Download Modul Analisis Model Pembelajaran di Sekolah Menengah kejuruan Sesuai Kurikulum 2013
Modul Analisis Model Pembelajaran di Sekolah Menengah kejuruan Sesuai Kurikulum 2013 hasil revisi ini diadaptasi dengan perubahan-perubahan yang ada pada Kurikulum 2013 Sekolah Menengah kejuruan Hasil Revisi, baik yang terkait dengan adanya perubahan substansi materi kurikulum maupun alasannya ialah adanya perubahan rangcang-bangun kurikulum yang mengintegrasikan nilai-nilai karakter, Kecakapan Berfikir Tingkat Tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS), dan kecakapan periode 21.
Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2016 ihwal Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia Indonesia, telah mendorong banyak pihak melaksanakan banyak sekali upaya untuk mewujudkan semangat yang dikandung dalam Inpres tersebut, yaitu meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan pada Sekolah Menengah kejuruan biar benar-benar menghasilkan lulusan yang berkualitas ibarat yang diharapkan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Ditjen Dikdasmen) sebagai pihak yang paling bertanggung-jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan pada SMK, merespon Inpres tersebut antara lain dengan menerbitkan Keputusan Dirjen Dikdasmen Nomor 4678/D/KEP/MK/2016 ihwal Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan (PMK), yang berisi ihwal jenis-jenis agenda pendidikan (Kompetensi Keahlian) yang diselenggarakan di Sekolah Menengah kejuruan menggantikan Spektrum Keahlian PMK yang berlaku sebelumnya. Penggantian spektrum tersebut didasarkan atas hasil studi dan kajian yang merekomendasikan perlu adanya perubahan beberapa jenis agenda pendidikan pada SMK.
Melengkapi perubahan tersebut telah pula diterbitkan Keputusan Dirjen Dikdasmen Nomor 130/D/KEP/KR/2017 ihwal Struktur Kurikulum Sekolah Menengah kejuruan dan Keputusan Dirjen Dikdasmen Nomor 330/D.D5/KEP/KR/2017 ihwal Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran pada SMK. Keputusan-keputusan tersebut mulai diberlakukan pada awal tahun pelajaran 2017/2018 dan biasa disebut sebagai Kurikulum 2013 Sekolah Menengah kejuruan Hasil Revisi.
Implementasi Kurikulum 2013 Sekolah Menengah kejuruan Hasil Revisi diawali dengan kegiatan Bimbingan Teknis dan Pendampingan yang dilaksanakan secara berjenjang; Pertama, dilakukan Penyegaran Instruktur yang merupakan adonan dari Nara Sumber, Instruktur Nasional, dan Instruktur Provinsi secara Nasional; Kedua, dilakukan Penyegaran Instruktur Kabupaten/Kota/ Klaster (IK) di tiap-tiap provinsi; dan Ketiga, dilakukan Bimbingan Teknis dan Pendampingan eksklusif terhadap Guru Sasaran yang menerapkan eksklusif di sekolah. Bimbingan Teknis dan Pendampingan tersebut memakai Modul Bimtek dan Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 Sekolah Menengah kejuruan yang telah diadaptasi dengan Edisi Hasil Revisi.
Lahirnya Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 ihwal Penguatan Pendidikan Karakter semakin mempertegas ihwal karakteristik sumber daya insan yang ingin dihasilkan melalui sistem pendidikan, khususnya bagi Sekolah Menengah kejuruan yang lulusannya terutama disiapkan untuk memasuki dunia kerja. Penguasaan kompetensi teknis dan kepribadian (personality) yang diisi dengan nilai-nilai abjad positif sebagaimana yang diamanatkan pada Peraturan Presiden itu, merupakan prasyarat utama untuk memasuki dunia kerja ketika ini dan menjadi kunci sukses dalam mengarungi kehidupan masa depan. Modul Bimtek dan Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 Sekolah Menengah kejuruan Hasil Revisi ini telah dirancang dengan mengakibatkan nilai-nilai abjad sebagai cuilan yang tidak terpisahkan, mewarnai aspek-aspek pengembangan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, evaluasi hasil belajar, bahkan masuk dalam pertimbangan dalam menentukan daerah dan memrogramkan Praktik Kerja Lapangan (PKL) penerima didik. Harapannya biar penerima Bimtek dan Pendampingan, terutama para Guru Sasaran sanggup mengimplementasikan Kurikulum 2013 Sekolah Menengah kejuruan Hasil Revisi dengan dilandasi oleh semangat dan keyakinan akan pentingnya menanamkan (internalizing) perilaku dan nilai-nilai abjad pada penerima didik secara simultan.
