Saturday, August 26, 2017

√ Askep Carsinoma Colon


CARSINOMA COLON


 A. Definisi
Carsinoma colorectal yaitu keganasan yang terjadi didaerah colon dan rectum. Insiden carsinoma colon dan rectum di Indonesia cukup tinggi juga dengan angka kematiannya. Sekitar 75 % ditemukan didaerah rectosigmoid. (Wim de Jong, 1997).


 B. Etiologi dan factor resiko.
Penyebab kanker kolon dan rectal tidak diketahui secara pasti, tetapi factor resiko tinggi telah teridentifikasi, termasuk :
1.     Usia lebih dari 40 tahun.
2.     Darah dalam feses.
3.     Riwayat polip rectal atau polip colon.
4.     Adanya polip adematosa atau adenoma villus.
5.     Riwayat kanker kolon atau polip dalam keluarga (100%)
6.     Riwayat penyakit usus inflamasi kronis/c0l1tis ulceratif selama 20 th (50%)
7.     Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.
(Smeltzer & Bare, 2002)

 C. Klasifikasi Histologi
1.     Adenocarcinoma (berdifferensiasi baik, sedang, buruk).
2.     Adenocarcinoma musinosum (berlendir)
3.     Signet Ring Cell Carcinoma.
4.     Carcinoma sel skuamosa.
(Diktat Kuliah, Debbi D)

 D. Pengelompokkan Stadium

Stadium (Duke’s)
T
N
M
O

I(A)


II(B)


III(C)



IV(D)
Tis

T1
T2

T3
T4

Setiap T
Setiap T
Setiap T

Setiap T
No

No
No

No
No

N1
N2
N3

Setiap N
Mo

Mo
Mo

Mo
Mo

Mo
Mo
Mo

M1
       (Black & Jacob, 1997)



  E. Klasifikasi Ca Colorectum berdasarkan sistem TNM (Tumor, Node, Metastasis).

T ( Tumor Primer )
Tx : Tumor primer tdk dpt dinilai.
           To : Tdk ada tumor primer.
           Tis : Tumor in situ.
T1  : Invasi mukosa di lap sub mukosa.
T2  : Invasi tumor di lap otot propia.
T3  : Invasi tumor melewati otot propia ke sub serosa atau nonperitoneal peric0l1k atau ke jaringan perirectal.
T4  : Tumor mengalami perforasi visceral atau mengalami invasi ke organ
        lain/struktur lain.
N (Nodes Lymph Regional)

Nx : Kelenjar limfe regional tidak sanggup dibagi.
No : Tdk tjd metastasis dinodes lymph regional.
N1 : Metastasis di 1-3 peric0l1k atau nodus lymph perirectal.
N2 : Metastasis di 4 atau lebih ke kelenjar peric0l1k atau nodus lymph perirectal.
N3 : Metastasis pada kelenjar limfe isi nama pembuluh darah dan atau pada
       kelenjar apical.

M (Metastasis jauh)
Mx : Metastasis jauh tidak dpt dinilai.
Mo : Tdk ada metastasis jauh.
M1 : Terdapat metastasis jauh

 F. Penentu stadium berdasarkan sistem Duke’s
 A : Terbatas pada dinding usus.
 B : Menembus lapisan muskolaris mukosa.
 C : Metastase kelenjar limfe.
 C1 : Berapa kelenjar limfe erat tumor primer.
 C2 : Dalam kelenjar limfe jauh.
 D : Metastasis jauh.
(Wim de Jong, 1997).

 G. Pathofisiologi
Sebagian besar tumor malignat (minimal 50%) terjadi pada area rectal. 20 – 30 % terjadi di sigmoid dan kolon desending. (Black & Jacob, 1997). Kanker colon dan rectum terutama yaitu adenocarcinoma (muncul dari lapisan epitel usus) sebanyak 95%. `1Tumor pada asending lebih banyak ditemukan daripada pada transversum (dua kali lebih banyak). Tumor bowel maligna menyebar dengan :
1.     Menyebar secara eksklusif pada kawasan disekitar tumor secara eksklusif contohnya ke abdomen dari colon transversum. Penyebaran secara eksklusif juga sanggup mengenai bladder, ureter dan organ reproduksi
2.     Melalui susukan limfa dan hematogen biasanya ke hati, juga bisa mengenai paru-paru, ginjal dan tulang
3.     beranak atau berakar (tertanam)ke cavum rongga abdomen

Dimulai sebagai Polip jinak
¯
Polip ganas
¯
Menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya
¯
Sel kanker sanggup terlepas dari tumor primer dan menyebar ke serpihan tubuh yang lain (paling sering ke hati)

