Puisi Sedih – Kehidupan insan berlangsung dalam bentuk paket-paket berpasang dari awal penciptaanya. Bahagia dan kesedihan akan silih berganti. Tidak ada yang sanggup menghindari rasa sedih.
Banyak hal menimbulkan kesedihan. Puisi sedih di bawah ini akan menggambarkan betapa susah hati terbebani oleh kesedihan.
Puisi Sedih Kesendirian
Salah satu keadaan yang bisa menciptakan kita mencicipi kesedihan ialah pada dikala sendiri. Pada dikala itulah terkadang muncul ilham untuk menulis puisi yang menggambarkan kesedihan alasannya yaitu kesendirian. Seperti halnya puisi sedih kesendirian berikut ini :
Dibawah Naungan Asa
Kebaikan langit menahan sebagian mereka agar tidak runtuh
Perut bumi menahan mualnya sekuat tenaga biar tidak muntah
Kebaikan, mungkin saja pelembut hati yang kaku
Memohon kebaikan menjadi penyemangat
Tegakkan badan doyong dalam kesedihan mendalam
Kemana arus sungai?
Ikan-ikan larut terseret
Dimana hati merindu?
Tubuh-tubuh layu jatuh terperosok
Penghiburku yaitu matahari
Datang meski selalu pergi
Sabar, mengajak menghitung kehidupan
Sisi terlewat sebagian menjelang hilang
Impian telah musnah
Jiwa renta sunyi dalam derita sendiri
Cukup Aku Saja
Terangkai jutaan baris kata maaf
Hafal, persis dampai dengan tanda baca koma dan titik
Jika saya ujian berpidato mungkin tepat menjadi imbalannya
Bersuara lantang menyadarkan lamunan audiens yang mengantuk
Ribuan penerima akan kubungkam dengan jerit jiwa merdeka
Kini giliran rindu mendesak daypikir untuk kocar-kacir kabur
Terbirit berlari menyesal
Untuk apa sebuah penyesalan
Hanya sebatas masa kemudian tanpa keistimewaan
Biarkan mereka berkata saya yaitu batu
Keras dan tidak berperasaan
Penilaian yang indah tapi tidak bijaksana
Ribuan kata maaf tertelan kesombongan
Hidupku yaitu milikku
Pagar tinggi kokoh jangan kalian mencoba menerobos
Sebisa biar kita tak bersinggungan
Kesakitan infinit biarlah apa adanya
Bahkan
Untuk hati yang terluka saya tak akan menciptakan kalian merasa hal yang sama
Jalan Yang Kutempuh Buntu
Langkah kaki gemetar menapaki kawasan asing
Tidak ada bangunan rumah, tidak ada keramahan
Tidak ada keluarga, tidak pula kehidupan
Basah tanah terakibat oleh rintik hujan
Aroma asri, namun tak nampak tanda keindahan
Kabut, semua gelap tak terkecuali lima langkah didepan kakiku berdiri
Tanpa kepastian kecuali mengikuti naluri dari alam
Penerangan ? apa kau sedang mengejekku
Lampu-lampu minyak bahkan tidak ada yang terlihat
Pijaran belas kasihan alam
Satu-satunya pemberi kebaikan
Untuk apa saya mau?
Untuk apa saya bersusah berjalan sendiri?
Untuk kau saya menjari, sahabat untuk melangkah berdua
Penyesalan, Sampai Kapankah?
Tidak lagi saya menemukanmu
Dibawah sinar matahari yang terang
Ataupun atas petunjuk bulan
Beribu bis saya tumpangi untuk menujumu kembali
Banyak pesan saya kirim biar kau mau lagi mengerti
Terlambat? Itukah yang terjadi
Wujudmu yang aktual tak lagi terlihat
Suaramu yang lantang, tak lagi menyentuh gendang telinga
Dunia terbalik, apakah mungkin?
Namun bawahku kini yaitu atasku dahulu
Goncangan dahsyat telah ku perbuat pada bumi sesudah waktu itu
Ketika satu sentuhan memecahkan ringkih hati yang kau bilang tombol abadi
Hancur, begitu pun dengan engkau
Perlahan memudar seiring langkahku menjauh penuh sesal
Pencarian pada kedamaian telah lewat 1000 malam
Harapan menemukanmu di balik kesenduan berpengaruh terjaga
Yang Tertegar
Ku hela nafas lebih dalam
karena yang jadi cuma luka
ku berlangsung lebih lambat
karena terkendala rasa kecewa
Ku tertawa tambah lebar
agar jadi penawar hati yang terkekang
ku lantunkan nada-nada syahdu
untuk sedikit menghindar emosi yang mengadu
Semangatmu lemahkan ku
turunkan obsesi dalam benak ku
sedih ini jadi tak tertahan
dan ketegaranku jadi sangsi yang tercipta
Tak perli ku ungkapkan
betapa lelahnya sebuah penantian
dan kaki ini amat jauh melangkah dalam hidupmu
lemah, gundah, tangis dan lelah
menyatu jadi air mata yang mematikan rasa
Pergi untuk Kembali
Aku pergi…
Aku pergi meninggalkanmu
Rasa ini sakit menyerupai tertusuk
Tetapi rasa ini bisa ku pendam
Mungkin sebetulnya itu menyakitkanmu
Tapi inilah aku…
Seorang yang takut…..
