Sunday, October 29, 2017

√ Flora Hidroponik

Hidroponik
Hidroponik yaitu budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa memakai tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit daripada kebutuhan air pada budidaya dengan tanah. Hidroponik memakai air yang lebih efisien, jadi cocok diterapkan pada tempat yang mempunyai pasokan air yang terbatas.
Metode dasar[sunting | sunting sumber]
Dalam kajian bahasa, hidroponik berasal dari kata hydro yang berarti air dan ponos yang berarti kerja. Jadi, hidroponik mempunyai pengertian secara bebas teknik bercocok tanam dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman, atau dalam pengertian sehari-hari bercocok tanam tanpa tanah. Dari pengertian ini terlihat bahwa munculnya teknik bertanam secara hidroponik diawali oleh semakin tingginya perhatian insan akan pentingnya kebutuhan pupuk bagi tanaman.

Di mana pun tumbuhnya sebuah tumbuhan akan tetap sanggup tumbuh dengan baik apabila nutrisi (unsur hara) yang diperlukan selalu tercukupi. Dalam konteks ini fungsi dari tanah yaitu untuk penyangga tumbuhan dan air yang ada merupakan pelarut nutrisi, untuk kemudian sanggup diserap tanaman. Pola pikir inilah yang alhasil melahirkan teknik bertanam dengan hidroponik, di mana yang ditekankan yaitu pemenuhan kebutuhan nutrisi.

Sejarah[sunting | sunting sumber]
Pada mulanya, kegiatan membudidayakan tumbuhan yang daratan tanpa tanah ditulis pada buku Sylva Sylvarum oleh Francis Bacon dibentuk pada tahun 1627, dicetak setahun sehabis kematiannya. Teknik budidaya pada air menjadi penelitian yang terkenal sehabis itu. Pada tahun 1699, John Woodward menerbitkan percobaan budidaya air dengan spearmint. Ia menemukan bahwa tumbuhan dalam sumber-sumber air yang kurang murni tumbuh lebih baik dari tumbuhan dengan air murni.

Pada tahun 1842 telah disusun daftar sembilan elemen diyakini penting untuk pertumbuhan tanaman, dan inovasi dari jago botani Jerman Julius von Sachs dan Wilhelm Knop, pada tahun-tahun 1859-1865, memicu pengembangan teknik budidaya tanpa tanah.[1] Pertumbuhan tumbuhan darat tanpa tanah dengan larutan yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi mineral bagi tanaman. Dengan cepat menjadi standar penelitian dan teknik pembelajaran, dan masih banyak dipakai ketika ini. Sekarang, Solution culture dianggap sebagai jenis hidroponik tanpa media tanam inert, yang merupakan media tanam yang tidak menyediakan unsur hara.

Pada tahun 1929, William Frederick Gericke dari Universitas California di Berkeley mulai mempromosikan secara terbuka wacana Solution culture yang dipakai untuk menghasilkan tumbuhan pertanian.[2][3] Pada mulanya ia menyebutnya dengan istilah aquaculture (atau di Indonesia disebut budidaya perairan), namun kemudian mengetahui aquaculture telah diterapkan pada budidaya binatang air. Gericke membuat sensasi dengan menumbuhkan tomat yang menjalar setinggi duapuluh lima kaki, di halaman belakang rumahnya dengan larutan nutrien mineral selain tanah.[4] Berdasarkan analogi dengan sebutan Yunani kuno pada kebijaksanaan daya perairan, γεωπονικά,[5] ilmu budidaya bumi, Gericke membuat istilah hidroponik pada tahun 1937 (meskipun ia menegaskan bahwa istilah ini disarankan oleh WA Setchell, dari University of California) untuk budidaya tumbuhan pada air (dari Yunani Kuno ὕδωρ, air ; dan πόνος, tenaga[5]).[1]

Pada laporan Gericke, ia mengklaim bahwa hidroponik akan merevolusi pertanian tumbuhan dan memicu sejumlah besar undangan informasi lebih lanjut. Pengajuan Gericke ditolak oleh pihak universitas wacana penggunaan greenhouse dikampusnya untuk eksperimen alasannya skeptisme orang-orang manajemen kampus. dan ketika pihak Universitas berusaha memaksa ia untuk membeberkan resep nutrisi pertama yang dikembangkan di rumah, ia meminta tempat untuk rumah beling dan saatnya untuk memperbaikinya memakai akomodasi penelitian yang sesuai. Sementara alhasil ia diberikan tempat untuk greenhouse, Pihak Universitas menugaskan Hoagland dan Arnon untuk menyusun ulang formula Gericke, pada tahun 1940, sehabis meninggalkan jabatan akademik di iklim yang tidak menguntungkan secara politik, ia menerbitkan buku berjudul Complete Guide to Soil less Gardening.