 H. Manifestasi klinis

Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala yang paling menonjol yaitu perubahan kebiasaan defekasi dan sanggup juga meliputi anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan, dan keletihan.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           

     Gejala yang ditimbulkan berdasarkan lokasi :
  Colon kanan
    Colon  kiri
         Rectal/ rectosigmoid
§  Nyeri dangkal abdomen.
§  anemia
§  melena (feses hitam, menyerupai ter)
§  dyspepsia
§  nyeri diatas umbilicus
§  anorexia, nausea, vomiting
§  rasa tdk nyaman diperut kanan bawah
§  teraba masa pada palpasi
§  Obstruksi (Nyeri abdomen dan kram, penipisan feses, konstipasi dan distensi ).
§  Adanya darah segar dalam feses.
§  Tenesmus
§  Evakuasi feses yang tidak lengkap sesudah defekasi.
§  Konstipasi dan diare bergantian.
§  Feses berdarah.
§  Perubahan kebiasaan defekasi.
§  Perubahan BB

(Smeltzer & Bare, 2002) (Black & Jacob, 1997)

Gejala carsinoma colon. Nyeri biasanya menyebah di area umbilicus atau area perianal


Colon kanan                                                                                          Colon kiri
            Penurunan BB                                                                                        Perdarahan rectal
            Anorexia                                                                                              Perubahan referensi BAB
            Nausea                                                                                                 Tenesmus
            Vomit                                                                                                   Obstruksi intestine
            Anemia
Teraba masa


Gambaran klinik karsinoma kolorektal lanjut.


  Kolon kanan
        Kolon kiri
  Rektum
  Aspek klinis
   Nyeri
  Defekasi
  Obstruksi
Darah pada feses 
     Feses
   Dispepsi
Memburuknya keadaan umum
     anemia
       Kolitis
 Karena penyusupan
Diare /diare berkala
        Jarang   
       Okul
  Normal/diare
      Sering
  Hampir selalu

   Hampir selalu
        Obstruksi
   Karena obstruksi
Konstipasi progresif
    Hampir selalu
Okul /makroskopik
     Normal 
      Jarang
      Lambat

       Lambat
  Proktitis
  Tenesmi
  Tenesmi terusmenerus
Tidak jarang
Makroskopik
Perub bentuk
   Jarang
  lambat

   lambat

 3 tipe Carcinoma kolon dan rectum ( makroskopik):
A.    Tipe polipoid atau vegetatif. (Tumbuh menonjol kedalam lumen usus dan berbentuk bunga kol)
     ® terutama di seikum dan kolon asendens.

B.     Tipe skirus. (Mengakibatkan penyempitan sehingga terjadi stenosis dan tanda-tanda obstruksi)
     ® kolon desendens, sigmoid dan rectum.
C.     Ulceratif  (Terjadi lantaran nekrosis dibagian sentral)
® rectum.
(Wim de Jong, 1997).

 I. Komplikasi
§  Obstruksi usus partial atau lengkap.
§  Hemoragi.
§  Perforasi usus.
§  Peritonitis/sepsis.
(Smeltzer & Bare, 2002)


 J. Pemeriksaan penunjang
     1. Pemeriksaan diagnostik.
a.     Rectal touché atau colok dubur    
Untuk mengetahui letak, luas dan mobilitas tumor 
b.     Tes laboratorium
q  Tes Guaiak
                        Melihat darah samar atau mengetahui adanya perdarahan di gastrointestinal.
q  Carcinoma embryonic antigen (CEA).
Hasilnya sanggup meningkat pada tumor kolon.
Pemeriksaan menawarkan bahwa kadar CEA sanggup diandalkan dalam  diagnosis prediksi. Pada eksisi tumor komplet, kadar CEA yang meningkat harus kembali ke normal dalam 48 jam. Peningkatan CEA pada tanggal selanjutnya menawarkan kekambuhan.
c.     Pemeriksaan radiologis
q  Foto colon dengan barium enema.
                        Melihat kerusakan atau adanya lesi-lesi kecil.
         d.  Ultrasonografi
              Mengetahui ukuran tumor dan metastasisnya. Terutama metastasis ke hati
f.     Endoskopi susukan cerna (colonoskopi) dan biopsy
Endoskopi sanggup dilakukan dengan rigid endoskop untuk melihat kelainan hingga 20-30 cm dg fiberscope unt melihat semua kelainan  dari rectum hingga sekum
Biopsi diperlukan  untuk memilih jenis tumor secara patologis  anatomis

