Monday, August 28, 2017

√ Asuhan Keperawatan (Askep) Pada Pasien Dengan Keluhan Hemoroid

Untuk meddowload askep hemoroid lengkap silahkan klik DISINI

Salam teman - teman sejawat semua, terima kasih sudah berkunjung ke blog kami, pada kesempatan kali ini admin akan mencoba membahas perihal askep hemoroid, asuhan keperawatan Hemoroid atau askep Hemoroid yaitu rangkaian tindakan atau asuhan yang akan diberikan oleh perawat kepada klien yang sedang menderita penyakit hemoroid, hemoroid itu sendiri adalah varikositis jawaban dilatasi pleksus vena hemoroidalis interna.

dokumentasi askep hemoroid biasanya sering dibentuk oleh seorang mahasiswa keperawatan yang sedang praktek dirumah sakit biasanya kasus ini lebih banyak ditemukan diruangan penyakit dalam, dan juga askep hemoroid sering pula dibentuk oleh mahasiswa profesi ners yang sedang menjalankan keprofesian dirumah sakit. dan juga bagi perawat yang sudah bekerja juga sering menciptakan dokumentasi askep hemoroid untuk keperluan menciptakan jurnal atau pun makalah yang bermanfaat sebagai syarat biar sanggup menjadi seorang pegawai tetap dalam sebuah rumah sakit.

dalam sebuah askep hemoroid biasanya untuk kelengkapannya dilengkapi dengan laporan pendahuluan yaitu tinjauan teori yang dibentuk untuk mengawali pembuatan askep hemoroid, susunan askep hemoroid terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. menciptakan sebuah askep hemoroid yang baik bukanlah pekara yang gampang namun juga bukan pekara yang amat sulit, didalam penyusunan nya setidaknya kita harus memiliki landasan teori perihal penyakit hemoroid yang biasa disebut dengan laporan pendahuluan / LP hemoroid. yang dijadikan patokan untuk menegakkan diagnosa - diagnosa medis dan diagnosa keperawatan berdasarkan perjalanan penyakit hemoroid tersebut.

bertujuan untuk membantu teman sejawat yang lagi membutuhkan asuhan keperawatan hemoroid atau askep hemoroid. disini kami mencoba menuliskan askep hemoroid yang mungkin sanggup dijadikan acuan bagi teman sejawat sekalian dalam pembuatan kiprah perkuliahan maupun kiprah pekerjaan.

oke bagi teman - teman yang membutuhkan silahkan dibaca dan boleh copy askep hemoroid yang kami sediakan dibawah ini.


LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP HEMOROID

A. LATAR BELAKANG

Hemoroid merupakan penyakit yang umum terjadi. Pada usia sekitar 50 tahun, 50 % individu mengalami banyak sekali tipe hemoroid. Pasien dengan gangguan hemoroid mencari pertolongan medis terutama jawaban nyeri dan perdarahan rectal. Walaupun tidak mengancam jiwa, penyakit ini sanggup mengakibatkan perasaan yang sangat tidak nyaman.


B. TUJUAN

Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :

  1. Menjelaskan konsep hemoroid, klasifikasi, etiologi, dan patofisiologinya. 
  2. Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan hemoroid pre operasi, dan post operasi dengan pendekatan proses keperawatn yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

A. PENGERTIAN

Hemoroid yaitu varikositis jawaban dilatasi pleksus vena hemoroidalis interna ( Underwood, J.C.E; 1999 ).

Hemoroid yaitu vena yang berdilatasi dalam terusan anal ( Smeltzer Suzanne C; 2001 ).


B. ETIOLOGI

Beberapa faktor etiologi berdasarkan Sylvia Anderson P. (1994) yaitu sebagai berikut :

  1. Konstipasi/diare 
  2. Sering mengejan 
  3. Kongesti pelvia pada kehamilan 
  4. Pembesaran prostat 
  5. Fibroama uteri 
  6. Tumor rectum 
  7. Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal.

C. PATOFISIOLOGI

Hemoroid timbul jawaban kongesti vena yang disebabkan gangguan balik dari vena hemoroidalis Hemoroid ada dua jenis yaitu hemoroid interna dan eksterna.

Hemoroid interna terjadi varises pada vena hemoroidalis superior media dan timbul disebelah dalam otot spingter ani. Hemoroid eksterna terjadi varises pada vena hemoroidalis inferior, dan timbul disebelah luar otot spingter ani.

Hemoroid eksterna ada dua pembagian terstruktur mengenai yaitu akut dan kronik. Bentuk akut berupa pembengkakan lingkaran kebiruan pada pinggir anus dan bekerjsama merupakan hematoma, walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis akut. Bentuk terasa sangat nyeri gatal lantaran ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemoroid eksterna kronik (skin tag) berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah. Hemoroid interna diklasifikasikan sebagai derajat I, II, dan III.