ANALISIS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DI SMK
A. Konsep
1. Pembelajaran ialah proses interaksi antarpeserta didik, antara penerima didik dan pendidik, dan antara penerima dan sumber mencar ilmu lainnya pada suatu lingkungan mencar ilmu yang berlangsung secara edukatif, biar penerima didik sanggup membangun sikap, pengetahuan, dan keterampilan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selaras dengan itu pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi untuk mencapai perubahan tingkah laris sebagai hasil pengalaman belajar. Disebut secara edukatif, alasannya ialah pendidikan harus selalu mengandung nilai-nilai moral untuk membangun abjad pribadi penerima dididk.
Beberapa konsep pembelajaran yang sanggup dipakai sebagai sandaran dalam mengembangkan model pembelajaran di Sekolah Menengah kejuruan diantaranya:
• mengembangkan seluruh potensi penerima didik biar mempunyai wawasan kerja, keterampilan teknis bekerja, employability skills, dan melaksanakan transformasi diri terhadap perubahan tuntutan dunia kerja (Putu Sudira, 2016).
• “pendidikan kejuruan akan menjadi efisien bila pembelajarannya (peserta didik dilatih) dengan cara mengimitasi/mereplikasi lingkungan kerja semirip mungkin dengan yang terjadi di daerah pekerjaan yang sebenarnya” (Charles A. Prosser, 1950: 217). “Pembelajaran pada pendidikan kejuruan sanggup efektif kalau pembinaan dilakukan dengan cara yang sama ibarat di dunia kerja termasuk penggunaan peralatan dan mesin”, konsep ke dua dari Charles A. Prosser (1950: 218). “Pembelajaran pada pendidikan kejuruan akan efektif sesuai proporsinya kalau pembelajaran dilatihkan secara eksklusif dan secara individu pada penerima didik dalam kebiasaan berfikir dan diharapkan habit memanipulasinya dalam kompetensi keahlian itu sendiri”, konsep ke tiga dari Charles A. Prosser (1950: 220).
Pembelajaran dengan pereplikaan ibarat konsep di atas hampir ibarat dengan teaching factory atau production based trainning/ production based education and training, dan ini memungkinkan akan terbangun pembiasaan pada penerima didik sesuai tuntutan dunia kerja yang pada balasannya mereka mempunyai kesiapan untuk mendapat peluang dalam memasuki lapangan kerja yang sebenarnya.
Konsep pembelajaran periode 21 yakni model korelasi sain dan rekayasa yang dikembangkan oleh Bernie Trilling dan Charles Fadel (2009, disadur dari Putu Sudira). Pada konsep ini sain lebih menekankan pada metoda penyelidikan dan inovasi untuk menjelaskan gejala-gejala alam, sedangkan rekayasa dan teknologi memakai taktik perancangan dan inovasi solusi atas problematika kehidupan.
2. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran ialah proses pembelajaran yang dirancang secara khusus biar penerima didik secara aktif mengkonstruk konsep, prosedur, aturan atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik simpulan, dan mengomunikasikan.
3. Model pembelajaran ialah kerangka konseptual yang dipakai sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran yang disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan mencar ilmu yang menyangkut sintaksis, sistem sosial, prinsip reaksi dan sistem pendukung (Joice & Wells). Sedangkan berdasarkan Arends dalam Trianto, menyampaikan “model pembelajaran ialah suatu perencanaan atau suatu contoh yang dipakai sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas”.
Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus sebagai berikut.
a. Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pengembangnya. Model pembelajaran mempunyai teori berfikir yang masuk akal. Maksudnya para pencipta atau pengembang membuat model dengan mempertimbangkan teori dan kenyataan sebenarnya, serta tidak secara fiktif dalam membuat atau mengembangkannya.
b. Landasan pemikiran ihwal apa dan bagaimana penerima didik mencar ilmu (tujuan pembelajaran yang akan dicapai). Model pembelajaran mempunyai tujuan yang terperinci ihwal apa yang akan dicapai, termasuk di dalamnya apa dan bagaimana penerima didik mencar ilmu dengan baik serta cara memecahkan suatu masalah.
c. Tingkah laris mengajar yang diharapkan biar model tersebut sanggup dilaksanakan dengan berhasil. Model pembelajaran mempunyai tingkah laris mengajar yang diharapkan sehingga apa yang menjadi harapan mengajar sanggup berhasil dalam pelaksanaannya.
d. Lingkungan mencar ilmu yang diharapkan biar tujuan pembelajaran itu sanggup tercapai. Model pembelajaran mempunyai lingkungan mencar ilmu yang aman serta nyaman, sehingga suasana mencar ilmu sanggup menjadi salah satu aspek penunjang apa yang menjadi tujuan pembelajaran (Trianto, 2010).