 K. Pencegahan
Ada 3 pencegahan ca colon :
1.     Pencegahan Primer
Anjurkan klien untuk mempertahanakan makanan yang rendah lemak dan tinggi serat
q  Anjurkan klien untuk membatasi makanan yang disuling
q  Anjurkan klien untuk banyak minum
2.     Pencegahan sekunder
Promosikan deteksi dini dg rectal tuse untuk mereka yang berusia lebih dari 40 tahun
q  Monitor klien yg berusia lebih dari 50 th dg guaiak test dan rectal tuse setiap tahun
q  Evaluasi klien dg sigmoiddoscopy fleksibel setiap 3 – 5 th pada orang dg resiko rata-rata, bagi yg beresiko di atas rata-rata penilaian dengan colonoscopy dg barium enema setiap 2-3 tahun
3.     Pencegahan terseir
Anjurkan penggunaan bulk laksative (Metamucil) untuk klien dg resiko tinggi
q  Promosikan skrening scara regular pada orang dengan 1 atau 2 resiko ca colon
q  Anjurkan klein untuk mengikuti diet tinggi serat, rendah lemak, dan kurangi makanan yang disuling

L.  Penatalaksanaan
1.     Medis
Pasien dengan tanda-tanda obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan nasogastrik. Apabila terdapat perdarahan yang cukup bermakna, terapi komponen darah sanggup diberikan.
Pengobatan tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi yang berhubungan.
Pengobatan medis untuk kanker kolorectal paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi anjuran. Terapi ajuan biasanya diberikan selain pengobatan bedah, meliputi kemoterapi, terapi radiasi, dan imunoterapi.

2.     Bedah
Pembedahan yaitu tindakan primer untuk kebayakan kanker kolon dan rectal.
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan pilihan yaitu sebagai berikut :
a.     Pada tumor sekum dan kolon asenden
Dilakukan hemikolektomi kanan, kemudian anastomosis ujung ke ujung. Pada tumor di fleksura hepatica dilakukan juga hemikolektomi, yg tdd reseci bag kolonyg diperdarahi oleh a. iliokolika, a. kolika ka, a. kolika media termasuk kelenjar limfe dipangkal arteri mesentrika superior


b.     Pada tumor transversum
Dilakukan reseci kolon transversum kemudian dilakukan anastomosis ujung ke ujung. Kedua fleksura hepatica danmesentrium kawasan arteria kolika media termasuk kelenjar limfe

 

Pada colon desenden dan fkeksura lienalis
Dilakukan hemikolektomi kiri yg meliputi kawasan arteri kolika kiri dg kelenjar limfe hingga dg dipangkal a. mesentrika inferior


c.     Tumor rectum
Pada tumor rectum 1/3 proximal dilakukan reseci anterior tinggi (12-18 cmdari garis anokutan) dg atau tanpa stapler. Pada tumor rectum 1/3 tengah dilakukan resesksi dengan mempertahankan spingter anus, sedangkan pada tumor 1/3 distal dilakukan amputasi rectum melalui abdominal perineal. Reseci abdoperineal dg kel retroperitoneal berdasarkan geenu-mies. Alat stapler untmembuat anastomisis di dlm panggul antara ujung rectum yg pendek dan kolon dg mempertahankan anus dan unt menghindari anus pneternaturalis. Reseci anterior rendah  pada rectum dilakukan melalui laparatomi dg memakai alat stapler unt menciptakan anastomisis kolorektal/ koloanal rendah


d.     Tumor segmoid
Dilakukan reseci sigmoid termasuk kelenjar di pangkal a. mesentrika inferior




Kolostomi

A. Definisi
adalah Tindakan pembedahan untuk membuka kolon melalui dinding abdomendan sanggup dilakukan pada salah satu segmen intestinal. Dengan kolostomi serpihan kolon yang berpenyakit dipotong kemudian dibuang dan serpihan yang sehat dikeluarkan dari perut membentuk stoma.

B. Tipe stoma diberikan nama sesuai dengan serpihan segmen yang dilakukan pembedahan :
1.     Loop colostomy
Lokasi di colon transversum, bersifat sementara, dilakukan pada kondisi darurat medis dengan menciptakan 2 lubang usus yang dihubungkan
2.     End ostomy
Terdiri dari satu kekerabatan dimana serpihan usus berikutnya dibuang/ dijahit tetapi masih ada/ tetap dlm rongga abdomen. Dilakukan untuk klien dg terapi colorectal
3.     Double barrel colostomy
Terdapat 2 kekerabatan dibagian proximal dan distal. Bagian proximal untuk drain feses dan distal untdrain mucus

