocah menirukanmu


Riuh sorakan berganti dengan deru tangis


Bahagia dan kesedihan terhalang pagar besi


Bapak melihat ibu mu menutup jasat suaminya terbujur kaku




Hari Terakhirku


Sahabat, jangan kau tumpahkan air mata berhargamu


Bahkan jikalau esok saya tak lagi kau lihat terbaring di ranjang ini


Jangan percaya dengan masa kadaluarsa pertemanan kita


Sampai kapanpun saya menyayangimu


Tidurku kelak berpindah di dalam  bumi


Seragam pasien biru muda tak perlu telaten kau ganti


Aku tenang bersama kenanganku


Aku tenang mengenang kebaikanmu


60 hariku dalam bangsal mengerikan


Bau jenazah menjadi parfum keseharianku


Dulu temanku seribu, kini hanya kau satu


Mari nimati saja duduk bersamaku, selagi belas kasihan Tuhan masih mengijinkan saya menatapmu


Selepas penguburanku besok


Kesusahanmu kuharap tak ada lagi


Banyak sekali obat kau pastikan saya mendapatkannya


Beberapa suntikan membuatmu merasa iba


Selang oksigen kau pastikan benar terpasang benar


Plester gampang lepas lembap oleh air mata


Tangis ku selalu menyusahkanmu


Bed ini besok akan kosong


Meninggalkan hati mulia yang kau persembahkan




Sendiri


Separuh dariku pergi


Setua ini kau buat saya berguru lagi


Kaki ku yang ringkih kau tuntut berjalan sendiri


Bumi terbelah menciptakan saya terperangkap didalamnya


Nyanyian kesedihan kenapa terdengar di telingaku yang sudah mulai tuli


Mata yang rabun terang melihat, kau terang tinggi


Senyumu manis, apa kau mengejekku?


Menikmati lemah tanpa kau ikut memanggulnya


Mendaptkan yang lain, katamu


Aku tidak akan pernah mampu


Mulai menghabiskan gelasku seorang diri


Aku tidak akan pernah bisa


Ginjalku sudah tua, kenapa kau tega




Ilusi


Pagi Hari…

Saat mataku terbuka oleh mentari

Di jendela kau tampakkan ilusi

Bukan mimpi kau ajakku menari

Saat saya berdiri, kau beranjak pergi


Siang itu…

Saat seluruh capek melandaku

Terlihat bayangmu tersenyum padaku

Belum terucap kata sapa olehku

Kau sudah menghilang dengan bayangmu


Malam sepi…

Saat tenang temaram lampu api

Ilusi mu nampak sekian kali

Kudekati dengan sejuta emosi

Tak kusangka kau selamanya beranjak pergi


Hari Berlalu…

Saat ku berjalan, kau singgah menghadangku

Kini kuabaikan, tak ku hiraukan bayangmu

Tak hiraukan kau menangis semu

Aku capek jadi cermin ilusimu




Satu Senja


Ini senja namanya..

Dengan segala capek yang tak kunjung indah..

Dengan segala bentuk peluk hati jadi gundah..

Awan langit tak kembali biru..

Mentari terik tak kembali senyumi aku..


Satu senja beriku arti..

Bahwa hari wajib diakhiri..

Bahwa gelap wajib dihadapi..

Tentang hampanya cinta tanpa memiliki..

Dan perihal kehilangan itu pasti..


Temaram senja pecundangi aku..

Menakut-nakutiku dengan jauh bayangmu..

Ceritakan seluruh ingatan masa laluku..

Yang indah selamanya indah bersamamu..


Kau jauh..

Jauh dari jarak langkah yang sanggup ku tempuh..

Jauh dari hati dan badan penuh peluh..

Jauh dari cinta yang tak kembali sanggup saya rengkuh..


Dan senja, saya mohon satu saja..

Sebelum pemilik pas tarik saya ke surgaNya..

Sampaikan, lewat ombak, sunyi malam, dan siapa saja rekan yang kau punya!!