B. Deskripsi
1. Prinsi-prinsip pembelajaran sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi PMK ialah sebagai berikut.
Prinsip umum (1) Pembelajaran sepanjang hayat; (2) Menerapkan pendekatan ilmiah; (3) Menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarsa sung tuladha), membangun kemauan (ing madya mangun karsa), dan mengembangkan kreativitas penerima didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); (4) Menerapkan pembelajaran secara terpadu dan tuntas (mastery learning); (5) Memperhatikan keseimbangan antara hard skills dan soft skills; (6) Menggunakan banyak sekali sumber belajar; (7) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi; (8) Menerapkan metode pembelajaran yang mendorong penerima didik lebih aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan serta mempertimbangkan karakteristik penerima didik; dan (9) Menerapkan taktik pembelajaran berbasis kompetensi dan model-model pembelajaran inkuiri, discovery learning, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis produk dan pembelajaran berbasis proyek.
Prinsip khusus (1) Menekankan pada keterampilan aplikatif; (2) Berlangsung di rumah, sekolah/madrasah dan masyarakat/ Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI); (3) Iklim mencar ilmu merupakan simulasi dari lingkungan kerja di DUDI; (4) Berdasarkan pekerjaan nyata, otentik dan sarat nilai melalui teaching factory untuk mendapat pembiasaan berpikir dan bekerja dengan kualitas ibarat di daerah kerja serta internalisasi nilai-nilai karakter; (5) Berdasarkan usul pasar kerja; (6) Melibatkan praktisi hebat yang berpengalaman di bidangnya untuk memperkuat pembelajaran dengan cara pembimbingan ketika praktik kerja lapangan dan PSG; dan (7) Menerapkan sistem penyelenggaraan pendidikan terbuka (Multi Entry-Multi Exit System/MEMES) dan Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL).
2. Karakteristik pembelajaran pada pendidikan kejuruan di adopsi dari Crunkilton (1984) sejalan dengan pernyataan Charles A. Prosser (1950:215), bahwa karakteristik pembelajaran pada pendidikan kejuruan secara proporsional hanya menyiapkan penerima didik secara konkret untuk melaksanakan pekerjaan, dengan memutuskan (establish) habit berfikir yang benar dan bekerja dengan sempurna melalui pembelajaran atau pembinaan yang berulang-ulang pada lingkup kompetensi keahlian yang dipelajarinya.
3. Perancangan pembelajaran di Sekolah Menengah kejuruan memperhatikan karakteristik pembelajaran pada pendidikan kejuruan sebagai berikut.
• diarahkan untuk mempersiapkan penerima didik memasuki lapangan kerja;
• didasarkan atas kebutuhan dunia kerja;
• ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, perilaku dan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh dunia kerja;
• Penilaian kesuksesan penerima didik harus pada “mind-on, heart-on, hands-on” atau cara cara pikir, sikap, dan keterampilan kerja di dunia perjuangan atau produksi;
• melibatkan dunia kerja sebagai kunci keberhasilan pendidikan kejuruan;
• responsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi;
• lebih ditekankan pada “learning by doing”;
• memerlukan akomodasi praktik sesuai dengan tuntutan dunia perjuangan dan industri.
4. Tujuan pembelajaran merupakan pernyataan kemampuan dari suatu keadaan yang ingin dicapai oleh penerima didik sebagai hasil dari pendidikan dan pelatihan. Agar tujuan pembelajaran di Sekolah Menengah kejuruan efektif, maka perumusannya sanggup memakai beberapa pertanyaan dasar yang berkaitan dengan pembelajaran yakni: “kemana kita akan pergi; bagaimana kita akan mencapainya; dan bagaimana mengetahui bahwa kita telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Mager, 1984:24)”. Secara umum tujuan pembelajaran di Sekolah Menengah kejuruan adalah: (1) Memahami persyaratan kompetensi kerja, (2) melaksanakan pekerjaan rutin, (3) menguasai mekanisme kerja sehari-hari, (4) menerapkan standar keamanan kerja, (5) meningkatkan produktivitas, (6) bisa bekerja dalam tim kolaboratif, (7) melek digital dan simbol-simbol dalam pekerjaan, (8) memperhatikan kualitas dan efisiensi, (9) menerapkan moral dan moralitas kerja sebagai pengamalan dari nilai-nilai karakter, (10) memahami perubahan nasional, dan (11) mempunyai jiwa kewirausahaan (dikembangkan dari Putu Sudira, 2016).