Teknik hidroponik banyak dilakukan dalam skala kecil sebagai hobi di kalangan masyarakat Indonesia. Pemilihan jenis tumbuhan yang akan dibudidayakan untuk skala perjuangan komersial harus diperhatikan, alasannya tidak semua hasil pertanian bernilai ekonomis. Jenis tumbuhan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi untuk dibudidayakan di hidroponik yaitu:

Paprika
Tomat
Timun Jepang
Melon
Terong Jepang
Selada
Awal mula[sunting | sunting sumber]
Budidaya tanpa tanah[sunting | sunting sumber]
Pada awalnya Gericke mendefinisikan pertumbuhan tumbuhan hidroponik dengan larutan nutrien mineral. Hidroponik merupakan bab dari budidaya tanpa tanah. Banyak budidaya tanpa tanah namun dengan larutan untuk hidroponik.


Peneliti NASA (National Aeronautics and Space Administration) mengusut bawang dan selada hidroponik disebelah kirinya dan lobak di depannya
Tanaman yang tidak ditumbuhkan dengan cara pada umumnya, akan sanggup untuk tumbuh memakai sistem lingkungan yang sanggup dikendalikan menyerupai hidroponik. Tampaknya NASA juga memanfaatkan hidroponik pada kegiatan luar angkasanya. Ray Wheeler, spesialis fisiologi tumbuhan di Laboratorium Space Center Space Life Science, Kennedy, percaya bahwa hidroponik akan berkontribusi membuat kemajuan dalam perjalanan luar angkasa. Dia menyebutnya sebagai sistem bioregenerative life support.[6]

Berikut ini beberapa tumbuhan yang sudah lumrah ditanam dengan cara hidroponik
  • Selada. Daun selada dinilai menjadi salah satu pilihan terbaik kalau Anda ingin menanam sayuran dengan sistem hidroponik. Apalagi selada tidak membutuhkan perhatian yang telralu rumit biar sanggup tumbuh subur dan sanggup dipanen dengan cara hidroponik. Pada ketika bibit tumbuhan selada disemai, hanya dalam waktu kurang dari dua ahad bibit akan tumbuh dua daun. Barulah sehabis itu dipindahkan ke media tanam utama untuk dialiri air dan larutan nutrisi biar pertumbuhannya cepat. Pertumbuhannya cepat dan panennya juga cepat. Ketika bab luar daunnya dipotong, maka bab dalam akan tumbuh lagi dengan cepat untuk menggantikannya.
  • Sayuran Berdaun Hijau (bayam, kangkung, sawi ijo). Jenis tumbuhan hidroponik selanjutnya yaitu sayuran berdaun hijau. Sama halnya dengan tumbuhan selada, sebagian besar jenis sayuran yang daunnya hijau juga sanggup tumbuh dengan baik memakai sistem hidroponik. Beberapa jenis sayuran berdaun hijau yang sanggup Anda tanam dengan sistem hidroponik diantaranya bayam, kangkung, sawi, dan sebagainya. Akan tetapi Anda harus memperhatikan tumbuhan sayuran berdaun hijau tersebut biar tumbuhnya tidak terlalu besar, alasannya akan mengganggu sirkulasi udara. Lama untuk memanen sayuran berdaun hijau ini pun terbilang cepat, yaitu pada hari ke-26 hingga hari ke-29. Jika lebih dari 29 hari rasa sayurannya sanggup pahit.
  • Mentimun. juga menjadi salah satu jenis tumbuhan hidroponik yang paling banyak ditanam. Tetapi timun lebih membutuhkan perhatian ekstra ketimbang dua jenis tumbuhan sebelumnya. Lebih-lebih problem tempatnya, alasannya timun niscaya membutuhkan tempat yang lebih luas. Nah, kalau tahu demikian, tentu saja Anda sanggup menanam sendiri sayuran yang Anda butuhkan dan memanennya sendiri setiap beberapa ahad sekali. Dengan demikian Anda sanggup menghemat pengeluaran, bukan? Akan tetapi ada beberapa hal lagi yang perlu Anda perhatikan dalam perawatan beberapa jenis tumbuhan hidroponik tadi. Diantaranya yaitu cahaya matahari yang masuk dan diserap oleh tumbuhan dilarang terlalu berlebihan dan tidak disarankan cahaya matahari langsung. Nah, hal inilah yang membuat menanam tumbuhan secara hidroponik sama repotnya menyerupai merawat bayi. Ada banyak aspek yang harus diperhatikan dengan baik.
  • Disamping tumbuhan diatas berikut ini jenis tumbuhan yang sanggup dibudidayakaan untuk tumbuhan hidroponik Beberapa tumbuhan yang sering ditanam secara hidroponik, yaitu sayur-sayuran menyerupai kolam choy, brokoli, sawi, kailan, bayam, kangkung, tomat, bawang, bahkan strowbery, dll. Tanaman demikian sering menjadi pilihan utama kaum vegan/vegetarian yang sangat memperhatikan proses suatu tumbuhan apakah terdapat pembunuhan makhluk hidup, tercampur unsur kimiawi, konservasi lingkungan dan perjuangan penghijauan.

