Kerjaaan Kalingga – Ho Ling yaitu sebutan lain dari Kerajaan Kalingga, menurut catatan dari Tiongkok. Kerajaan ini diperkirakan sudah berdiri semenjak masa ke-6 Masehi.
Wilayah kekuasaan kerajaan kalingga berada di Jawa Tengah, antara Jepara dan Pekalongan. Kalingga pun dianggap sebagai nenek moyang Kerajaan Mataram Kuno. Mari mengenal lebih bersahabat dengan Kerajaan Kalingga.
Daftar Isi Artikel
Sejarah Berdirinya Kerajaan Kalingga
Sejarah kerajaan ini diketahui dari sumber catatan sejarah manuskrip, prasasti, dongeng rakyat setempat, dan kronik sejarah Tiongkok. Ratu Shima merupakan ratu yang memimpin Kerajaan Kalingga. Catatan dari Tiongkok menjelaskan jikalau semenjak 674 hingga 732 Masehi, rakyat Kalingga diperintah oleh Ratu Shima.
Ratu ini dikenal sangat adil dan bijaksana. Karena itu kondisi kerajaan ini sangat tentram dan aman. Hukum ditegakkan tanpa pandang bulu. Seperti akan memotong tangan seseorang yang terbukti sudah mencuri. Rakyatnya dikenal sangat pandai dalam menciptakan bunga kelapa dan minuman keras. Komoditi kerajaan ini yaitu gading gajah, cula badak, kulit penyu, perak dan emas.
Letak Dan Wilayah Kekuasaan Kerajaan Kalingga
Dari catatan Tiongkok pula diungkapkan jikalau letak dan wilayah kekuasaan Kerajaan Kalingga kemungkinan berada di tempat Pekalongan dan Jepara ketika ini. Ibukotanya dikelilingi tembok yang dibangun dari tonggak kayu. Sang raja mendiami bangunan besar bertinggkat tinggi. Atapnya memakai palem, sedangkan singgasana sang raja dibentuk dari gading.
Jepara dikatakan sebagai sentra pemerintahan Kerajaan Kalingga, alasannya yaitu terdapat tempat berjulukan Keling. Sedangkan tempat Pekalongan dianggap sebagai wilayah kekuasaan Kalingga, lantaran kerajaan ini dibangun di Pekalongan yang merupakan tempat pelabuhan kuno. Bahkan nama kota ini juga terkait dengan nama Kalingga, yakni Pe-Kaling-an.
Silsilah Kerajaan Kalingga
Sosok Ratu Shima terkait erat dengan Kerajaan Galuh. Parwati, putri dari Maharani Shima menikah dengan Mandiminyak, putra mahkota dari Kerajaan Galuh. Pangeran ini pun alhasil naik tahta sebagai raja kedua Kerajaan Galuh. Shima memiliki cucu yang dikenal sebagai Sanaha. Cucunya ini lalu menikah dengan Bratasena, sang raja ketiga Kerajaan Galuh.
Bratasena dan Sanaha memiliki keturunan berjulukan Sanjaya. Kelak Sanjaya menjadi raja Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda. Dia memerintah kerajaan tersebut semenjak 723 hingga 732 Masehi. Ketika Ratu Shima meninggal dunia pada 732 Masehi, Ratu Sanjaya diangkat sebagai penggantinya. Sehingga ia memerintah Kerajaan Kalingga Utara. Kelak kerajaan ini dikenal sebagai Bumi Mataram. Selanjutnya terbentuklah Dinasti atau Wangsa Sanjaya di tempat Kerajaan Mataram Kuno.
Kerajaan Holing alhasil ditaklukkan oleh Kerajaan Sriwijaya pada tahun 752 Masehi. Kalingga dianggap sebagai salah satu bab jaringan perdagangan Hindu. Sama halnya dengan Tarumanagara dan Melayu yang lebih dulu dikuasai oleh Sriwijaya. Tiga kerajaan itu memang dianggap sebagai pesaing berat dalam jaringan perniagaan Sriwijaya.
Masa Kejayaan Kerajaan Kalingga
Masa kejayaan Kerajaan Kalingga terjadi kala dipimpin oleh Ratu Shima semenjak 674 hingga 732 Masehi. Kejujuran dan keadilan sangat di junjung tinggi. Dengan penerapan aturan yang sangat tegas, ibarat memotong tangan bagi siapa saja yang terbukti mencuri.
Kaling di Jepara merupakan ibukota Kerajaan Kalingga. Kawasan ini dikenal sangat subur, sehingga rakyatnya banyak mengandalkan dunia pertanian sebagai mata pencahariannya. Bahkan perdagangan hasil buminya hingga ke negeri Tiongkok.