      Pembagian bentuk Feses sesuai tempatnya:
1.     Colon Asenden : Bentuk feses cair dan lebih untuk keluar
2.     Colon Tranversal : Bentuk feses lebih padat
3.     Colon Sigmoid : Bentuk feses mendekati bentuk feses normal  

C. Keadaan yang diperbolehkan pembedahan (kolostomi) dilakukan yaitu :
1.     Peradangan dibagian usus halus
2.     cacat/ kelainan bawaan
3.     kecel;akaan atau stress berat yg mengenai serpihan perut
4.     adanya sumbatan di anus
5.     Kanker
   
D. Stoma dasar ada 3 tipe yaitu :
1.     stoma pada colon à colostomy
2.     stoma pada ileum à ileustomy
3.     stoma pada susukan kemih à uretrostomy

E.  Pengkajian fisik abdomen :
    1.  Insfeksi
            Perawat menginsfeksi keempat kuadran abdomen untuk melihat warna, bentuk, dan kesimetrisan abdomen, melihat adanya massa, gelombang peristaltik, jaringan parut, referensi pembuluh darah vena, stoma dan lesi.
             Dalam kondisi normal gelombang peristaltik tidak terlihat, tetapi bila terlihat membuktikan adanya obstruksi usus. Distensi abdomen terlihat sebagai suatu tonjolan abdomen yang menyeluruh. Distensi abdomen terasa kencang, kulit tampak tegang seakan diregangkan.

      2.  Auskultasi
             Perawat mengauskultasi untuk mengkaji bising usus disetiap kuadran. Bising usus normal terjadi setiap 5 – 15 detik dan berlangsung selama ½ hingga beberapa detik.
             Perhatikan aksara dan frekwensi bising usus atau akan terdengar suara gemerincing jikalau terjadi distensi.
             Bila bising usus negatif atau hipoaktif (bising usus < 5 kali permenit) membuktikan adanya ilius paralitik yang sering terjadi pada post pembedahan.
             Bila bising usus Nada tinggi atau hiperaktif ( > 35 kali permenit)  membuktikan adanya obstruksi usus dan gangguan inflamasi.

      3.  Palpasi
             Untuk melihat adanya massa atau nyeri tekan. Anjurkan klien rileks untuk mencegah terjadinya ketegangan otot- otot abdomen yang sanggup mengganggu hasil pengkajian.

      4.  Perkusi
             Untuk melihat adanya lesi, cairan atau gas didalam abdomen. Jika memungkinkan identifikasi struktur abdominal dibawah abdomen.
             Gas atau flatulan akan menghasilkan suara timpani. Massa, tumor atau cairan akan menghasilkan suara tumpul.

                                                       
F.  Tujuan perwatan kolostomi :
1.     Untuk memantau adanya komplikasi atau abses post operasi kolostomi.
2.   Untuk mempertahankan
3.   Untuk meningkatkan konsep diri.      

G. Diagnosa Keperawatan yang muncul :
1.     Gangguan gambaran tubuh b.d. Adanya stoma, takut ditolak, faktor psikososial.
2.     Konstipasi kolon b.d. Tidak adekuatnya intake cairan, penurunan gerakan, adanya penyakit, pengobatan, kebiasaan individu.
3.     Diare b.d. Intake nutrisi, pengobatan, adanya penyakit.
4.     Kerusakan integritas kulit b.d. iritasi kulit, penggantian kantong yang kurang tepat, inkontenensia atau diare.
5.     Defisit volume cairan b.d. pengeluaran dari ileus yang berupa cairan atau lendir, pengeluaran cairan (enema) yang berlebihan.
6.     Nyeri b.d. Adanya luka bekas pembedahan.
7.     Defisit pengetahuan b.d. Ketidak mampuan merawat ostomy, konstipasi.
     

H. Prosedur perawatan luka kolostomi
A.    Persiapan Alat :
1.     Kantong khusus kolostomi dengan skin barier
2.     Skin barrier yang dilengkapi skin gel atau skin prep
3.     Air hangat dalam basin ( bengkok )
4.     Kain yang lembut
5.     Selimut
6.     Kantong plastik untuk tempat sampah
7.     Bagian bawah / epilog kantong kolostomi.
8.     Sarung tangan yang bersih
9.     Pedoman pengukuran bulat stoma
10.   Deodoran ( embel-embel )
11.   Plaster kertas hipoalergenik
12.   Tissue
13.   Gunting

    Persiapan
A.    Periksa instruksi dokter dan planning perawatan klien
B.     Tentukan materi yang akan digunakan
C.     Kumpulkan peralatan
D.    Jelaskan mekanisme tindakan kepada klien
E.     Jaga privaci klien
e.     Periksa nadi dan tekanan darah
f.     Cuci tangan dan gunakan sarung tangan bersih
h.   Naikkan tempat tidur keposisi lebih tinggi, turunkan pengaman sisi serpihan tempat bekerja.      