Takut membuatmu lebih sakit
Biarkanku sebentar pergi…
Dan pergi untuk kembali
Hujan Tangis ini
Gelombang tinggi yang mempunyai duka
Hempaskan seluruh tanpa rasa
Hujan tangis yang menggelegar
Bagai guntur yang membelah angkasa
Kisah ini…
Hujan tangis ini…
Sisakan luka pedih yang mendalam
Hancurkan jagad raya
Alam bagai murka pada mereka
Tegur mereka tanpa kasih
Akankah mereka sabar?
Akankah mereka sadar murka alam ini?
PERIH | Rahmat Kurniawan
Dukaku memuja dunia bersama indah
Lukaku memahat gesekan sejati
Biar tak seorangpun tau bahwa
aku kecewa pada kisahku
yang mempunyai perih
Apakah saya insan yang tak tau diri?
Hingga berasumsi cinta bersama hati
bukan bersama mata
Merasakan cinta bersama perasaan
bukan bersama logika
Bahkan saya hingga kehilangan budi sehat
hingga membuatku tenggelam
pada kehancuran
dan kegalauan hidup
Perih yang ku rasa seakan tak bisa kujalani
Aku patah bersama segenap sayap-sayap palsuku
Aku mati bersama segenap nyawaku yang rapuh
Tapi, tak kan ku tangisi karna inilah takdirku
Aku perlu miliki kebiasaan bersama duka
Karena luka yaitu duka
Dan murung yaitu aku.
Saat Aku Melupakan
Saat saya jadi menapaki sisa sementara ini
Saat saya sudah mengalah bersama penantianku sendiri
Yang saya sadar barangkali sekedar sekedar kata perpisahan
Dan itu cuma saya simpan dalam hati ini saja
Melihat senja itu tiba , merekalah saksi bisuku
Menatap kerlip bintang , merekalah yang tahu
Tentangku yang kini cuma jadi seorang pecundang
Yang serupa sekali tidak mempunyai keberanian untuk mengungkapkan
Disisa detik yang tersedia kini
Biarkan pena ini menuliskan sajaknya
Menuliskan apa yang selama ini sudah menjadikan saya pecundang
Menggambarkan betapa beratnya bebanku
Saat saya perlu mempunyai rasa ini kemana-mana
Beratnya rasaku ini yang senantiasa saya sembunyikan dan senantiasa membawaku kedalam imajinasi yang menyakitkan
Beratnya rasaku ini yang senantiasa mengupayakan saya tenangkan sementara inginkan memberontak terlihat
Hingga kini …
Perpisahan termanis yang akan tiba didepan mata ini
Dimana saya akan melihatmu disana
Melihatmu bersama jas hitam
Melihatmu bersama seulas senyum mu
Melihat tawa mu
Dengan seluruh yang bisa saya laksanakan sekedar mehana air mata
Kamulah hanya satu yang jadi alasanku
Satu-satunya yang tidak mengecewakan berasal dari saya untuk menghancurkan hatiku
Tanpa Judul
Terdiam merenung sendu
Ku bersenandung rindu
Terbayang perjalanan waktu
Sebuah kisah era lalu
Tiada kembali nyanyian surga
Tiada lage penghibur lara
Tiada lage tenang dalam jiwa
Hanya tersedia Bintang penuh derita
Hanya tersedia Langit yang kian terluka
Seakan hendak berkata
Inilah nafas Kehidupanku
Senyuman pun kian membeku
Dalam dinginnya gelap hitam malam
Tangisan pun kian melarut pilu
Dalam harunya lautan malam
Seakan hendak bercerita
Inilah jejak yang perlu kutempuh
Sanggupkah kulalui angin kencang angin pasir rindu
Sanggupkah kulupakan indahnya sejuta pesona mimpi
Sanggupkah kulangkahkan kaki lewat panas inti bumi
Sanggupkah kubenamkan diriku dalam lautan kelam
Sanggupkah kubertahan dalam dinginnya hembusan angin salju
Hanya tersedia satu tanggapan hati
Kan Kulalui dan kujalani bersama kasih murni setulus hati
Akhir Kisah ini
Tak pernah ku sangka akan secepat ini
Kau pergi tinggalkan sejuta kenangan indah
Kenangan indah yang tak akan ku lupakan
Kenangan yang akan jadi sejarah dalam hidupku
Sejarah cinta yang tak kan lekang oleh waktu
Kemarin rasanya ku dengar tawa manja berasal dari mu
kau tersenyum manis di hadapan ku
Namun kini seluruh sudah berubah
kau kini cuma diam membisu
Wajahmu pucat dan kau terbaring di hadapan ku
Hati ku rasa teriris memandang keadaan mu sementara ini
Ingin rasanya ku gantikan dirimu di tempat itu
Mengembalikan kembali senyuman dan tawa
Yang sudah membawa dampak hidup ku jadi berwarna
Mengapa perlu secepat ini kau pergi tinggalkan ku???