Hemoroid interna derajat I tidak menonjol melalui anus dan sanggup ditemukan dengan proktoskopi. Lesi biasanya terletak pada posterior kanan dan kiri dan anterior kanan, mengikuti penyebaran cabang-cabang vena hemoroidalis superior, dan tampak sebagai pembengkakan globular kemerahan. Hemoroid interior derajat II sanggup mengalami prolapsus melalui anus sesudah defekasi, hemoroid ini sanggup mengecil secara impulsif atau sanggup direduksi secara manual. Hemoroid interna derajat III mengalami prolapsus secara permanen. Gejala hemoroid interna yang paling sering yaitu perdarahan tanpa nyeri lantaran tidak ada serabut-serabut nyeri pada kawasan ini. Kebanyakan kasus hemoroid yaitu hemoroid adonan interna dan eksterna.

Komplikasi hemoroid yang paling sering yaitu perdaraha, trombosis, dan stranggulasi. Hemoroid yang mengalami stranggulasi yaitu hemoroid yang mengalami prolapsus dimana suplai darah dihalangi oleh sfingter ani.

Kebanyakan penderita hemoroid tidak memerlukan pembedahan. Pengobatan berupa kompres duduk atau bentuk pemanasan lembap lain, dan penggunaan supositoria. Eksisi bedah sanggup dilakukan jikalau perdarahan menetap, terjadi prolapsus, atau pruritus dan nyeri anus tidak sanggup diatasi.

Pathway.

 Untuk meddowload askep hemoroid lengkap silahkan klik  √ Asuhan Keperawatan (Askep) Pada pasien dengan Keluhan Hemoroid
Pathway Hemoroid

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HEMOROID

D. PENGKAJIAN

1. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan diambil untuk menentukan adanya rasa gatal, rasa terbakar, dan nyeri beserta karakteristiknya. Apakah terjadi selama defekasi ?, Berapa usang nyeri tersebut ? adakah nyeri abdomen yang berafiliasi dengan hal itu ?, Apakah terdapat perdarahan dari rectum ?, Seberapa banyak ?, Seberapa sering ?, Apakah warnanya ?, Adakah cairan lain ibarat mucus atau pus ?, Pertanyaan lain berhubung dengan contoh eliminasi dan penggunaan laksatif, riwayat diet, masukan serat, jumlah latihan, tingkat aktifitas, dan pekerjaan.

2. Pengkajian Objektif

Pengkajian objektif meliputi menginspeksi feses akan adanya darah atau mucus, dan area perineal akan adanya hemoroid, fisura, iritasi, atau pus.


E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan pengkajian, diagnosa keperawatan yang utama yaitu sebagai berikut :

  1. Konstipasi berafiliasi dengan mengabaikan dorongan untuk defekasi jawaban nyeri selama defekasi. 
  2. Ansietas berafiliasi dengan planning pembedahan. 
  3. Nyeri berafiliasi dengan iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada area rectal/anal sekunder jawaban penyakit hemoroid dan spasme sfingter pada pasca operatif. 
  4. Perubahan eliminasi urinarius berafiliasi dengan rasa takut nyeri pada pasca operatif. 
  5. Risiko ketidakefektifan penatalaksanaan agenda terapeutik. 
Masalah kolaboratif yang mungkin muncul yaitu Potensial Komplikasi (PK) hemoragi.



F. PERENCANAAN

1. Tujuan

Tujuan utama yaitu sebagai berikut :

  • Menghilangkan konstipasi 
  • Menurunkan ansietas 
  • Menghilangan nyeri 
  • Meningkatkan eliminasi urinarius 
  • Klien patuh dengan agenda terapeutik 
  • Mencegah terjadinya komplikasi 
2. Intervensi Keperawatan

