Julukan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, bukanlah kebohongan semata. Setidaknya ada lebih dari 17.504 pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, maka tidak heran kalau Indonesia populer sebagai negara maritim dan sudah niscaya mempunyai wilayah maritim yang sangat luas. Luas perairan khususnya lautan di Indonesia mencapai 3,25 juta km2, sehingga sanggup dikatakan kalau luas lautan di Indonesia lebih luas dibandingkan dengan luas daratannya yang hanya mencapai 2,01 juta km2.
Sudah niscaya keanekaragaman hayati Indonesia, terutama di maritim tidak terhitung jumlahnya. Bahkan beberapa di antaranya tidak sanggup ditemukan di tempat lain atau hanya sanggup ditemukan di perairan Indonesia saja. Selain itu, keindahan alam yang berada di bawah maritim tidak perlu diragukan lagi. Berbagai macam ikan kecil sampai yang berukuran besar, serta bentuk terumbu karang yang berbeda – beda menambah keindahan tersendiri yang hanya dimiliki oleh lautan Indonesia.
Seperti halnya yang terjadi di daratan, lautan juga mempunyai fenomena – fenomena alam yang menakjubkan. Salah satu fenomena maritim yang gres – gres ini terjadi di Indonesia yaitu terbelahnya maritim di Suramadu, Madura. Bagaimana hal tersebut sanggup terjadi? Nah, untuk menjawab pertanyaan tersebut, kali ini akan dijelaskan mengenai fenomena maritim terbelah di Suramadu secara ilmiah. Berikut yakni penjelasannya.
Laut Terbelah Di Suramadu
Mungkin sebagian besar dari kita sudah tidak absurd dengan nama Suramadu. Bagi yang belum tahu, Suramadu yakni nama dari sebuah jembatan yang menghubungkan pulau Jawa yaitu di Surabaya dengan pulau Madura tepatnya di Bangkalan. Jembatan ini melintasi selat Madura dan termasuk jembatan terpanjang di Indonesia.
Tepatnya pada tanggal 19 Maret 2019, terdapat sebuah video viral dan beredar di masyarakat. Di dalam video yang direkam dari atas jembatan Suramadu menyampaikan bahwa maritim yang berada di bawah jembatan terlihat seolah – olah terbelah. Beberapa orang menyampaikan kalau bencana tersebut biasanya hanya terjadi di daerah pesisir pantai atau di sekitar kaki jembatan sisi Bangkalan dan terjadi dalam kurun waktu yang tidak lama. Namun, kali ini berbeda dan terjadi sampai mencapai bawah jembatan. Fenomena unik ini menyampaikan warna air yang berbeda antara warna kehitaman cenderung keruh sedangkan sisi lain tidak. Sehingga seolah – olah maritim terlihat terbelah.
Penyebab Laut Terbelah
Menurut Alan Koropitan, spesialis Oseanografi IPB dan juga anggota dari Ilmuwan Muda Indonesia (ILMI) menyampaikan bahwa fenomena yang terjadi di Suramadu tersebut dikenal dengan istilah plume. Plume sendiri biasa terjadi ketika curah hujan cukup tinggi dan debit air menjadi meningkat. Alan menambahkan kalau fenomena tersebut akhir dari plume air yang mempunyai massa yang berbeda dan kemungkinan akhir curah hujan yang tinggi sehingga debit air sungai meningkat membawa plume sedimen sungai sampai ke laut. Menurutnya plume tersebut semacam referensi yang biasa terbentuk di permukaan air sehingga terlihat sangat kontras warnanya.
Penjelasan fenomena maritim terbelah tersebut juga dijelaskan oleh Nugroho Dwi Hananto, seorang peneliti gempa dan kelautan Pusat Oseanografi Lembaga Pengetahuan Indonesia (LIPI) dia menyampaikan bahwa fenomena tersebut termasuk fenomena yang unik. Menurut Nugroho fenomena tersebut sebagai akhir dari tidak bercampurnya dua massa air yang saling bertemu. Massa air yang mempunyai kandungan garam yang tinggi terkadang sulit untuk sanggup bercampur dengan sempurna. Selain itu, Nugroho menjelaskan juga kalau fenomena tersebut sanggup terjadi akhir pertemuan antara air maritim dengan air tawar yang belum tercampur sepenuhnya. Menurutnya fenomena tersebut biasa terjadi dan terjadi ketika memasuki demam isu hujan ke kemarau.