5. Proses pembelajaran berpendekatan saintifik mengacu pada pendekatan langkah berpikir saintifik, mengandung 5 (lima) langkah yang tidak selalu harus berurutan dan seluruhnya ada dalam satu kali pertemuan pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
a. Mengamati, yaitu kegiatan penerima didik mengidentifikasi melalui indera penglihat (membaca, menyimak), pembau, pendengar, lidah dan peraba pada waktu mengamati suatu obyek dengan ataupun tanpa alat bantu. Alternatif kegiatan mengamati antara lain observasi lingkungan, mengamati gambar, video, tabel dan grafik data, menganalisis peta, membaca banyak sekali informasi yang tersedia di media masa dan internet maupun sumber lain. Bentuk hasil mencar ilmu dari kegiatan mengamati ialah penerima didik sanggup mengidentifikasi masalah.
b. Menanya, yaitu kegiatan penerima didik mengungkapkan apa yang ingin diketahuinya baik yang berkenaan dengan suatu obyek, peristiwa, suatu proses tertentu. Dalam kegiatan menanya, penerima didik membuat pertanyaan secara individu atau kelompok ihwal apa yang belum diketahuinya. Peserta didik sanggup mengajukan pertanyaan kepada guru, nara sumber, penerima didik lainnya dan atau kepada diri sendiri dengan bimbingan guru, sampai penerima didik sanggup berdikari dan menjadi kebiasaan. Pertanyaan sanggup diajukan secara verbal dan goresan pena serta harus sanggup membangkitkan motivasi penerima didik untuk tetap aktif dan gembira. Bentuknya sanggup berupa kalimat pertanyaan dan kalimat hipotesis. Hasil mencar ilmu dari kegiatan menanya ialah penerima didik sanggup merumuskan dilema dan merumuskan hipotesis.
c. Mengumpulkan data, yaitu kegiatan penerima didik mencari informasi sebagai materi untuk dianalisis dan disimpulkan. Kegiatan mengumpulkan data sanggup dilakukan dengan cara membaca buku, mengumpulkan data sekunder, observasi lapangan, uji coba (eksperimen), wawancara, membuatkan kuesioner, dan lain-lain. Hasil mencar ilmu dari kegiatan mengumpulkan data ialah penerima didik sanggup menguji hipotesis.
d. Mengasosiasi, yaitu kegiatan penerima didik mengolah data dalam bentuk serangkaian acara fisik dan pikiran dengan tunjangan peralatan tertentu. Bentuk kegiatan mengolah data antara lain melaksanakan klasifikasi, pengurutan (sorting), menghitung, membagi, dan menyusun data dalam bentuk yang lebih informatif, serta menentukan sumber data sehingga lebih bermakna. Kegiatan penerima didik dalam mengolah data contohnya membuat tabel, grafik, bagan, peta konsep, menghitung, dan pemodelan. Selanjutnya penerima didik menganalisis data untuk membandingkan ataupun menentukan korelasi antara data yang telah diolahnya dengan teori yang ada sehingga sanggup ditarik simpulan dan atau ditemukannya prinsip dan konsep penting yang bermakna dalam menambah skema kognitif, meluaskan pengalaman, dan wawasan pengetahuannya. Hasil mencar ilmu dari kegiatan menalar/mengasosiasi ialah penerima didik sanggup menyimpulkan hasil kajian dari hipotesis.
e. Mengomunikasikan, yaitu kegiatan penerima didik mendeskripsikan dan memberikan hasil temuannya dari kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan dan mengolah data, serta mengasosiasi yang ditujukan kepada orang lain baik secara verbal maupun goresan pena dalam bentuk diagram, bagan, gambar, dan sejenisnya dengan tunjangan perangkat teknologi sederhana dan atau teknologi informasi dan komunikasi. Hasil mencar ilmu dari kegiatan mengomunikasikan ialah penerima didik sanggup memformulasikan dan mempertanggungjawabkan pembuktian hipotesis.
Selengkapnya, Modul Analisis Model Pembelajaran di Sekolah Menengah kejuruan Sesuai Kurikulum 2013 sanggup di-d0wnl0ad pada tautan berikut ini:
Download Modul Analisis Model Pembelajaran di Sekolah Menengah kejuruan Sesuai Kurikulum 2013 Sumber http://www.informasiguru.com