Sunday, June 16, 2019

√ Pola Obrolan 3 Orang Perihal Pendidikan Dalam Bahasa Indonesia

Sebelumnya, kita telah mengetahui beberapa contoh obrolan 3 orang yang ditampilkan secara singkat. Kali ini, kita juga akan mengetahui beberapa pola obrolan yang dilakukan 3 orang, di mana pola obrolan tersebut memiliki tema khusus di dalamnya, ialah pendidikan. Tema pendidikan sendiri sebelumnya sudah dijadikan tema di beberapa artikel, yakni contoh pantun pendidikan, contoh pidato wacana pendidikan, contoh karangan persuasi wacana pendidikan, contoh karangan narasi wacana pendidikan, contoh paragraf lantaran akhir wacana pendidikan, dan contoh paragraf analogi wacana pendidikan.


Untuk mengetahui menyerupai apa pola obrolan 3 orang wacana pendidikan, berikut ini ditampilkan satu pola diantaranya yang ditampilkan di bawah ini!


Contoh Dialog 3 Orang wacana Pendidikan



  • Revan: Han, nilai rapotmu semester ini berapa?

  • Farhan: Nih, kau lihat saja sendiri.


(Farhan pun menyodorkan rapot miliknya, dan Revan pun mendapatkan dan membuka rapot Farhan tersebut)



  • Revan: Wah, nilai rapotmu besar juga, Han. Nilai rapotku saja kalah jauh sama kamu.

  • Farhan: Oh, ya? Sini saya lihat nilai rapotmu.


(Revan pun menyerahkan rapotnya kepada Farhan)



  • Farhan: Wah, bila dilihat dari nilai rapotmu, kayaknya betul juga apa yang kau ucap tadi. Tapi, bila saya pikir-pikir, seprtinya nilai rapotmu kali ini jauh lebih kecil dibanding semester-semester sebelumnya, deh. 

  • Revan: Bukan kayaknya lagi, Han, tapi memang itu kenyataannya. Aku akui bila semester kini saya kurang fokus berguru lantaran terlalu fokus aktif di ekstrakulikuler sekolah.


(Tak berselang lama, Mukhlis yang merupakan teman dari Revan dan Farhan tiba dan menghampiri mereka berdua. Muklis pun kemudian ikut bercakap dengan kedua teman baiknya itu)



  • Mukhlis: Hei, Van, Han, kalian sedang membicarakan apa? Sepertinya menarik. Boleh saya ikut berbincang juga?

  • Farhan: Oh, ini, Khlis, kita tadi sedang membahas nilai rapot kita di semester ini.

  • Mukkhis: Oh, begitu. Boleh nggak kira-kira saya lihat nilai rapot kalian, itu pun bila kalian bawa rapo. Tapi kalau nggak, kalian sebutkan saja berapa nilai rapot kalian.


(Revan dan Farhan kemudian menyodorkan rapot mereka kepada Mukhlis, kemudian Mukhlis pun melihat nilai pada rapot kedua teman baiknya itu)



  • Mukhlis: Wah, nilai rapot kalian bagus-bagus ya. Nilai rapotku saja tidak sebesar nilai kalian.

  • Revan: Loh, memangnya kau sanggup nilai rapot berapa, Khlis?


(Mukhlis pun kemudian menyebutkan nilai rapotnya kepada Revan dan juga kepada Farhan)



  • Revan: Apa? Kamu nggak salah? Kenapa kau sanggup menerima nilai segitu? Perasaan nilai kau di semester-semester sebelumnya jauh lebih besar ketimbang nilai di semester sekaang.

  • Mukhlis: Ya, begitulah, kawan-kawan. Mungkin kalian kaget atau kecewa dengan nilai rapotku semester ini. Tapi, bila mau jujur, bergotong-royong saya sangat besar hati dengan nilai rapotku yang sekarang. Soalnya, nilai rapotku yang kini saya sanggup dengan hasil usahaku sendiri, bukan dengan menyontek menyerupai halnya semester-semester sebelumnya.

  • Farhan: Wah, saya tak sangka bila nilai-nilai kau yang dulu kau sanggup dari hasil menyontek. Tapi untungnya kau kini sudah sadar dan mau menerima nilai dengan cara yang lebih jujur. Tapi, bila boleh tahu, apa yang menciptakan kau berhenti menyontek dan tetapkan untuk berusaha denga lebih jujur?

  • Mukhlis: Duh, untuk soal itu saya belum sanggup saya ceritakan, soalnya akan terlalu panjang untuk diceritakan. Tapi, intinya, alasan utama saya berubah lantaran ada seseorang yang telah menasihatiku untuk bermetamorfosis lebih baik.


(Tak terasa, haripun kian mendekati malam, dan ketiganya pun memtuskan untuk pulang ke rumah masing-masing)


Demikianlah pola obrolan 3 orang wacana pendidikan dalam bahasa Indonesia. Semoga bermanfaat.



Sumber https://dosenbahasa.com