Prosa merupakan sebuah karangan dan karya sastra yang ditulis secara naratif, deskriptif, dan juga imajiatif. Berdasarkan waktunya (khususnya di Indonesia), prosa terbagi atas dua jenis, di mana jenis-jenis prosa menurut waktunya tersebut antara lain prosa usang dan prosa baru. Prosa usang ialah prosa yang berkembang sebelum imbas sastra barat. Sementara itu, prosa gres ialah prosa yang berkembang sesudah menerima imbas dari sastra barat.
Selain berbeda dalam soal waktu, kedua jenis prosa ini juga memiliki sejumlah perbedaan lainnya. Perbedaan-perbedaan tersebut akan dijelaskan sebagaimana berikut ini!
1. Tema
Perbedaan pertama yang menempel dalam prosa usang dan gres ialah temanya. Pada prosa lama, tema yang secara umum dikuasai antara lain: kerajaan, religi, mitos, legenda, dan fabel. Sementara itu, tema-tema yang biasanya diangkat dalam sebuah prosa gres adalah: romansa, sosio-politik, dan juga fantasi. Meski begitu, tema religi juga biasa digunakan dalam suatu prosa baru.
2. Latar Tempat dan Waktu
Perbedaan selanjutnya yang menempel pada prosa usang dan gres ialah latar daerah serta waktunya. Latar daerah dan waktu prosa usang ialah kerajaan dan zaman kerajaan kuno. Sementara itu, latar daerah dan waktu pada prosa gres jauh lebih beragam, sanggup di kerajaan, perkotaan, dan bahkan di sebuah negeri antah berantah sekalipun.
3. Alur Ceritanya
Prosa usang kebanyakan memakai alur maju sebagai alur utamanya. Sementara itu, prosa gres jauh lebih variatif dalam penggunaan alur ceritanya. Prosa gres sendiri memang sanggup ditampilkan dalam format alur maju, mundur, atau adonan dari dua alur tersebut.
4.Pencantuman Nama Penulisnya
Letak perbedaan lainnya yang menempel pada prosa usang dan gres ialah dari segi pencantuman nama penulisnya. Pencantuman nama penulis pada prosa usang tidak dilakukan, sehingga pencipta prosa usang sering dianggap atau disebut sebagai anonim. Meski begitu, terdapat beberapa prosa usang yang nama penulisnya ditulis secara jelas. Misalnya saja Hikayat Abdullah karya Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi.
5. Penyebaran Karya Sastra
Seperti halnya jenis sastra usang pada umumnya, penyebaran prosa usang juga dilakukan dengan tradisi lisan. Artinya, setiap prosa usang yang ada pada masa itu disebarkan dengan cara didongengkan atau diceritakan dari satu orang ke orang lainnya. Meski begitu, ada pula beberapa prosa usang yang penyebarannya dilakukan secara teks atau ditulis. Hikayat Abdullah karya Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi ialah salah satu teladan prosa usang yang disebarkan melalui goresan pena (buku).
Sementara itu, prosa gres sendiri merupakan prosa yang disebarkan dengan cara tekstual atau tertulis. Hal ini sanggup dilihat dari banyaknya prosa gres yang sanggup kita temukan di keseharian dalam bentuk sebuah buku, entah itu buku antologi cerpen ataupun novel.
6. Pengaruh Utamanya
Perbedaan terakhir yang menempel pada prosa usang dan gres ialah imbas utama dari karya sastra tersebut. Prosa usang merupakan prosa yang belum menerima imbas sastra barat. Adapun yang menghipnotis terbentuknya prosa ini ialah tradisi masyarakat setempat yang bercampur padu dengan imbas sastra timur, baik yag dari India ataupun Arab.
Sementara itu, imbas utama yang menghipnotis lahir dan berkembangnya prosa gres ialah tentu saja sastra barat, baik itu Eropa maupun Amerika.
Demikianlah beberapa perbedaan yang menempel pada prosa usang dan baru. Jika pembaca ingin menambah rujukan soal prosa, maka pembaca sanggup membuka beberapa artikel berikut, yaitu: jenis-jenis prosa lama, jenis-jenis prosa baru, jenis-jenis prosa fiksi, jenis-jenis prosa non fiksi, unsur intrinsik dan ekstrinsik, serta tahapan dalam alur cerita.
Sumber https://dosenbahasa.com