Aku mau menceritakan gimana hecticnya saat –saat mengikuti ujian Seleksi masuk UI tahun 2015 periode I. impian untuk melanjutkan sekolah risikonya di depan mata, saya menetapkan untuk melanjutkan S2 dibidang Pendidikan Kedokteran. Ya… walau gres kenal dengan jurusan ini, dan melihat lebih dalam lagi ke diri sendiri, saya merasa cocok dengan jurusan ini. Dan menetapkan untuk menentukan kuliah di UI. Informasi mengenai jurusan ini juga masih minim, belum banyak orang-orang berbagi, perihal jurusan ini. Kalo tertarik boleh cari linknya di FK UI pascasarjananya.
Ujian tulisnya dijadwalkan pada 12 April 2015, dan sebelum itu saya dan teman-teman juga udah punya akad untuk menghadiri pernikahan sahabat kita di Dumai. Dan dimulailah kegalauan itu. Ga pergi, kapan lagi dapat ngumpul. Kalo pergi, mikirin gimana capeknya, perjalanannya, alasannya yaitu ini kali pertama saya ke Dumai. Setelah tanya sana sini, dan diberi masukan sama teman-teman, risikonya saya menetapkan untuk ke Dumai dulu tgl 9 April. Perjalanan cukup jauh dengan 12 jam perjalanan, risikonya aku, amak n incil, nyampe jga di Dumai. Nyampe di Dumai, Silkhe yang punya hajatan eksklusif jemput, nyampe disini Alhamdulillah lancar. Tgl 11 yaitu hari pernikahan sekaligus resepsi Cike dan juga sekaligus saya harus berangkat ke Jakarta. Nikah yang tadinya dijadwalkan jam 8.00 WIB, itu gres selesai makeupnya cike, sempat foto, kemudian pamit dan berangkat menuju Kota Pekanbaru tepatnya ke bandaranya. Sebenarnya ada bandara juga di Dumai tapi ga ada flight ke Jakarta hari itu, risikonya harus ke Pekanbaru. Perjalanan dari Dumai –Pekanbaru tolong-menolong dekat, 4-5 jam, akan tetapi ada macet plus travel dari Dumai ternyata juga merupakan travel dari Duri, jadi kecepatan kendaraan beroda empat dari Dumai ke Duri hanya berkisar 40km/jam, pelan, ditambah macet, dan asumsi supir yang meleset, sehingga nyampe bandara pas-pasan. Langsung check in dan eksklusif masuk ruang tunggu. Oia sampe lupa, alasannya yaitu paginya masih menghadiri ijab kabul cike, jading sampe bandara masih pake gaun bridesmaid. Di ruang tunggu, saya nyari toilet buat ganti baju, sekaligus menjamakkan sholat. Selesai sholat, mau nyantai di ruang tunggu, eh ternyata sudah panggilan kedua untuk pesawat Batik, jadi eksklusif aja ke pesawatnya. Di sini gres dapat napas agak lega.
Aku naik Batik, katanya satu perusahaan sama Lion, tapi yang in ga ngaret dan ga ada delaynya. Semoga. Kalo dibandingkan dengan Lion sih bedanya cuma ada tv menyerupai di Garuda, trus juga dikasih makan pas di pesawat, kalo yang lain sama aja, kursinya juga tidak begitu nyaman. Trus kalo mau dengar musik, earphone ga disediakan, alias kita harus beli. Tapi earphonenya biasa kok colokannya, sehingga kalo make punya sendiri masih dapat kedengaran. Tapi apa kena tegur atau ga, yaa ga tau deh.
Landing di Soekarno Hatta jam 17.39, perjalanan dari Pekanbaru-Jakarta sekitar 1 jam 50 menit. Ambil bagasi, trus naik bis Sinar Jaya, untuk menuju Cibubur, rumah om. Capek pasti, walau ga paham daerah, tapi kantuk ga dapat ditahan, jadi selama perjalanan ketiduran 20 menit, kemudian berusaha untuk nahan kantuk. Nyampe di Tol Cibubur, saya telpon tante yang akan menjemput, diminta turun depan Rafless. Ga usang tante tiba jemput. Langsung diajakin cari makan, eh kita maah lupa kalo hari itu yaitu Malam Minggu, alhasil jalan 200 meter disambut macet, ya makin usang ini istirahatnya. Padahal besok jam 7.00 Wib harus sudah ada di UI. Akhirnya kita ga jadi makan, nyari makanyya risikonya di restoran Jepang depan Rafles, untuk makanannya lumayanlah. Yang penting ga kelaparan dulu. Bersih-bersih dan sholat, siap—siap istirahat.
Besoknya jam 4.00 saya bangun. Karena abis subuh harus berangkat, kalo ga mau kena macet. Jadilah dengan mata yang setengah mengantuk berangkat ke UI Depok diantarkan om dan tante. Nyampe di ui jam 06.05, termasuk cepat. Nyari gedung lokasi ujiannya di FISIP gedung H. ternyata saya ujian di lantai 3 setelah cek ruangan dimana saya ujian, turun ke bawah lagi. Niat hati mau nyari roti atau apalah, ternyata belum tiba yang jualan. Yang banyak yang jualan papan alas, pensil, penghapus rautan. (untuk papan ga usah beli ya, alasannya yaitu ga boleh di pake juga, termasuk kotak pensilnya). Kaprikornus siapin dulu semua dari rumah, dapat ditulis di gosip program kalo kita ga ikutin aturan, alasannya yaitu kata pengawasnya sehabis peringatan awal ga akan ditegur lagi tapi eksklusif ditulis. Untuk alat tulis, boleh dibawa dengan plastik transparan, ga boleh juga bawa kotak pensil, jam tangan dan juga jaket.
Jam 7.00 kita gres boleh masuk ruangan masing-masing, satu ruangan sekitar 50 orang. 30 menit pertama pengawas menjelaskan hukum dalam pengerjaan soa TPA, dilanjutkan dengan pengisian data. Selanjutnya jam 7.30 ujian dimulai. Tes TPA ini terdiri dari 3 bagian, bab pertama tes lisan alokasi waktu 40 menit, selanjutnya tes kognitif dengan alokasi waktu 50 menit, dan yang terakhir yaitu budi sehat nalar dengan waktu 30 menit. Kaprikornus mengerjakannya ga boleh lompat-lompat harus sesuai dengan intruksi. Karena ini kali pertamanya saya tes TPA tertulis dan gres tau kalo pengerjaannya harus dibagi menjadi 3 bagian, jikalau waktu pengerjaan tes lisan sudah selesai, kita harus lanjut untuk mengerjakan tes kognitif. Kaprikornus berpikirlah cepat dan tepat. Pada tes TPA Simak UI kabarnya ada sistem minusnya, tapi saya juga ga konfirmasi eksklusif pada panitia ujian.
Aku cukup kesulitan dalam pengerjaan di tes kognitif yang pada risikonya banya bolongnya biar tetap lulus ya Allah, Aamiin.
Setelah selesai Tes Potensial Akademik, ada jeda istirahat sekitar 45 menit sebelum dimulai tes bahasa inggris. Tes bahasa inggris nya terdiri dari 2 bab yaitu Grammar dan Reading. Pada tes ini bebas mau ngerjain yang mana dulu. Beda dengan TOEFL yang juga waktu pengerjaanya di tetapkan. Waktu ujiannya 90 menit.
Kelar ujian, lumaya lega biar hasilnya memuaskan. Untuk batasan lulus skor TPA jujur sih ga tau.
Gitu deh perjalanannya, biar dapat berbagi.
Sumber http://mynewjornal.blogspot.com