Monday, June 26, 2017

√ Efek Kelompok Dan Status Sosial Terhadap Gaya Hidup

Bagaimana imbas kelompok dan status sosial terhadap gaya hidup seseorang?


Dengan melihat simbol-simbol atau gaya hidup seseorang, kita bisa mengetahui tingkatan status sosial seseorang. Meskipun tidak seratus persen akurat disebabkan tidak adanya batasan yang terang terkait status sosial di masyarakat namun ini bisa dipakai sebagai prediksi.


Bagi temen-temen yang membuka halaman ini, kami sarankan sebelumnya untuk membaca halaman berjudul pengaruh adanya diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial lantaran halaman ini merupakan lanjutan halaman tersebut.


Bagaimana imbas kelompok dan status sosial terhadap gaya hidup seseorang √ Pengaruh kelompok dan status sosial terhadap gaya hidup

Gambar Ilustrasi. Tingkatan status sosial juga mempengaruhi selera terhadap tempat rekreasi (Foto: Siswapedia.com)


Suhardi dalam bukunya berjudul Sosiologi menuturkan ada enam imbas yang disebabkan adanya kelompok sosial dan status sosial.


Pengaruh tersebut adalah dalam hal berbusana atau berpakaian, koleksi perabotan rumah tangga, gaya hiburan dan aspresiasi terhadap seni, selera makanan dan minuman, koleksi bacaan yang dimiliki serta aktivitas liburan atau rekreasi.


1. Pengaruhnya terhadap fashion atau berbusana berpakaian


Untuk melihat teladan imbas diferensiasi sosial atau pengelompokan sosial bisa dilihat dari perbedaan pakaian yang dipakai antara laki-laki dan wanita. Cobalah Anda perhatikan! berbeda kan?.


Nah, adanya laki-laki dan perempuan merupakan salah satu teladan diferensiasi sosial. Dua jenis kelompok sosial ini selalu ada dimanapun. Selain itu, gaya berbusananya pun mengalami perbedaan dalam pengembangannya.


Setiap kawasan memungkinkan adanya corak, motif, desain yang berbeda dengan kawasan yang lain. Sehingga model-model pakaian khas selalu berbeda untuk laki-laki dan wanita.


Stratifikasi sosial atau pelapisan status masyarakat juga mempengaruhi perbedaan gaya berbusana. Orang yang kaya cenderung menentukan pakaian yang modelnya selalu mengikuti zaman, harganya yang mahal dan bermerk. Tentu, hal ini merupakan bentuk adaptasi mereka terhadap kelompoknya (sesama orang kaya) meskipun hal ini juga ditunjang dari kemampuan finansial yang mereka miliki.


Untuk orang miskin pada umumnya akan berpakaian sederhana, tidak mengikuti perubahan model, harganya yang lebih terjangkau dan tidak bermerk mahal.


2. Pengaruhnya terhadap koleksi perabotan dan peralatan rumah tangga


Cobalah lihat baik-baik perabotan rumah tangga dikala Anda sedang mengunjungi rumah teman. Usahakan rumah sobat yang berbeda daerah. Maka, kita akan menemukan nuansa yang berbeda.


Misalnya rumah sobat yang orang jawa akan kita jumpai koleksi batik jawa, hiasan wayang kulit tertempel di dinding, makanan khas atau ukiran-ukiran khas jawa yang menghiasi furnitur-furniturnya.


Atau sobat dari kawasan lain contohnya Bali, Papua, Bima, Padang, Aceh, Kalimantan dsb. Pasti mempunyai koleksi yang menciptakan isi rumah menjadi bernuansa sesuai latar belakang etnik atau kawasan asal mereka.


Nah, adanya orang Jawa, Sumatera, Ambon, Flores, Papua, Kalimantan, Bima, Bali dsb yang menciptakan nuansa berbeda di rumahnya merupakan imbas diferensiasi sosial. Sedangkan stratifikasi sosial akan mempengaruhi ukuran rumahnya, perabotan mewahnya dan fasilitas-fasilitas yang dimiliki.


3. Pengaruhnya terhadap gaya hiburan dan apresiasi seni


Orang yang berada di lapisan atas mempunyai selera hiburan yang lebih mahal, teladan nonton film di bioskop, nonton pertandingan olah raga atau menonton konser secara langsung. Hal ini selain merupakan bentuk gaya hiburan juga merupakan bentuk apresiasi yang besar terhadap seni (dalam hal ini pelakunya).


Mengapa? lantaran pelaku seni biasanya sanggup untung banyak dari sini, contohnya pembuat film sanggup untung besar dari lakunya film di bioskop, klub sepak bola mendapat pemasukan dari tiket masuk, grup band mendapat pemasukan lebih dari banyaknya tiket konser yang terjual.


Kondisi ini berbeda dengan kelompok sosial menengah ke bawah. Mereka lebih suka menonton film di tv, mendengarkan lagu live melalui tv atau radio bahkan menonton sepak bola di tv atau via streaming.


4. Pengaruh terhadap selera makanan dan minuman


Orang yang berada di lapisan atas dalam masyarakat biasanya mempunyai kekerabatan dengan kalangan yang lebih luas. Bahkan mereka bisa membangun kekerabatan dengan orang luar negeri juga.


Nah, hal ini menjadikan selera makanan dan minuman mereka ikut berubah. Orang menengah ke atas bahagia dengan makanan dan minuman yang abnormal ditelinga kita contohnya hamburger, hot dog, mie ramen, kebab dsb. Dan mereka pun makan di tempat yang glamor semacam kafe atau restauran lantaran dianggap lebih bergensi sesuai tingkatan statusnya.


Sedangkan orang menengah ke bawah akan memakan makanan yang sudah tidak abnormal disekitarnya. Dan tempat bukan prioritas utama untuk membeli makanan dan minuman.


5. Pengaruh terhadap koleksi bacaan yang dimiliki


Orang yang berpendidikan tinggi akan gemar membaca artikel yang bertopik-topik berat contohnya pengetahuan, teknologi, penelitian, bursa saham dsb. Sedangkan orang yang berpendidikan menengah ke bawah akan bahagia membaca artikel yang ringan-ringan contohnya gosip, isu selebritis, isu hiburan dsb.


6. Pengaruh terhadap aktivitas liburan atau rekreasi


Setiap orang dari lapisan status sosial manapun niscaya membutuhkan liburan atau rekreasi. Namun ada perbedaan selera antara kelompok dan status sosial (Baca juga: tempat rekreasi jogja).


Misalnya para kelompok pecinta alam suka naik gunung atau melaksanakan outbound. Para bos-bos kaya biasanya suka touring naik moge (motor gedhe) dari satu kota ke kota lainnya, orang menengah ke atas akan melaksanakan rekreasi ke luar negeri contohnya Jepang, Korea Selatan, Turki, Perancis dsb.


Atau bahkan para penggiat sosial mengisi liburannya justru diisi dengan aktivitas sosial contohnya mendirikan taman baca, melaksanakan pencucian sampah di pinggir pantai, melaksanakan edukasi kepada belum dewasa jalanan dsb.


Nah, enam poin di atas merupakan imbas kelompok dan status sosial terhadap gaya hidup seseorang. Sekali lagi, meskipun tidak 100% akurat namun bisa dipakai sebagai prediksi.



Sumber https://www.siswapedia.com