Bahwa hatiku, pasti, dan selamanya untuknya..




Perubahan Sifatmu


Pada pas kami tetap bersama

Kau terlalu menyangiku

Dan terhadap pas ku sedih

Kaulah yang sudah menghiburku


Tetapi,mengapa pas ini ?

Kau tak dulu menyapaku

Kau tak dulu memanggil namaku

Dan kau tak dulu menghiburku lagi


Apakah ini sifatmu ?

Tapi ku kira ini bukan sifatmu

Ku terlalu mengetahui sifatmu

Apakah ini bertanda sifatmu sudah berubah kepadaku ?




Keindahan


Cinta…

Disaat kau ada dalam hidup ku kau mempengaruhi segalanya

Kau isikan ruang di hatiku

Disaat saya jadi mencicipi indah nya cinta kala itulah saya wajib mencicipi kepedihan


Terlalu cepat bagi ku untuk mencicipi kepedihan itu

Begitu banyak kenangan manis salah satu kami berdua

Kini hilang begitu saja menyerupai air yang mengalir


Aku terang terkecuali ternyata cinta terhitung sanggup mendatang kan kesedihan

Rasa sakit kepedihan dan kebahagiaan membawa dampak saya lebih cukup umur dan lebih terang perihal apa itu cinta




Patah


Terakhir , saya tetap berdiri.

ditempat yang jauh lebih gelap daripada hitam.

meski pengap asa.

nafasku tetap ada.


Entah salah apa dan siapa,

entah bisnis atau takdirkah?

aku wajib tersesat,

aku wajib sakit,

dan keadilan jadi gila.


Sekuat apa pun saya bertahan,

sehebat apa pun saya melawan ,

pada kelanjutannya saya wajib patah.

dan kehilangan hati.




Belenggu


Terpuruk saya disini.

Sendiri, mengobati luka dalam hati….

walau jadi berat…

tapi saya wajib melepaskanmu….

melepaskan seluruh kenangan,

yang pedihnya terus memaksaku untuk kembali meneteskan air mata…

aku berdo’a,

semoga engkau senang dengan kehidupanmu yang baru…

tanpa terdapatnya beban, dikarenakan wajib mencintaiku…

dan jangan dulu coba untuk menghapuskan air mata ini…

karena cuma air mata ini yang selamanya berharap kau kembali…


Sebenarnya, saya menyesal sudah mengenalmu…

tapi saya menyadari,

sedikit pun saya tak bakal dulu sanggup untuk membencimu.

karena seluruh yang kami alami hanya potongan kecil,

dari sebuah perjalanan hidup yang selamanya wajib kami lewati…

tak wajib kembali kau cari sebuah alasan,

karena barangkali cuma tuhan yang tau,

mengapa kami wajib saling menyakiti..




Puisi Terakhir


Tak sanggup kembali berdiri kala cinta tak kembali sanggup kuraih

Mengapa cinta ini begitu menyakitkan hati

Mengapa rasa rindu mendalam ini menyiksa batin

Tak terang dengan seluruh keadaan ini terjadi

Tak tau bakal bersandar terhadap bahu yang tlah hilang


Entah hingga kapan bakal terus begini

Bukan keluh kesah yang menghendaki terucap, tetapi keingintauan yang jadi lama jadi dalam

Merendam setiap amarah kala pengkhianatan cinta itu terlihat

Diam dan cuma terdiam,,, tak tau arah tujuan


Kosong ,,, satu ruang yang dulu terisi penuh dengan keindahan cinta

Sepi ,,, terbayang masa selanjutnya yang hidup dan kini jadi mati

Gelap,,, cinta dulu yang penuh warna hilang jadi kelabu


Tuhan … jikalau sebetulnya ini jalur darimu

Tolong bantu saya untuk berpengaruh jadi wanita yang tegar

Tuhan … jikalau sebetulnya beliau bukanlah untukku

Tolong bantu saya untuk membebaskan perasaan mendalam ini tentangnya


Aku cuma menghendaki menyaksikan kebahagiaan darinya

Meski kesakitan yang jadi olehku

Cintaku bukan dikarenakan tak kuperjuangkan

Melainkan cintaku, saya korbankan untuk kebahagiaan cintaku


Aku cuma insan yang tak tau diri

Aku tak punya apa pun untuknya

Cintaku yang percuma takkan dulu tersedia balasnya

Cintaku yang diam membuatnya jadi jauh

Kini ku cuma sanggup tersenyum menghindar kesakitan ini

Dia yaitu masa selanjutnya terindahku ….




