Tuesday, May 30, 2017

Perbedaan Antara Hujan Zenithal Dan Hujan Frontal

Indonesia yang terletak di kawasan garis khatulistiwa menciptakan negara kita mempunyai dua animo yakni animo kemarau dan animo penghujan. Maka tidak heran kalau curah hujan di Indonesia cukup tinggi dan biasanya kawasan di sekitar garis khatulistiwa yang beriklim tropis akan banyak dijumpai hutan hujan tropis. Selain itu, hal yang menimbulkan Indonesia mempunyai curah hujan yang tinggi yakni posisinya yang diapit oleh 2 samudra yakni Samudra Hindia dan Samudra Pasifik sehingga terjadi penguapan yang cukup tinggi akhir adanya pemanasan dari matahari.


Hasil penelitian menyatakan bahwa rata – rata curah hujan yang terjadi di Indonesia mencapai 2.000 sampai 3.000 mm setiap tahunnya. Namun, masih ada sedikit tempat di Indonesia yang mempunyai curah hujan di bawah 1.000 mm per tahunnya menyerupai di Pantai Timur Laut Sumba dan Pegunungan Ijen. Beberapa tempat mempunyai curah hujan yang sangat tinggi atau lebih dari 3.000 mm per tahun, menyerupai yang terjadi di Bukit Barisan dan Bangka Belitung.


Lalu apa yang menimbulkan di beberapa kawasan mempunyai curah hujan yang rendah? Hal ini disebabkan lantaran hujan tersebut jatuh pada kawasan bayangan hujan. Sehingga hujan yang jatuh cenderung sangat sedikit di kawasan tersebut. Bagaimana hujan terbentuk? Hujan terbentuk akhir adanya awan yang sudah berada pada kondisi jenuh dengan uap air sehingga uap air tersebut turun sebagai akhir dari gaya gravitasi. Hujan terbagi menjadi 3 jenis menurut proses terbentuknya yakni hujan zenithal, hujan frontal dan hujan orografis. Pada pembahasan kali ini akan dijelaskan perbedaan antara hujan zenithal dan hujan frontal.


Hujan Zenithal


Hujan zenithal mempunyai nama lain yakni hujan konveksi dan hujan ini hanya sanggup ditemukan di sekitar wilayah khatulistiwa termasuk Indonesia. Hujan zenithal berasal dari pertemuan antara pasat tenggara dengan angin pasat timur. Pertemuan antara kedua angin yang sama – sama bersifat panas tersebut bergerak naik ke atmosfer, karenanya suhu di sekitar awan menjadi turun secara perlahan sampai awan mencapai titik jenuh. Di ketika inilah hujan zenital terbentuk dan jatuh ke bumi.


Hujan zenithal sendiri biasanya dicirikan dengan munculnya awan yang berwarna hitam diiringi dengan bunyi guntur. Terjadi ketika kondisi cuaca cerah dan matahari bersinar sangat terik. Hujan zenithal hanya terjadi di kawasan yang beriklim tropis dan berlangsung selama dua kali dalam satu tahun.


Karakteristik dari hujan zenithal antara lain:



  1. Hujan ini banyak ditemukan di kawasan tropis menyerupai di Indonesia. Hal ini disebabkan kawasan tersebut banyak mengalami penyinaran oleh sinar matahari sehingga banyak perairan yang mengalami penguapan. Tidak heran akan di kawasan tropis akan banyak ditemukan awan di atmosfernya.

  2. Sebelum hujan turun, biasanya diawali dengan munculnya awan yang berwarna gelap atau mendung. Awan tersebut dikenal dengan nama awan cumola nimbus.

  3. Hujan zenithal sering terjadi pada siang hari yang sangat terik dan panas, namun terkadang hujan ini juga terjadi pada sore hari.

  4. Saat hujan terjadi biasanya juga diikuti oleh guntur dan hujan yang turun sangat deras. Sehingga tidak jarang di beberapa tempat mengalami gangguan listrik ketika hujan zenithal terjadi.

  5. Proses terjadinya hujan zenithal sangat cepat. Sehingga tidak heran kalau ketika di siang hari yang sangat panas dan terik, tiba – tiba cuaca berubah bersamaan dengan munculnya awan berwarna gelap disertai guntur.

  6. Hujan zenithal yang turun sangat deras, terkadang sanggup membersihkan udara yang kotor akhir adanya polusi udara. Sehingga tidak heran kawasan yang terkena hujan akan terasa lebih sejuk.


Hujan Frontal


Lain halnya dengan hujan zenithal, hujan frontal atau hujan konvergen banyak terjadi di kawasan subtropis dan sedang. Hujan ini terjadi sebagai akhir dari pertemuan antara massa udara yang cuek dengan massa udara panas. Pertemuan antara kedua massa udara tersebut terjadi di sebuah bidang front sehingga tidak heran kalau hujan ini dinamakan dengan hujan frontal.


Akibat dari pertemuan antar kedua massa yang berbeda tersebut menimbulkan massa udara cuek berada di bawah massa udara panas. Hal ini disebabkan lantaran massa udara cuek lebih berat dibandingkan dengan massa udara yang panas. Akibat letak massa udara yang berada di bawah tersebut menimbulkan terjadinya titik – titik uap air yang dibawa oleh massa udara cuek menjelma hujan di bidang frontal.


Adapun ciri-ciri dari hujan frontal antara lain:



  1. Hujan ini terjadi di kawasan yang berjulukan front. Front sendiri merupakan kawasan pertemuan antara massa udara cuek dan bersuhu rendah dengan massa udara panas dan bersuhu tinggi. Daerah tersebut banyak dijumpai di wilayah yang beriklim subtropis dan sedang.

  2. Jika hujan frontal terjadi di wilayah yang beriklim tropis, maka hujan yang turun akan berbentuk es atau hujan es. Hal ini disebabkan lantaran terjadi kondensasi yang berasal dari sumber air di bumi berupa titik uap air, lalu berkumpul membentuk awan yang mempunyai suhu yang sangat cuek sampai 0o Begitu dinginnya awan tersebut sampai uap air tersebut menjadi beku dan ketika turun ke bumi berwujud kristal es.

  3. Hujan frontal banyak mendatangkan hujan angin kencang yang cukup ekstrim di beberapa tempat.


Baik hujan zenithal maupun hujan frontal keduanya memperlihatkan imbas baik maupun buruk. Hal ini bergantung dari sisi mana kita melihatnya. Jika kita lihat dari sisi positif, hujan zenithal dan hujan frontal sama – sama sanggup menjadi sumber air alternatif, menyuburkan tanaman, mencegah kekeringan, menghilangkan polusi udara sampai sanggup dimanfaatkan sebagai sumber energi.


Sedangkan imbas negatif yang disebabkan dari kedua hujan tersebut antara lain, mengakibatkan genangan di beberapa tempat, mengakibatkan banyak sekali macam penyakit akhir virus dan basil yang hanya muncul ketika hujan tiba, menimbulkan banjir kalau terjadi terus menerus, merusak tanaman, dan lain sebagainya. Untuk itulah kita sebagai insan sudah sepantasnya menjaga lingkungan sekitar kita sebelum hujan turun, hal tersebut dilakukan sebagai cara menjaga bumi dari kerusakan.


Demikian klarifikasi mengenai perbedaan antara hujan zenithal dengan hujan frontal. Semoga sanggup bermanfaat untuk Anda.



Sumber aciknadzirah.blogspot.com