Dampak Fenonema Laut Terbelah
Akibat dari fenomena alam tersebut menciptakan Badan Pengembangan Wilayah Surabaya – Madura atau BPWS menjelaskan bahwa fenomena tersebut dikenal dengan nama halocline. Dan dari video yang beredar di masyarakat, panjang dari halocline tersebut mencapai 60 km. Menurut Faisal Yasir Arifin dari Kasubdiv Humas BPWS menyampaikan kalau fenomena tersebut sudah sering terjadi namun kali ini halocline tersebut cukup panjang bahkan sampai mencapai Sampang. Faisal menambahkan kalau halocline tersebut mengakibatkan perbedaan warna atau gradasi warna akhir dari densitas air yang berada di barat dan timur yang mencapai 60 km.
Faisal juga menjelaskan bahwa perbedaan warna atau gradasi merupakan efek dari salinitas atau kandungan garam yang berbeda pada air, perbedaan kerapatan, tegangan sampai kekeruhan air sehingga terbentuk gradasi pada dua arus air di bawah jembatan Suramadu. Tidak hanya di Suramadu saja, hal tersebut pun pernah terjadi di selat Sunda dan juga selat Gibraltar.
Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari bencana fenomena alam tersebut. Terjadinya gradasi warna di maritim tersebut yang lebih dikenal dengan nama halocline ini ternyata tidak mengakibatkan efek apapun. Dan tidak ada hubungannya dengan atmosfer cuaca, hal ini disebabkan lantaran adanya perbedaan massa jenis air yang cukup mencolok sehingga mengakibatkan gradasi warna.
Fakta – Fakta Unik Tentang Halocline Di Suramadu
Fenomena maritim yang terlihat terbelah tersebut menarik banyak orang untuk tiba dan mengabadikan bencana tersebut ketika melintasi jembatan Suramadu. Dari atas jembatan tersebut akan sangat terlihat terang perbedaan warna yang dihasilkan dari pertemuan dua massa air yang berbeda. Namun, tidak semua orang sanggup melihat fenomena alan yang unik tersebut.
Bagi para nelayan yang sedang melintasi daerah tersebut tidak akan sanggup melihat perbedaan warna tersebut dengan jelas. Meskipun fenomena tersebut hampir terjadi setiap hari. Namun, beberapa nelayan yang melintasi daerah halocline tersebut menyampaikan kalau daerah di bawah jembatan terkadang banyak ditemukan buih yang memanjang menyerupai yang terdapat di dalam video.
Menurut Ady Hermanto, seorang Prakirawan Stasiun Meteorologi Maritim Perak Surabaya, fenomena halocline tersebut tidak sanggup dilihat oleh semua orang di sekitar jembatan Suramadu. Sebab, halocline hanya sanggup dilihat dari ketinggian tertentu saja. Sedangkan kalau mendatangi maritim yang berbeda warna tersebut akan terlihat pudar. Hal ini disebabkan adanya parallax sudut pandang yang terlalu jauh, sehingga harus dilihat dari ketinggian tertentu. Sedangkan dari bahtera nelayan tidak sanggup mampu melihatnya.
Bagi orang – orang yang sedang melintas di atas jembatan Suramadu, sudah niscaya akan melihat halocline dengan jelas. Ketinggian jembatan Suramadu sendiri mencapai 35 meter dari permukaan laut. Untuk buih yang dilihat oleh nelayan yang sedang melintasi daerah perbedaan warna tersebut, berasal dari hasil pertemuan antara air tawar dengan air maritim yang saling bergesekan. Hasil ukiran itulah yang mengakibatkan buih yang panjang dan lurus.
Nah, itulah tadi klarifikasi mengenai fenomena maritim terbelah di Suramadu secara ilmiah. Semoga sanggup bermanfaat untuk Anda.
Sumber aciknadzirah.blogspot.com