Definisi Mekanisme Pertahanan Spesifik & Pembagiannya – Mekanisme pertahanan spesifik merupakan jenis cara pertahanan yang dijalankan oleh sel limfosit tanpa derma komponen sistem imun lainnya mirip halnya makrofag dan komplemen. Jika dipandang dari segi caranya diperoleh maka prosedur pertahanan spesifik dikenal juga dengan respon imun. Adapun untuk imunitas spesifik hanya ditunjukkan dengan antigen khusus yakni antigen yang akan sama seiring berjalannya proses. Berikut ini akan dijelaskan mengenai prosedur pertahanan spesifik dan pembagiannya lebih rinci.
1. Imunitas Selular
Imunitas selular merupakan imunitas yang dijalankan oleh adanya limfosit T tanpa derma dari komponen sistem imun dari yang lainnya. Adapun limfosit T itu sendiri ialah suatu jenis limfosit yang berasal dari sel pluripotensial dimana pada masa embrionya sanggup ditemui ibarat Yolk sack dalam organ hati, limfa, dan sumsung tulang bawang. Sel pluripotensial akan mengalami perkembangan menjadi limfosit T sehingga membutuhkan lingkungan timus untuk di rombak menjadi limfosit T matur. Sel prekusor yang terdapat di dalam timus akan memperlihatkan molekul khusus pada permukaan membran yang merupakan bakal menjadi ciri limfosit T.
Adapun molekul yang berada di atas permukaan membran disebut sebagai petanda permukaan atau surface marker. Selain itu, sanggup diprediksi oleh antibodi monoklonal atau sebutan WHO dikenal dengan istilah CD (Cluster of differentiation). Pada umumnya limfosit T yang bergerak meninggalkan timus akan memasuki darah perifer yang tersusun atas limfosit T. Dengan petanda permukaan oleh suatu molekul CD4 dan limfosit T petanda permukaan molekul CD8. Pada jenis sel limfosit CD4 secara umum dinamakan sel T4 serta untuk sel limfosit CD8 dinamakan sel T8 dengan syarat apabila antibodi monoklonal yang dipakai merupakan ekskresi dari Coulter Elektronics.
Selain sanggup memperlihatkan petanda pada permukaan perlu diketahui bahwa di dalam timus juga sanggup berlangsung tahap penataan ulang suatu gen, dimana nantinya akan menghasilkan molekul yang dijadikan sebagai materi reseptor antigen dai suatu sel limfosit T. Dengan demikian pada dikala sesudah meninggalkan timus, untuk masing-masing limfosit T telah memperlihatkan reseptornya terhadap antigen diri. Secara umum kejadian ini dilewati dengan suatu proses pengguguran dalam timus, sehingga untuk limfosit yang keluar dari timus tidak sanggup mengalami reaksi terhadap antigen diri. Jika ditinjau dari fungsionalnya, maka sel limfosit T dikelompokkan menjadi limfosit T regulator dan limfosit T efektor.
Adapun untuk limfosit T regulator tersusun atas limfosit T penolong yang akan berperan dalam menolong meningkatkan keadaan aktif sel imunokompeten lainnya. Kemudian, limfosit T penekan akan menekan aktivasi sel imunokompeten lainnya kalau antigen sudah mulai mengalami eleminasi. Limfosit T efektor tersusun atas limfosit T sitotoksik yang merombak sel target, serta limfosit T yang berfungsi pada hipersensifitas lambat yang merangsang suatu sel radang berada di dalam area antigen.
style="display:inline-block;width:336px;height:280px"
data-ad-client="ca-pub-1973764693216878"
data-ad-slot="5881289326">
2. Pajanan antigen pada sel T
Secara umum antigen bersifat sangatlah tergantung pada sel T sehingga antigen akan siap mengaktifkan sel imunokompeten kalau memperoleh derma dari sel Th melewati zat yang di lepas oleh sel Th aktif. Sel T merupakan jenis antigen yang kompleks berupa bakteri, virus, dan antigen yang mempunyai sifat hapten. Kemudian, untuk antigen yang tidak tergantung terhadap sel T merupakan jenis antigen yang karakteristiknya sederhana dan pada umumnya mempunyai ukuran molekul lebih besar. Secara keseluruhan Limfosit Th gres akan mengetahui antigen kalau disandingkan dengan molekul produk MHC kelas II (Major Histocompatibility Complex) secara bersamaan.
MHC kelas II (Major Histocompatibility Complex) ialah molekul yang sanggup dijumpai dalam membran sel makrofag. Selanjutnya, sesudah di proses oleh makrofag, senyawa antigen disandingkan dengan molekul kelas II MHC terhadap sel Th. Dengan demikian sanggup terbentuklah suatu ikatan antara TCR dengan antigen. Adapun ikatan yang telah terbentuk tersebut mempunyai aneka macam rupa serta memunculkan aktivasi enzim di dalam sel limfosit T. Hal ini menyebabkan terjadinya transformasi blast, proliferasi, dan diferensiasi sampai berkembang menjadi sel Th aktif dan sel Tc memori.
Dengan keberadaan sel Th aktif tersebut bisa merangsang sel Tc untuk memahami antigen serta menjalankan tahap transformasi blast, proliferasi, dan diferensiasi sampai berkembang menjadi sel Tc memori dan sel Tc aktif yang akan siap melaksanakan lisis sel sasaran yang telah ditempati antigen. Tahap berikutnya sel Tc akan memahami antigen pada sel sasaran kalau saling berasosiasi dengan molekul MHC kelas I. Di samping itu, sel Th aktif juga bisa merangsang sel Td untuk melewati transport blast, proliferasi, dan diferensiasi sampai berkembang menjadi sel Td memori serta untuk sel Td yang aktif tersebut menjatuhkan limfokin yang sanggup mengambil makrofag dari daerah antigen.
3. Limfokin
Limfokin sanggup berperan dalam mengaktifkan makrofag dengan cara induksi pembentukan reseptor Fc dan C3B pada suatu permukaan makrofag. Dengan demikian sanggup mempermudah untuk mengamati antigen yang sudah berikatan terhadap antibodi dan seiring perjalanannya juga sanggup mempermudah fagositosis. Adapun kemampuan lainnya yakni limfokin bisa merangsang produksi dan sekresi dari aneka macam enzim dan metabolit oksigen yang mempunyai sifat bakterisid dan sitoksik kepada antigen. Misal, kuman dan benalu sehingga sanggup menambah daya perombakan antigen oleh suatu makrofag.
Sumber :
https://klinikalergionlinewordpress.com/2016/06/08/mekanisme-pertahanan-spesifik/
Sumber https://ruangseni.com