  • Menghilangkan Konstipasi 
  1. Masukan cairan sedikitnya 2 liter sehari untuk menawarkan hidrasi yang adekuat. 
  2. Anjurkan makan tinggi serat untuk melancarkan defekasi. 
  3. Berikan laksatif sesuai resep. 
  4. Pasien dianjurkan untuk miring guna merangsang usus dan merangsang harapan defekasi sebisa mungkin. 
  5. Menganjurkan pasien untuk latihan relaksasi sebelum defekasi akan membantu merilekskan otot-otot perineal abdomenyang kemungkinan berkonstriksi atau mengalami spasme abdomen. 
  • Menurunkan Ansietas 
  1. Identifikasi kebutuhan psikologis khusus dan planning asuhan yang bersifat individu. 
  2. Berikan privasi dengan membatasi pengunjung jikalau pasien menginginkannya. 
  3. Pertahankan privasi klien ketika menawarkan tindakan keperawatan. 
  4. Berikan pengharum ruangan jikalau balutan berbau menyengat. 
  • Menghilangkan Nyeri 
  1. Dorong klien untuk menentukan posisi nyaman. 
  2. Berikan alas flotasi dibawah bokong pada ketika duduk sanggup membantu menurunkan nyeri. 
  3. Berikan salep analgesik sesuai resep untuk menurunkan nyeri. 
  4. Berikan kompres hangat untuk meningkatkan sirkulasi dan meringankan jaringan yang teriritasi. 
  5. Berikan rendaman duduk tiga atau empat kali sehari untuk menghilangkan rasa sakit dan nyeri dengan merelakskan spasme sfingter. 
  6. Berikan distributor anaestetik topical sesuai resep untuk menghilangkan iritasi local dan rasa sakit. 
  7. Anjurkan klien melaksanakan posisi telungkup dengan interval tertentu untuk meningkatkan drainase dependen cairan edema. 
  • Meningkatkan Eliminasi Urinarius 
  1. Tingkatkan masukan cairan 
  2. Bantu klien untuk mendengarkan pemikiran air 
  3. Bantu klien meneteskan air diatas meatus urinarius 
  4. Lakukan pemasangan kateter 
  5. Pantau haluaran urin dengan cermat sesudah pembedahan. 
  • Pemantauan dan Pelaksanaan Komplikasi 
  1. Periksa dengan sering kawasan operasi terhadap munculnya perdarahan rectal. 
  2. Kaji indicator sistemik perdarahan berlebihan (takikardia, hipotensi, gelisah, haus). 
  3. Hindari derma panas lembap lantaran sanggup mengakibatkan dilatasi dan perdarahan. 
  • Pendidikan pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah. 
  1. Instruksikan klien untuk mempertahankan kebersihan area perianal.
  2. Dorong pasien untuk berespon dengan cepat ketika dorongan defekasi muncul, untuk mencegah konstipasi. 
  3. Instruksikan klien untuk diet tinggi cairan dan serat. 
  4. Pasien diinformasikan untuk diet yang ditentukan, laksatif yang sanggup dipakai dengan aman, dan pentingnya latihan. 
  5. Dorong klien untuk ambulasi sesgera mungkin, anjurkan latihan tingkat sedang. 
  6. Ajarkan cara melaksanakan rendam duduk pada klien setiap sesudah defgekasi selama 1 hingga 2 ahad sesudah pembedahan.

G. EVALUASI

Hasil yang dibutuhkan yaitu sebagai berikut :

  • Mendapatkan contoh eliminasi normal. 
  1. Menyusun waktu untuk defekasi, biasanya sesudah makan atau sesudah tidur. 
  2. Berespon terhadap dorongan untuk defekasi dan menyediakan waktu untuk duduk ditoilet dan mencoba untuk defekasi. 
  3. Menggunakan latihan relaksasi sesuai kebutuhan. 
  4. Menambah makanan tinggi serat pada diet. 
  5. Meningkatkan masukan cairan hingga 2 L/24 jam. 
  6. Melaporkan penurunan ketidaknyamanan pada abdomen. 
  • Mengalami sedikit ansietas. 
  • Mengalami nyeri sedikit. 
  1. Mengubah posisi badan dan aktifitas untuk meminimalkan nyeri dan ketidaknyamanan. Menyusun waktu untuk defekasi, biasanya sesudah makan atau pada waktu tidur. 
  2. Menepapkan kompres hangat/dingin pada area rectal / anal. 
  3. Melakukan rendam duduk 3 atau 4 kali sehari. 
  • Mentaati agenda terapeutik. 
  1. Mempertahankan area perianal kering. 
  2. Mengalami feses lunak dan berbentuk secara teratur. 
  • Bebas dari duduk kasus perdarahan 
  1. Insisi bersih 
  2. Menunjukkan tanda vital normal 
  3. Menunjukkan tidak ada tanda hemoragi.

H. PENUTUP

Asuhan keperawatan klien dengan hemoroid dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Proses keperawatan tersebut dilakukan secara siklik ( kembali ke tahap awal selama duduk kasus klien belum teratasi). Prinsip penatalaksanaan keperawatan klien dengan hemoroid adalah: Menghilangkan konstipasi; menurunkan ansietas; menghilangan nyeri; meningkatkan eliminasi urinarius; klien patuh dengan agenda terapeutik; mencegah terjadinya komplikasi.


I. DAFTAR PUSTAK

  • Smeltzer Suzanne C., Bare Brenda G.; ( 2001 ); Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth; edisi 8; alih bahasa; Monica Ester, et al; Jakarta; EGC
  • Price Sylvia A., Wilson Lorraine M.;( 1994 );Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit; jilid 1; edisi 8; alih bahasa; Peter Anugerah, Jakarta, EGC
  • Carpenito Lynda Juall; ( 1997 ); Diagnosa Keperawatan Buku Saku; edisi 6; alih bahasa; Yasmin Asih; Jakarta; EGC
  • Robbins, Stanley L;(1995); Buku Ajar Patologi II (Basic Pathology); alih bahasa, staf pengajar laboratorium patologi anatomi FK UNAIR; Jakarta; EGC
  • Underwood, J.C.E; (1999) Patologi Umum dan Sistematik; vol.2; ed.2; editor edisi bahasa Indonesia, Sarjadi dkk; Jakarta; EGC


Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com