Inikah simpulan berasal dari kisah kita
kisah cinta yang suci
kisah cinta yang abadi
Harus berakhir sebelum di pelaminan
Harus berakhir bersama tetes air mata
Harus berakhir meski tak rela
Inikah simpulan kisah cinta yang perlu ku jalani
Meski sukar tuk ku terima
Namun kan ku cobalah tuk ikhlaskan semua
Agar kau suka di sisinya
Senja Kelabu
Senja kelabu
Langit membiru
Lautan beradu
Sebuah hati tengah terhimpit rindu
Adakah kau disana
merasakan apa yang ku rasa
Angan ku melambung jauh bersama
Bayang mu yang kian sirna
Dapatkah kau dengar
jerit hati ini Memanggil nama mu
meski kau bukan milik ku
namun kau amat berharga bagi ku
Aku tahu. .
Kau cuma akan jadi
Abstrak dalam aktual ku
Dan akan jadi bias dalam hati ku
Tak banyak ingin ku
Hanya inginkan kau tahu
Tentang perasaan ku
Bila Saatnya Tiba
Bila nanti saya amat pergi,,,
Di ujung perjalanan hidupku ini,,,
Ku ingin tak tersedia airmata yang mengiringi,,,
Ku ingin cuma senyum yang menemani,,,
Waktu begitu cepat berlalu,,,
Dan akupun tambah repot bersama kesendirianku,,,
Hingga ku nafikkan orang-orang yang menyayangiku,,,
Ku mengerti langkahku tambah rapuh,,,
Maafkan saya atas kesalahanku,,,
Bukan maksud hati ini tuk menyakitimu,,,
Aku cuma meminta kau tersedia disampingku,,,
Saat nafas ini meninggalkan jejakku,,,
Ya Illahi Robbi,,
Ijinkan saya meneguk senyum mereka,,,
Orang-orang yang sudah membawa dampak hidupku lebih bermakna,,,
Jangan biarkan mereka bertahta bersama kecewa,,,
Sekarang dan selamanya,,,
Rintihan Lara
Terbaring laraku pada lentera senja merindu
Hanyut syahdu rerintikan hujan menyapu
Kembali tangisku berderai merintih kelu
Serasa tak barangkali temukan langit biru
Lemah sudah ku meradang pd kelam malam
Tiada ingin tergantung akan kenangan indah silam
Tak kan jua sesal ku patrikan di kisah yg akan datang
Hanya sesak luka itu melewatkan bayangmu tambah menghilang
Ratusan hari berlalu tetap ku berlinang tetes bening
Beku sementara berdenting tak merubah rasa ini
Kelu kesah biarkan ku pd bundar sendiri hening
Berhimpit akan deru dera rintihan sunyi menyepi
Bersama lara ku susun kepingan” hati yg kau hancurkan
Ku rajut kembali dongeng hidup tanpamu yg ku artikan
Ku rangkai sebait huruf tuk luapkan haru
Semoga cinta kan melingkari rajutan kasih pd insan barumu .
Puisi Sedih Akibat Bencana Alam
Adanya musibah niscaya menciptakan sedih orang yang mengalaminya. Situasi kesedihan menyerupai ini juga bisa dimanfaatkan untuk menulis sebuah karya puisi. Berikut ini rujukan puisi sedih alasannya yaitu mengalami musibah :
Semangkuk Nasi Yang Diperebutkan
Maukah kau kuceritakan sebuah mimpi buruk
Ketika gelombang besar menelan kampung-kampung kami
Pertiwi berguncang mengancam seluruh jiwa kembali kepada asal mereka
Aroma tanah yang pribadi melekat menciptakan sensasi mati benar-benar hadir
Aku berasal dari tanahkah?
Kenapa aroma kehidupanku begitu menyeramkam?
Mimpi itu tak mau saya nikmati lebih lama lagi
Ku buka mata biar secepatnya melihat bumiku yang asri
Tapi, mengapa mimpi jelek semakin menjadi buruk?
Tidak ada yang tersisa dari rusuhnya gelombang besar
Yang kubangun dengan mempertaruhkan hidupku menciptakan saya merasa mati
Tidak ada yang saya kenali
Mungkin Tuhan mengirim saya jauh ke seberang belahan bumi
Tidak banyak jiwa yang tersisa
Mungkin saya salah satu yang mangkir dari maut masal yang menjemput
Percumah ….
Semangkuk nasi menjadi permata
Yang menemukan yaitu mereka yang dibilang satu dari seribu
Dapatkan saya makan tanah saja?