    Prosedur tindakan
1.     Tutup klien dengan selimut dan lipat serpihan atas linen kebawah tempat tidur.
2.   Observasi stoma kolostomi    
Rasional : Untuk memilih jumlah normal dan konsistensinya, karakteristik feses sesuai
           Dengan area kolostomi
3.     Kosongkan kantung kolostomi. Seharusnya kantong dikosongkan jikalau sudah terdapat 1/3 hingga 1/2 feses atau gas (flatus).
Rasional : Untuk mencegah kantong lepas lantaran terlalu berat.
4.    Lepaskan kantong kolostomi dengan menekan kulit selama menarik kantong dan buang kekantong plastik, tetapi tutup serpihan simpulan kantong.
5.    Ukur pengeluaran cairan
Rasional : Untuk mencegah terjadinya output cairan yang tidak terkontrol
6.     Bersihkan kulit klien dan stoma dengan hati- hati memakai air hangat dan kain yang lembut.
Rasional : Sabun sanggup menjadikan iritasi ( digunakan bila feses sulit dibersihkan ), Substansi minyak sanggup mengganggu perlekatan kantung.
7.     Keringkan kulit dengan baik memakai kain yang lembut.
8.    Observasi kulit dan perubahan stoma yaitu : ukuran, kulit, tonjolan stoma, ulserasi, warna. Seharusnya stoma menawarkan warna kemerahan.
Rasional : Kerusakan peristomal kemungkinan disebabkan perlekatan kantung yang tidak    tepat, melekatnya feses pada kulit, abses basil atau jamur, adanya reaksi alergi.
9.     Menyiapkan kantong kolostomi yang bersih
a.     Ukur stoma dengan ajaran pengukuran yang tersedia.
b.    Cocokkan dengan lubangnya.
c.    Potong kantung kolostomi dengan melebihkan 1/3 dari ukuran yang sebenarnya.
Rasional : Ukuran yang sempit sanggup menjadikan pelindungnya terbuka.
d.     Periksa dan pastikn lubang kantung kolostomi sesuai dengan lebar stoma.
10.   Oleskan pasta pelindung kulit pada kawasan sekitar peristomal.
11. Dengan telunjuk yang lembap sebarkan pasta kesekitarnya.
12. Pusatkan dan tempelkan kantong kolostomi gres diatas luka
Rasional : Lubang yang tertutup sanggup mencegah kontaminasi dari feses
13.   Instruksikan klien untuk menggembungkan perut
Rasional : Untuk mencegah biar tidak terjadi kerutan dikala kantong ditempelkan
14.   Tekan area perekatnya disekitar stoma hingga tertutup, jangan membiarkan perekatnya mengkerut.
Rasional : Agar tidak terjadi kebocoran
15.   Instruksikan klien untuk istirahat selama 3-5 menit untuk mebuat kantong menutup dg baik.
16. Tutup dan amankan serpihan bawah kantong dengan memakai epilog kantong.
17. Lepaskan sarung tangan dan basuh tangan
18. Atur posisi yang nyaman bagi klien
19. Turunkan tempat tidur dan pasang kembali pengaman sesi tempat tidur.
20. Bersihkan alat dan dokumentasikan setiap tindakan.


I. Hambatan & Masalah yg mungkin timbul :
1.     Bau
Bau yg timbul  pd waktu penggantian kantung (pouch) yaitu hal yg biasa menyerupai dialami seseorang ketika BAB. Bila busuk menetap ketika peralatan sedang dipakai, periksa terhadap adanya kebocoran disekitarnya. Bau dpt ditimbulkan oleh makanan yg dimakan, untuk menghindari bau, hindari makanan penyebab.
2.     Diare
Makanan tertentu sanggup menjadikan diare, oleh lantaran itu pembiasaan makanan perlu dilakukan biar diare tidak terjadi
3.     Konstipasi
Cara termudah untuk mengatasi konstipasi yaitu dg memakan makanan extra yg mengandung banyak serat (buah, sayur) dan menambah intake cairan
4.     Iritasi (luka pada kulit)
Kemungkinan disebabkan oleh adanya kebocoran pada seal stoma, sehingga sanggup menjadikan iritasi pada kulit













DAFTAR PUSTAKA


Potter and Perry (2006). Buku bimbing Fundamental Keperawatan. (Edisi IV). Jakarta. EGC

Doenges Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
            perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. (Edisi III).   Jakarta: EGC




Sumber http://macrofag.blogspot.com