Untuk Cinta


Maafkan saya dinda

Dalam kesendirian ku teringat dirimu

Yang lembut,menyejukan ku

Seakan memberi harap

Tapi tak mau untuk ku sentuh

Ibarat bidadari tak bersayap

Yang ku cinta,ku puja dan ku damba

Namun tak sanggup ku raih bahagiamu


Sekejap saya melayang mengingat tentangmu

Sakit pula hatiku

Kelemahan ku,,,,

Lebih sayang padaku

Hingga saya wajib pergi darimu

Beribu kali saya berpikir

Kebahagian apa yang bakal kau sanggup bersamaku ?….

Karna kau berhak

Kau yang indah

Aku mau teluka untuk bahagiamu

Hanya itu tangis hati ku untuk cinta ku




Kenanganku dan Dia


Dulu kami selamanya bersama

Menjalani hari-hari dengan penuh warna

Bersenda gurau di bawah cerahnya rembulan

Semua tentangmu sudah saya ketahui

Dan tak tersedia diam-diam yang kusembunyikan kembali darimu

Karena saya begitu yakin denganmu


Namun..

Kini seluruh cuma bayangan

Semua cuma kenangan

Yang terkubur dengan dengan kehilangan

Kehilangan kau yang begitu sempurna


Mungkin dunia tak menghendaki kami bersatu

Bersatu dalam ikatan tali persahabatan suci

Biarlah seluruh terjadi

Karena barangkali ini yaitu yang terbaik


Namun..

Kau tetap jadi yang terindah

Dan cuma kau seorang

Yang takkan tergantikan oleh intan permata sekalipun


Aku berdoa

Semoga kau menerima kawasan yang indah terhitung disana

Bahkan barangkali lebih indah dari seluruh kenangan kita




Derai Lara


Dirantai dalam sepi,

Mendekap mimpi sunyi,

Hembuskan nafas risih yang mengikis

Serasa bagai sudah mati

Gelagak yang kaku dalam gelap

Fikirkan apa yang bakal diterima kelak

Harapan berunjung penuntasan

Penantian terbalas sekakitan

Sungguh, lirih yang berarti


Sendiri,

Kenyataan pahit yang terpaksa tertelan

Lidahku keluh ,

Mayaku mengamuk, naluriku berkerasl

Hatiku bertahan, sempat

Tapi, ragaku tak mampu

Ini hanyalah, sesaat

Tapi, bisakah esok tak tersedia yang sesak !




Rasa sedih yang hadir menciptakan orang mengekspresikan dalam bentuk yang berbeda-beda. Namun harus selalu disadari meski tidak menyenangkan, pesan kehidupan dari sebuah rasa sedih akan mengajarkan pelajaran berharga.


Kesedihan meski kejam memberi kebaikan kepada kita untuk tidak larut. Roda kehidupan terus berputar, begitu pun kesedihan yang akan segera tergantikan oleh senyuman. Kebijaksanaan dan kekuatan hati untuk tidak larut dalam penderitaan akan menciptakan kita segera mencicipi kebahagiaan.


Puisi Sedih


puisi sedih pendek, puisi sedih menyentuh hati, puisi sedih banget bikin nangis, puisi sedih wacana kehidupan, d0wnl0ad puisi sedih, puisi sedih untuk ibu, puisi sedih patah hati, d0wnl0ad puisi sedih menyentuh hati




Sumber https://infoana.com