Katanya tanah yaitu asal mulaku
Amukan Topan
Tidak Tuhan
Kumohon jangan Kau kabulkan
Anggaplah saya hambamu yang mabuk di waktu dulu
Hentikan Tuhan,
Aku menyesalinya, bersujudlah saya diatas puing-puing membuktikan kekacauan
Mulai dikala ini tangisan tak lagi mengeluarkan air mata
Kulit yang teriris pun tak berdarah lagi
Kurasa ajal sangat jauh dikala saya menginginkannya
Untuk apa hidup jikalau sisa angin kencang tak menyisakan seorangpun untukku
Tidak ada lagi taman bunga yang saya pelihara
Tanpa rumah yang kini terlihat rata
Tuhan, mungkinkah mereka menanggung kesalahan yang kuperbuat?
Jaman bocahku menjadi kupu-kupu sangatlah indah
Tak henti saya berdoa sebelum ibu menyuruhku mematikan lampu
Aku ingin melihat rumah dari ketinggian
Terbang bersama ayak dan ibu menjadi kupu-kupu
Matikan saya dan jadikan saya kupu kupu terbang bersama mereka
Masuk dalam timangan topan dan ditidurkan
Sup Panas Yang Tumpah
Orang bilang desaku tanah ajaib
Alam begitu memanjakan
Keindahan tak pernah mangkir di sepanjang kehidupan desa kami
Kami berkaki kuat, menaklukkan tanah meninggi sumber berkah
Badan yang kokoh akan bisa merobohkan dalam sekali tinju
Tak perlu melaksanakan apapun untuk berkecukupan disini
Kami bernafas bersama sumber makanan yang berlimpah
Orang bilang hasil bumi kami teramat baik
Kesusahan seakan telah terpadari mengelilingi jiwa suci
Air jernih dan burung terbang berisik
Berbisik jangan pernah khawatir lagi
Diatas langit berkah masih teramat banyak
Syurga itu menjadi neraka
Sup tomat panas banjir tak bisa terhalangi
Tembok kesusahan jebol tergerus keterlenaan
Sangat cepat aroma ajal mengepul memendekkan jarak pandang
Burung terganti oleh sirine
Bertahan hidup kami lakukan dengan menelan air mata kesusahan
Alam tak selalu bisa memanjakan
Malam Itu
Sepekat apakah malam ?
Tak lebih pekat dari hatiku
yang redup oleh kenangan.
Kau ingat ? betapa malam yang begitu kau puja.
Kini berubah menjadi waktuku mati.
Dulu, dibawah guyuran lampu pekarangan.
Kau menari riang
bersama temanmu di sedang malam. Menari
hingga kau capek dan terjatuh di hadapku.
Aku iba
membawa dan merawatmu. Dalam sempit
dan pengapnya lubang kecil tembok itu.
Sayap rapuhmu mengilau
diterpa serpihan cahaya bulan.
Sedang tubuhmu yang kecoklatan. Terbaring bisu
dihadapku.
Sehari, dua hari, tiga hari.
Dan seminggu sudah saya merawatmu.
Tawa manismu ulang berbinar di raut wajahmu.
Sedang sayap halusmu
kembali membawamu terbang di dalam riang.
Malam itupun ulang kau menari.
Namun tak kulihat temanmu yang dulu.
Mungkin mati di tarian lalu.
Layaknya déjà vu, kaupun terjatuh dan saya merawatmu kembali.
Kedua kali.
Ketiga kali ahad berikutnya.
Keempat kali ahad berikutnya.
Hingga ketujuh kalinya, saya tak tahan lagi.
“tolong jangan menari lagi. Tinggallah disini bersamaku”
Tak sepatah kata terucap dari bibirmu yang mengatup.
Hanya gores senyum dihiasi bulir bulir embun yang menetes
dari matamu.
Sebulan, dua bulan tak begitu menjemukkan bagimu.
Hingga tiba di satu tahun.
Buah cinta yang sudah terjalin kudu dibunuh.
Sebab kami hanya budak takdir, tak lebih.
Kaupun tetapkan pergi malam ini.
Sekeras apapun saya memohon,
sekeras itu pula tekadmu menguat.
“seharusnya saya mati semenjak pertama kau membawaku”
Lalu kau pergi dan menari di lampu pekarangan itu.
Sedang saya bersama bodohnya hanya bergelut bersama ego.
Kaupun mati di dalam tarian itu.
Andai saya terlepas dari ego.
Mungkin malam ini saya sedang merawatmu.
Hal yang membawamu hidup lebih lama.
Denganku.