Kelebihan sistem hidroponik antara lain:
Penggunaan lahan lebih efisien
Tanaman berproduksi tanpa memakai tanah
Kuantitas dan kualitas produksi lebih tinggi dan lebih bersih
Penggunaan pupuk dan air lebih efisien
Pengendalian hama dan penyakit lebih mudah

Kekurangan sistem hidroponik antara lain:
Membutuhkan modal yang besar
Pada kultur substrat, kapisitas memegang air media substrat lebih kecil dari pada media tanah sehingga akan menjadikan pelayuan tumbuhan yang cepat dan stres yang serius.
Di Indonesia, hidroponik yang berkembang pertama kali yaitu hidroponik substrat, sehabis hidroponik substrat, hidroponik NFT (Nutrien Film Technique) mulai dikenal di Indonesia, kemudian berkembang pula hidroponik aeroponik yang memberdayakan udara.

Hidroponik Subtrat. Sistem hidroponik subtrat tidak memakai air sebagai media, tetapi memakai media padat (bukan tanah) yang sanggup menyerap atau menyediakan nutrisi, air, dan oksigen serta mendukung akar tumbuhan menyerupai halnya fungsi tanah. Bahan-bahan yang sanggup dipakai sebagai media tanam pada hidroponik metode subtrat yaitu arang sekam, pasir, kerikil, watu apung, cocopeat, rockwool, dan spons. Media-media tersebut harus steril, sanggup menyimpan air sementara, porous, dan bebas dari unsur hara. Media tersebut berfungsi sebagai tempat menyimpan air nutrisi sementara dan tempat tersebut berfungsi sebagai tempat berpijak akar. Sistem irigasi tetes dipakai untuk menyuplai kebutuhan unsur hara dari air nutrisi yang disiram ke tumbuhan menggunakan

Hidroponik NFT (Nutrien Film Technique). Kata “film“ dalam hidroponik nutrien film technique menunjukkan aliran air tipis. Hidroponik ini hanya memakai aliran air (nutrien) sebagai medianya. NFT merupakan model budidaya dengan meletakan akar tumbuhan pada lapisan air yang dangkal. Air tersebut tersirkulasi dan mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Perakaran sanggup berkembang di dalam larutan nutrisi alasannya disekeliling perakaran terdapat selapis larutan nutrisi, maka sistem ini dikenal dengan nama nutrien film technique.

Aeroponik. Aeroponik berasal dari kata aero yang berarti udara dan ponus yang berarti daya. Aeroponik sanggup diartikan dengan memberdayakan udara. Prinsip kerja dari aeroponik yaitu menyemburkan larutan hara dalam bentuk kabut hingga mengenai akar tanaman. Larutan hara tersebut akan diserap oleh akar tanaman. Tanaman pada sistem aeroponik ditanam dengan cara digantung sehingga akar tumbuhan menggantung di dalam suatu bak. Pangkal batang dimasukkan ke dalam helaian styrofoam yang telah dilubangi biar sanggup berdiri.
Tahapan Cara menanam hidroponik
1.      Penyemaian Benih
Semai benih pada tray atau wadah semai, gunakan benih yang tingkat germinasinya diatas 80%. Media semai yang baik dan umum dipakai yaitu rockwool. Rockwool sangat simpel alasannya mempunyai daya serap air yang tinggi dan steril. Jika benih telah remaja pindahan ke media tanam

Media Semai Rockwool



2.      Penyiapan media tanam
Gunakan media tanam yang poros sanggup adonan sekam bakar dan pasir kerikil, atau adonan rockwool dan pasir kerikil. Tempatkan media tanam pada wadah yang diinginkan menyerupai pot atau kaleng bekas.
3.      Pemberian Nutrisi
Gunakan nutrisi hidroponik yang tepat, dukungan nutrisi dalam  cara menanam hidroponik sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Anda sanggup meracik sendiri atau membeli nutrisi hidroponik di pasaran. Pemberian nutrisi sanggup dengan cara siram manual pagi dan sore hari, atau kalau anda ingin lebih simpel anda sanggup mencoba cara menanam hidroponik dengan sistem sumbu atau wick silahkan cek pada gambar. Sumbu (bisa dari kapas, sumbu kompor atau kain bekas)  akan mengalirkan nutrisi ke seluruh bab tanaman. Teknik wick ini yaitu salah satu teknik hidroponik sederhana.

Teknik Wick Hidroponik Sederhana

4.     Perawatan
Perawatan pada sistem hidropinik intinya tidak berbeda jauh dengan perawatan pada penanaman sistem konvensional menyerupai pemangkasan, pencucian gulma dll.


Sumber http://risalridwan.blogspot.com