Masa Keruntuhan Kerajaan Kalingga
Sayangnya, masa kejayaan Kerajaan Kalingga tidak berlangsung lama. Sejak Ratu Shima meninggal dunia dan tahtanya dimiliki keturunannya, mulailah terjadi gejala kehancuran. Puncaknya kala terjadi serangan dari Kerajaan Sriwijaya. Jalur perniagaannya direbut, dan rakyat Kalingga harus mengungsi ke pedalaman Pulau Jawa.
Peningalan Kerajaan Kalingga
Bisa dikatakan catatan sejarah terkait Kerajaan Kalingga sangat terbatas. Catatan sejarah pengembara dari zaman Dinasti Tang dan I-Tsing menjadi acuan utamanya. Selain itu, para mahir juga mengungkap keberadaan kerajaan ini dari aneka macam peninggalan, ibarat prasasti, arca dan candi. Berikut ini sejumlah peninggalan yang bisa diidentifikasi.
1. Prasasti Tukmas
Prasasti tersebut dijumpai di Kecamatan Grabak, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Huruf Pallawa yang berbahasa Sanskerta tertera pada prasasti tersebut. Pahatan gambar juga terlihat pada prasasti tersebut. Peninggalan ini mengungkapkan jikalau terdapat sungai basah jernih di lereng Merapi. Aliran sungainya sangat ibarat dengan sungai Gangga yang ada di India.
Sejumlah gambar yang tertera pada prasasti tersebut yaitu bunga teratai, kelasangka, cakra, kendi, kapak dan trisula. Nah, dari prasasti ini nampak jikalau Kerajaan Kalingga ada hubungannya dengan kebudayaan agama Hindu yang berasal dari India. Memang inovasi prasasti ini relatif jauh dari ibukota Kalingga yang terletak di Jepara. Namun hal itu dianggap sebagai wilayah kekuasaan Kalingga yang sangat luas.
2. Prasasti Sojomerto
Kabupaten Batang menjadi wilayah inovasi prasasti ini. Sojomerto merupakan nama dusun dimana prasasti itu ditemukan. Huruf kawi dipakai pada peninggalan ini, tapi dengan memakai bahasa Melayu Kuno. Karena itu, diprediksi prasasti ini dibentuk di masa tujuh Masehi.
Prasasti ini menunjukan keadaan keluarga dari Kerajaan Kalingga. Dapunta Sailendra tertulis sebagai pendiri dari kerajaan tersebut. Sehingga dari inovasi ini disimpulkan jikalau pendiri dari Kerajaan Kalingga berasal dari keturunan Dinasti Sailendra, yang merupakan penguasa dari Kerajaan Mataram Kuno.
3. Prasasti Upit
Prasasti ini ditemukan di wilayah Desa Ngawen, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Penemuan ini menjelaskan adanya kampung upit, yang dibebaskan dari pajak atau daerah perdikan. Kebijakan ini atas anugerah Ratu Shima, sang penguasa Kalingga. Agar bisa dirawat dan dilestarikan, maka prasasti ini ditempatkan di Museum Purbakala yang berada di Prambanan, Klaten.
4. Candi Angin
Selain ketiga prasasti itu, Kerajaan Kalingga juga meninggalkan sejumlah bangunan berupa candi. Salah satunya yaitu Candi Angin. Bangunan kuno ini berada di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara. Penamaan candi ini lantaran letaknya sangat tinggi. Namun, meskipun terpaan angin begitu kencang yang berlangsung setiap hari, tapi bangunan candinya tetap kokoh dan tidak roboh.
Menurut para ahli, kemungkinan Candi Angin dibangun lebih dulu ketimbang Candi Borobudur. Hal ini disimpulkan dari analisa karbon. Candi ini diprediksi dibangun sebelum masuknya kebudayaan Hindu dan Budha melebur dengan kebudayaan masyarakat Jawa. Karena tidak terdapat ornamen Budha dan Hindu pada candi tersebut.
5, Candi Bubrah
Lokasi Candi Bubrah tidak jauh dari Candi Angin. Sebenarnya penamaan candi ini lantaran ketika ditemukan keadaan bangunannya sudah luluh lantak. Bubrah dalam Bahasa Jawa berarti hancur lebur. Kalau dilihat dari gaya bangunan dan arsitekturnya, maka candi tersebut diprediksi dibangun pada masa kesembilan Masehi. Karena menampilkan corak kebudayaan Budha.
Material yang dipakai dalam membangun candi ini berupa kerikil andesit. Ukuran candi ini berkisar 12 x 12 meter persegi. Sayangnya, ketika ditemukan bangunan ini hanya menyisakan reruntuhan dengan tinggi hanya berkisar dua meteran saja.
Nah, inilah sekilas sejarah terkait dengan Kerajaan Kalingga. Berbagai peninggalan kerajaan ini sudah pastinya tetap dijaga dengan baik. Sehingga generasi muda tetap bisa mengenal dan mempelajari keberadaan Kerajaan Kalingga.
Sumber https://salamadian.com