Isi Hati
Di sementara saya jadi mecintai mu
tapi kau tambah pergi
aku tak kuasa memendam rasa ini
karena cinta ku ini hanya untuk anda seorang
Tapi saya tak tau kudu bagai mana nyatakan cinta ini
kepada mu yang sementara ini kau jauh dariku
Aku menghendaki kau mampir menghampiriku &
aku menghendaki kau megerti perasaanku ini
Hancur
Dunia jadi kelam menghitam
sakit sangatlah menyentuh
cobalah memandang saya cobalah hargai aku
kekurangan ku yaitu kelengkapanmu
Walau saya tak menyerupai yang kau bayangkan
ya ku tau cinta itu bunga mawar
indah dilihat
sakit disentuh dikarenakan durinya
Siang jadi kelam menghitam
malam jadi sunyi
jiwaku hancur tak bernyawa
biarlah ku coba dan melangkah
untuk menunjukan pada dirimu bahwa ku yang terbaik
KAMU TAKKAN PERNAH KEMBALI | Pucha Putri
Ku sadari..
Kamu sudah memilih hati yang lain…
kamu takkan dulu kembali..
karena cintamu bukanlah ulang untukku..
Kamu yaitu lakon di dalam kisahku..
walau hanya kisah era lalu..
kisah yang takkan dulu terulang..
Walau kini bias kenangan perlahan memudar..
Rasaku padamu bakal senantiasa utuh menyerupai dulu…
Jika nanti rasa itu tak ulang utuh untukmu…
jangan tanyakan mengapa…
karena rindu di dalam jiwa ini senantiasa milikmu…
Hanya milikmu..
kisah era laluku…
Sakit
Taman gemerlap indah
ku senang bertemu dan ku hancur andaikata berpisah
ku tak kudu memegang bunga mawar
terlalu indah andaikata dilihat
Dan sangat sakit andaikata dirasakan durinya
ingatlah saya bakal tunjukan padamu
datanglah segera
sekarang ku menanti,menanti kekosongan
bila tak tersedia kau apa arti nya sekarang
Sekarang ku terkena durimu
tolonglah mendapatkan saya sehingga saya tak sakit menati
dan tidak hanya memandang keidahan namun sakit
Aku yang Hilang
Aku tak berdaya ,
saat air mata jadi melewati garis awal mataku
Semua rasa hempaskan saya pada titik hitam kenangan ,
yang entah saya jawab apa itu dahulu
Hanya saja jadi perih sementara dibasahi oleh tiap tiap lamunan era lampau yang menyakitkanku
Semua jadi hilang sementara kata pupus ramaikan hidupku
Aku mengacuh , menepi perlahan tak sadar
Hatiku tak hidup sementara saya rasa mati
Degupannya begitu menyayat hati
Kata cinta seolah tak membekas di dalam relung-relung yang tetap tersisa
Tersisa ?
Apakah dulu dituai ?
Aku hanya belantara ditengah buasnya kesakitan rinduku
Tawa , bunyi dan gema seolah tak dulu tumbuh di dalam langkah terakhirku
Kini , seluruh jadi menghindari meninggalkan anda
Kamu yang saya tahtakan di dalam kelana jiwaku
Isakkan itu seolah tetap mengakar di dalam ragaku
Mengikatnya dan tak dulu mengelupas oleh detakan waktu
Saat ini saya mati dan tak bernyawa
Seumpama debu , saya sudah tersapu dan tak sanggup hadir lagi
Aku merindukan purnama yang tak sempat membalas salamku malam hari
Aku yang bakal pergi
Tinggalkan seutas perih yang tetap tersisa ini
Aku melangkah meninggalkan tiap tiap kenangannya
Yang dahulu dulu temani separuh diriku
Aku menulikan sebelah telingaku
Agar ga ada ulang saya dengar
Semua tetesan air mata itu
Aku yang bakal pergi sekarang
Hapuskan tiap tiap lara yang dulu saya miliki dan miliki aku
Aku menyayangi separuh dirimu
Seperti ilalang yang merindukan bualan bintang
Dan kini bintang itu lenyap ditelan mendungnya langit
Seperti saya ,
Aku hilang dilenyapkan oleh cinta hatimu kasih…
Catatan Derita
Ku tak sanggup Meringkas darah tinta merah ku
Terbayang Bingkai dedaunan terpasung diantara beku
Diantara seringai Bunga melati bertudung kelabu
Dan selembaran yang tak hentinya bercakap seeongok benalu
Hujan Yang memberi salam Mengungkapkan rupa
Mengetuk bingkaian lapuk kayu jendela
Niskala yang buta di pejam pekat senja
Hawa kaku yang berkomat kata matra
Mega muram yang serempak gunturnya
Raga yang diremukan mimpi
Lipatan raut muka pucat pasi
Seketika derita menghunus belati
Sejengkal di lubuk muka memori
COBAAN | Runi Sikah Seisabila
Ku rindukan keluarga yang utuh
Utuh… bukan sekadar miliki ayah, ibu dan adik
Akan tetapi.. mereka sanggup saling sharing rasa..
Berbagi cerita..
Dan mengerti satu menyerupai lain
Dulu.. senang murung dihadapi bersama
Tangis dan tawa imbang dihadapi
Tapi.. mengapa seluruh berlalu tanpa jejak
Kebahagian itu….
