Majas Sarkasme – Majas merupakan suatu bahan yang umumnya sering diajarkan di sekolah yaitu dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Salah satu bentuk majas yaitu majas sarkasme, majas ini tergolong majas sindiran. Tetapi banyak orang kurang memahami antara majas satire dan sarkasme ini.
Nah untuk itu pada kesempatan ini saya akan mengupas materinya berikut dengan hal yang berkaitan di dalamnya supaya kalian tau dimana perbedaannya.
Maka marilah kita simak klarifikasi secara rinci dibawah ini.
Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sarkasme merupakan suatu penggunaan kata-kata pedas atau agresif supaya menyakiti hati orang lain; cemoohan atau olok-olokan kasar.
Sedangkan seorang sastrawan berkebangsaan Rusia yang berjulukan “Fyodor Dostoyevsky” menyatakan bahwa sarkasme merupakan pelarian terakhir dari orang-orang yang berjiwa sahaja dan murni saat rasa pribadi jiwa mereka secara agresif dan paksa dimasuki.
Majas Sarkasme merupakan majas atau gaya bahasa yang umumnya dipakai untuk menyinggung dan menyindir seseorang atau sesuatu secara pribadi tanpa memakai kiasan maupun kata sebaliknya yang berlawanan dengan maksud yang ingin disampaikan, bisa saja kata yang dipakai binatang.
Contoh Kalimat
Contoh 1 :
- Dasar kau otak udang, disuruh mengerjakan kiprah yang sangat gampang ibarat ini saja tidak bisa. Lalu hal apa yang kau bisa?
- Buruan kesini, dari tadi saya panggil masih saja kau asyik bermain game. Apa kau tak punya tuli? Apa perlu ku seret kau untuk kesini?
- Biarkan saja ia bermimpi, alasannya ialah hanya itu saja yang ia bisa lakukan. Harta bahkan keahlian saja ia tak punya, bagaimana ia akan mewujudkan mimpinya.
- Untuk apa kau letakkan tangga ini disini. Bukannya membantu pekerjaan kita, justru tangga ini menciptakan tempat ini semakin sempit. Campakkan saja tangga ini kesana!
- Aku tak peduli terhadap air matanya bahkan kalau dia menangis darah sekalipun. Aku tak akan tertipu lagi dalam airmata buayanya.
- Dasar anak tak tau diri! Dari buaian lahir kau kami rawat dan kami kasih makan, kini sehabis arif balig cukup akal dan sukses di negeri orang malah tak kau akui lagi kami ini sebagai orang tuamu. Apa ini balasanmu pada orang renta yang telah melahirkan dan membesarkanmu?
- Untuk apa kau tiba kemari? Kita sudah tak menginginkan kau, orang yang tak bisa apa-apa dan tak berkhasiat untuk hidup sepertimu.
- Kalau kau sudah tak mampu untuk berjalan, tak usah kau paksakan. Sudahlah, terima saja kenyataan hidupmu itu bahwa kini kau sudah cacat.
- Jangan pernah kau undang dia kerumahmu saat ada aku. Aku tak sudi bertemu dan kenal dengan kawanmu yang kampungan itu.
- Kenapa masih saja kau melewati jalan ini, apa kau tak bisa melihat pemberitahuan di ujung gang sana yang menyampaikan jalan ini sedang diperbaiki. Dimana letak penglihatan mu itu?
Contoh 2 :
- Saya tak heran kalau dia gagal ujian kali ini. Otak dungu ibarat dia tak akan bisa lulus ujian tanpa menyontek dan tunjangan dari orang lain.
- Sudahlah, tak usah bermimpi kau bisa bergaul dengan kami. Bahkan minuman paling murah yang biasa kami minum saja kau tak akan bisa membelinya.
- Apa kau yakin dia ialah gadis tercantik di kampung ini? Melihat wajah dan penampilannya saja saya tak tertarik sama sekali. Bahkan dia tidak termasuk dalam kategori manis sedikitpun.
- Dia benar-benar tak punya malu. Sudah dihina dan diberhentikan secara tidak hormat alasannya ialah penggelapan dana perusahaan yang ia lakukan. Bisa-bisanya kini ia masih tiba ke kantor dan meminta untuk bekerja kembali.
- Apa kau tak punya hati? Ibumu terbaring lemah di rumah sakit, jangankan untuk merawat ia bahkan sekedar tiba berkunjung pun kau tidak pernah.
- Aku merasa jijik dan mau muntah kalau berada didekatnya. Badannya sangat wangi ibarat tak pernah mandi selama satu tahun.
- Sudahlah, jangan kau habiskan uangmu untuk membeli obat. Semua itu hanya sia-sia, kau terima saja kenyataan bahwa tinggi badanmu memang ditakdirkan dibawah rata-rata.
- Percuma saja dia sekolah tinggi-tinggi hingga jenjang S2. Ucapannya sangat agresif dan sikap kurang ajarnya ibarat orang yang tidak berpendidikan.
- Jangan bermimpi kau bisa menjadi menantu keluarga terhormat itu. Kau hanyalah anak dari keluarga miskin dan tidak berpendidikan. Bahkan jadi pembantu mereka saja kau tidak akan diterima.
- Aku sangat kecewa padamu. Kau ialah teman yang selama ini ku anggap sudah ibarat keluarga sendiri. Tetapi justru kau yang bisa mengkhianatiku layaknya seorang musuh bebuyutan. Pergilah kau dari hidupku, dasar pengkhianat!
Contoh 3 :
- Dasar playboy kelas kakap! Modal dompet sangat tipis bahkan wajah standar saja kau sudah berani mempermainkan hati perempuan.
- Kau benar-benar orang yang tidak tau berterima kasih. Sudah menjadi parasit dirumah ini, piring dan pakaian kotor bekas kau pakai saja, kami juga yang membersihkan.
- Kalau saya punya abang ibarat dia, niscaya saya tidak akan mau mengakuinya. Dia benar-benar tidak tau sopan santun, ibarat tidak punya didikan dari orang renta dan keluarga saja.
- Apa kau yakin ingin tinggal di daerah perumahan ini? Lihatlah sekelilingmu, lingkungannya sangat kotor dan tak terurus. Lingkungan disini tidak layak disebut sebagai daerah perumahan tapi lebih ibarat perkampungan kumuh.
- Apa kau serius ingin memperkenalkan dia pada orang tuamu? Lebih baik kau pertimbangkan kembali niatmu itu. Melihat penampilan dan cara berpakaiannya, saya yakin tidak ada orang renta yang akan mengizinkan anak gadisnya bekerjasama dengan pria ibarat itu.
- Dasar pemalas, sudah siang begini kau gres bangun.
- Aku tidak selera merasakan masakannya. Baunya saja tidak lezat apalagi rasanya. Kasihan lidahku, bisa-bisa mati rasa alasannya ialah merasakan kuliner itu.
- Dasar sok tampan! Kau pikir wanita-wanita itu akan menyukaimu hanya alasannya ialah kau jadi pemimpin di sini? Bodoh sekali kamu!
- Hanya keledai yang jatuh di lubang yang sama.
- Sama orang renta aja gak tau sopan santun. Dasar otak udang.
Demikianlah pembahasan artikel kali ini, semoga bermanfaat dan menjadi ilmu pengetahuan gres bagi para pembaca.
Baca juga artikel majas terkait lainnya :
Sumber https://rumusrumus.com