Keharmonisan itu….
Berubah jadi derai tangis
Derai tangis yang menggores hidupku
Ya Allah…
Cobaan mu sungguh berat saya rasakan
Aku coba Tegar
Karna saya yakin
Di balik cobaan mu..
Ada matahari yang bersinar
Ceritaku
Inilah sebuah cerita
Cerita penuh luka
Penuh air mata
Hidupku pada mereka
Akankah saya ada
Ku termenung kala senja
Pada siapakah saya bicara
Tak kau dengarkan pula
Senyum pun tak bisa
Hanyalah tetes air mata
Menemani duka
Sudahlah tergores luka
Pada hati dan jiwa
Melayanglah senyum tawa
Kesedihan pun mampir juga
Membayang saya dan mereka
Namun itu pun sia-sia
Akankah menjawab cerita
Pada realita hidup kita
Itu hanya meningkatkan luka
Membawa air mata
Laraku Karenamu
Terpuruk sesalku karenamu
Bagai luka yang tak berujung kering
Menyisakan perih di tiap tiap ruang hati di hariku
Luka ini menujam di palung hatiku
Aku berada pada dua pilihan yang sulit
Hingga kuabaikan mimpi dihatiku
Ku korbankan hatiku untukmu
Dan kutinggalkan pilihan hatiku untukmu
Inikah jalanku Tuhan???
Bagai zaman siti nurbaya
Kupilih beliau demi baktiku
Dan ini karenanya untuk ku
Lukaku karenamu
Biar kubawa di dalam tidurku tiap tiap luka dan dukaku ini
Biar terpejam dalammm
Menghirup napas yang hampir terpekik
Tuhan sangat berat kujalani hariku
Biar sekuat teriakan ku memecah langit
Takkan dulu luka ini kering
Selain Engkau Tuhan yang menyembuhkan lukaku ini.
Puisi Sedih Perpisahan
Perpisahan juga merupakan salah satu hal yang hampir selalu menjadikan kesedihan. Sebagai manusia, tentunya kita pernah mengalami perpisahan. Pada dikala itulah terkadang kita sanggup menuangkan kesedihan alasannya yaitu perpisahan tersebut menjadi sebuah karya puisi sedih. Berikut ini rujukan puisi yang menggambarkan kesedihan alasannya yaitu perpisahan :
Mayoret Berkaki Indah
Pagi ini Tuhan ijinkan saya temui kehiduan
Jabat tangan terakhir meski tak pernah saya inginkan
Menatap parade menjadi cita-cita
Melihat mayoretku melenggang cantik
Kaki jenjang kokoh mencengkeram bumi
Mayoretku tumbuh dewasa
Pagar besi diluar jendela beling besar
Menyuguhkan kebahagiaan ditahan ketidakmampuan
Putriku di baris pertama parade tahun ini
Rakyat kampungg menyambut dengan tepuk meriah
Bapak tertawa melihan tingkah bocah menirukanmu
Riuh sorakan berganti dengan deru tangis
Bahagia dan kesedihan terhalang pagar besi
Bapak melihat ibu mu menutup jasat suaminya terbujur kaku
Hari Terakhirku
Sahabat, jangan kau tumpahkan air mata berhargamu
Bahkan jikalau esok saya tak lagi kau lihat terbaring di ranjang ini
Jangan percaya dengan masa kadaluarsa pertemanan kita
Sampai kapanpun saya menyayangimu
Tidurku kelak berpindah di dalam bumi
Seragam pasien biru muda tak perlu telaten kau ganti
Aku tenang bersama kenanganku
Aku tenang mengenang kebaikanmu
60 hariku dalam bangsal mengerikan
Bau jenazah menjadi parfum keseharianku
Dulu temanku seribu, kini hanya kau satu
Mari nimati saja duduk bersamaku, selagi belas kasihan Tuhan masih mengijinkan saya menatapmu
Selepas penguburanku besok
Kesusahanmu kuharap tak ada lagi
Banyak sekali obat kau pastikan saya mendapatkannya
Beberapa suntikan membuatmu merasa iba
Selang oksigen kau pastikan benar terpasang benar
Plester gampang lepas lembap oleh air mata
Tangis ku selalu menyusahkanmu
Bed ini besok akan kosong
Meninggalkan hati mulia yang kau persembahkan
Sendiri
Separuh dariku pergi
Setua ini kau buat saya berguru lagi
Kaki ku yang ringkih kau tuntut berjalan sendiri
Bumi terbelah menciptakan saya terperangkap didalamnya
Nyanyian kesedihan kenapa terdengar di telingaku yang sudah mulai tuli
Mata yang rabun terang melihat, kau terang tinggi
Senyumu manis, apa kau mengejekku?
Menikmati lemah tanpa kau ikut memanggulnya
Mendaptkan yang lain, katamu
Aku tidak akan pernah mampu
Mulai menghabiskan gelasku seorang diri
Aku tidak akan pernah bisa
Ginjalku sudah tua, kenapa kau tega
Ilusi
Pagi Hari…
Saat mataku terbuka oleh mentari
Di jendela kau tampakkan ilusi
Bukan mimpi kau ajakku menari
Saat saya berdiri, kau beranjak pergi
Siang itu…
Saat seluruh capek melandaku
Terlihat bayangmu tersenyum padaku
Belum terucap kata sapa olehku
Kau sudah menghilang dengan bayangmu
Malam sepi…
Saat tenang temaram lampu api
Ilusi mu nampak sekian kali
Kudekati dengan sejuta emosi
Tak kusangka kau selamanya beranjak pergi
Hari Berlalu…
Saat ku berjalan, kau singgah menghadangku
Kini kuabaikan, tak ku hiraukan bayangmu
Tak hiraukan kau menangis semu
Aku capek jadi cermin ilusimu
Satu Senja
Ini senja namanya..
Dengan segala capek yang tak kunjung indah..
Dengan segala bentuk peluk hati jadi gundah..
Awan langit tak kembali biru..
Mentari terik tak kembali senyumi aku..
Satu senja beriku arti..
Bahwa hari wajib diakhiri..
Bahwa gelap wajib dihadapi..
Tentang hampanya cinta tanpa memiliki..
Dan perihal kehilangan itu pasti..
Temaram senja pecundangi aku..
Menakut-nakutiku dengan jauh bayangmu..
Ceritakan seluruh ingatan masa laluku..
Yang indah selamanya indah bersamamu..
Kau jauh..
Jauh dari jarak langkah yang sanggup ku tempuh..
Jauh dari hati dan badan penuh peluh..
Jauh dari cinta yang tak kembali sanggup saya rengkuh..
Dan senja, saya mohon satu saja..
Sebelum pemilik pas tarik saya ke surgaNya..
Sampaikan, lewat ombak, sunyi malam, dan siapa saja rekan yang kau punya!!
Bahwa hatiku, pasti, dan selamanya untuknya..
Perubahan Sifatmu
Pada pas kami tetap bersama
Kau terlalu menyangiku
Dan terhadap pas ku sedih
Kaulah yang sudah menghiburku
Tetapi,mengapa pas ini ?
Kau tak dulu menyapaku
Kau tak dulu memanggil namaku
Dan kau tak dulu menghiburku lagi
Apakah ini sifatmu ?
Tapi ku kira ini bukan sifatmu
Ku terlalu mengetahui sifatmu
Apakah ini bertanda sifatmu sudah berubah kepadaku ?
Keindahan
Cinta…
Disaat kau ada dalam hidup ku kau mempengaruhi segalanya
Kau isikan ruang di hatiku
Disaat saya jadi mencicipi indah nya cinta kala itulah saya wajib mencicipi kepedihan
Terlalu cepat bagi ku untuk mencicipi kepedihan itu
Begitu banyak kenangan manis salah satu kami berdua
Kini hilang begitu saja menyerupai air yang mengalir
Aku terang terkecuali ternyata cinta terhitung sanggup mendatang kan kesedihan
Rasa sakit kepedihan dan kebahagiaan membawa dampak saya lebih cukup umur dan lebih terang perihal apa itu cinta
Patah
Terakhir , saya tetap berdiri.
ditempat yang jauh lebih gelap daripada hitam.
meski pengap asa.
nafasku tetap ada.
Entah salah apa dan siapa,
entah bisnis atau takdirkah?
aku wajib tersesat,
aku wajib sakit,
dan keadilan jadi gila.
Sekuat apa pun saya bertahan,
sehebat apa pun saya melawan ,
pada kelanjutannya saya wajib patah.
dan kehilangan hati.
Belenggu
Terpuruk saya disini.
Sendiri, mengobati luka dalam hati….
walau jadi berat…
tapi saya wajib melepaskanmu….
melepaskan seluruh kenangan,
yang pedihnya terus memaksaku untuk kembali meneteskan air mata…
aku berdo’a,
semoga engkau senang dengan kehidupanmu yang baru…
tanpa terdapatnya beban, dikarenakan wajib mencintaiku…
dan jangan dulu coba untuk menghapuskan air mata ini…
karena cuma air mata ini yang selamanya berharap kau kembali…
Sebenarnya, saya menyesal sudah mengenalmu…
tapi saya menyadari,
sedikit pun saya tak bakal dulu sanggup untuk membencimu.
karena seluruh yang kami alami hanya potongan kecil,
dari sebuah perjalanan hidup yang selamanya wajib kami lewati…
tak wajib kembali kau cari sebuah alasan,
karena barangkali cuma tuhan yang tau,
mengapa kami wajib saling menyakiti..
Puisi Terakhir
Tak sanggup kembali berdiri kala cinta tak kembali sanggup kuraih
Mengapa cinta ini begitu menyakitkan hati
Mengapa rasa rindu mendalam ini menyiksa batin
Tak terang dengan seluruh keadaan ini terjadi
Tak tau bakal bersandar terhadap bahu yang tlah hilang
Entah hingga kapan bakal terus begini
Bukan keluh kesah yang menghendaki terucap, tetapi keingintauan yang jadi lama jadi dalam
Merendam setiap amarah kala pengkhianatan cinta itu terlihat
Diam dan cuma terdiam,,, tak tau arah tujuan
Kosong ,,, satu ruang yang dulu terisi penuh dengan keindahan cinta
Sepi ,,, terbayang masa selanjutnya yang hidup dan kini jadi mati
Gelap,,, cinta dulu yang penuh warna hilang jadi kelabu
Tuhan … jikalau sebetulnya ini jalur darimu
Tolong bantu saya untuk berpengaruh jadi wanita yang tegar
Tuhan … jikalau sebetulnya beliau bukanlah untukku
Tolong bantu saya untuk membebaskan perasaan mendalam ini tentangnya
Aku cuma menghendaki menyaksikan kebahagiaan darinya
Meski kesakitan yang jadi olehku
Cintaku bukan dikarenakan tak kuperjuangkan
Melainkan cintaku, saya korbankan untuk kebahagiaan cintaku
Aku cuma insan yang tak tau diri
Aku tak punya apa pun untuknya
Cintaku yang percuma takkan dulu tersedia balasnya
Cintaku yang diam membuatnya jadi jauh
Kini ku cuma sanggup tersenyum menghindar kesakitan ini
Dia yaitu masa selanjutnya terindahku ….
Untuk Cinta
Maafkan saya dinda
Dalam kesendirian ku teringat dirimu
Yang lembut,menyejukan ku
Seakan memberi harap
Tapi tak mau untuk ku sentuh
Ibarat bidadari tak bersayap
Yang ku cinta,ku puja dan ku damba
Namun tak sanggup ku raih bahagiamu
Sekejap saya melayang mengingat tentangmu
Sakit pula hatiku
Kelemahan ku,,,,
Lebih sayang padaku
Hingga saya wajib pergi darimu
Beribu kali saya berpikir
Kebahagian apa yang bakal kau sanggup bersamaku ?….
Karna kau berhak
Kau yang indah
Aku mau teluka untuk bahagiamu
Hanya itu tangis hati ku untuk cinta ku
Kenanganku dan Dia
Dulu kami selamanya bersama
Menjalani hari-hari dengan penuh warna
Bersenda gurau di bawah cerahnya rembulan
Semua tentangmu sudah saya ketahui
Dan tak tersedia diam-diam yang kusembunyikan kembali darimu
Karena saya begitu yakin denganmu
Namun..
Kini seluruh cuma bayangan
Semua cuma kenangan
Yang terkubur dengan dengan kehilangan
Kehilangan kau yang begitu sempurna
Mungkin dunia tak menghendaki kami bersatu
Bersatu dalam ikatan tali persahabatan suci
Biarlah seluruh terjadi
Karena barangkali ini yaitu yang terbaik
Namun..
Kau tetap jadi yang terindah
Dan cuma kau seorang
Yang takkan tergantikan oleh intan permata sekalipun
Aku berdoa
Semoga kau menerima kawasan yang indah terhitung disana
Bahkan barangkali lebih indah dari seluruh kenangan kita
Derai Lara
Dirantai dalam sepi,
Mendekap mimpi sunyi,
Hembuskan nafas risih yang mengikis
Serasa bagai sudah mati
Gelagak yang kaku dalam gelap
Fikirkan apa yang bakal diterima kelak
Harapan berunjung penuntasan
Penantian terbalas sekakitan
Sungguh, lirih yang berarti
Sendiri,
Kenyataan pahit yang terpaksa tertelan
Lidahku keluh ,
Mayaku mengamuk, naluriku berkerasl
Hatiku bertahan, sempat
Tapi, ragaku tak mampu
Ini hanyalah, sesaat
Tapi, bisakah esok tak tersedia yang sesak !
Rasa sedih yang hadir menciptakan orang mengekspresikan dalam bentuk yang berbeda-beda. Namun harus selalu disadari meski tidak menyenangkan, pesan kehidupan dari sebuah rasa sedih akan mengajarkan pelajaran berharga.
Kesedihan meski kejam memberi kebaikan kepada kita untuk tidak larut. Roda kehidupan terus berputar, begitu pun kesedihan yang akan segera tergantikan oleh senyuman. Kebijaksanaan dan kekuatan hati untuk tidak larut dalam penderitaan akan menciptakan kita segera mencicipi kebahagiaan.
puisi sedih pendek, puisi sedih menyentuh hati, puisi sedih banget bikin nangis, puisi sedih wacana kehidupan, d0wnl0ad puisi sedih, puisi sedih untuk ibu, puisi sedih patah hati, d0wnl0ad puisi sedih menyentuh hati
Sumber https://infoana.com