Sunday, November 12, 2017

√ Sejarah Kerajaan Kalingga



Letak Kerajaan Kaling atauHoling, diperkirakan di Jawa Tengah. Nama Kaling berasal dari Kalingga, nama sebuah kerajaan di India Selatan. Sumbernya yaitu isu Cina yang menyebutkan bahwa kotanya dikelilingi dengan pagar kayu, rajanya beristana di rumah yang bertingkat, yang ditutup dengan atap, Orang-orangnya sudah arif tulis-menulis dan mengenal juga ilmu perbintangan
Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok) yaitu sebuah kerajaan bercorak Hindu yang muncul di Jawa Tengah sekitar kurun ke-6 masehi. Letak sentra kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di suatu tempat antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang. Sumber sejarah kerajaan ini masih belum terang dan kabur, kebanyakan diperoleh dari sumber catatan China, tradisi cerita setempat, dan naskah Carita Parahyangan yang disusun berabad-abad kemudian pada kurun ke-16 menyinggung secara singkat mengenai Ratu Shima dan kaitannya dengan Kerajaan Galuh. 
Kalingga telah ada pada kurun ke-6 Masehi dan keberadaannya diketahui dari sumber-sumber Tiongkok. Kerajaan ini pernah diperintah oleh Ratu Shima, yang dikenal mempunyai peraturan barang siapa yang mencuri, akan dipotong tangannya.

Yang sangat tampak bagi orang Cina ialah orang Kaling (Jawa), jika makan tidak menggunakan sendok atau garpu, melainkan dengan jarinya saja. Minuman kerasnya yang dibikin ialah air yang disadap dari tandan bunga kelapa (tuak).
Diberitakan pula bahwa dalam tahun 640 atau 648 M kerajaan Jawa mengirim utusan ke Cina. Pada tahun 666 M, dikatakan bahwa tanah Jawa diperintah oleh seorang raja wanita yakni dalam tahun 674 – 675 M, orang-orang Holing atau Kaling (Jawa) menobatkan raja wanita yang berjulukan Simo, dan memegang pemerintahannya dengan tegas dan bijaksana.
Pemerintahan dan Kehidupan Masyarakat
Dalam isu Cina disebut adanya raja atau Ratu Sima, yang memerintah pada tahun 674 M. Beliau populer sebagai raja yang tegas, jujur dan bijaksana. Hukum dilaksanakan dengan tegas, hal ini terbukti pada ketika raja Tache ingin menguji kejujuran rakyat Kaling. Diletakkanlah suatu pundi-pundi yang berisi uang dinar di suatu jalan. Sampai tiga tahun lamanya tidak ada yang berani mengambil.


Keadaan sosial dan ekonomi kerajaan Kaling
Mata pencaharian penduduknya sebagian besar bertani, alasannya yaitu wilayah Kaling dikatakan subur untuk pertanian. Perekonomian, sudah banyak penduduk yang melaksanakan perdagangan apalagi disebutkan ada hubungan dengan Cina.
Di Puncak Rahtawu (Gunung Muria) akrab dengan Kecamatan Keling, Jepara di sana terdapat empat arca batu, yaitu arca Batara Guru, Narada, Togog, dan Wisnu. Sampai kini belum ada yang sanggup memastikan bagaimana mengangkut arca tersebut ke puncak itu mengingat medan yang begitu berat. Pada tahun 1990, di seputar puncak tersebut, Prof Gunadi dan empat orang tenaga stafnya dari Balai Arkeologi Nasional Yogyakarta (kini Balai Arkeologi Yogyakarta) menemukanPrasasti Rahtawun. Selain empat arca, di daerah itu ada pula enam tempat pemujaan yang letaknya tersebar dari arah bawah sampai menjelang puncak. Masing-masing diberi nama (pewayangan) Bambang Sakri, Abiyoso, Jonggring Saloko, Sekutrem, Pandu Dewonoto, dan Kamunoyoso.
Kerajaan Kalingga
v  Keberadaan Kerajaan
Keberadaan Kerajaan Kalingga diketahui dari laporan bangsa China pada masa Dinasti Tang. Menurut laporan itu, pada pertengahan kurun ke-7 terdapat keajaan berjulukan Holing atau Kalingga di daerah Jawa Tengah.
Apabila melihat dari namanya, Kerajaan Kalingga kemungkinan didirikan oleh sekelompok orang India yang mengungsi dari sebelah timur India ke Nusantara.
·         Dugaan ini didasarkan pada laporan perihal penghancuran daerah Kalingga di India Raja Harsja. Orang Kalingga yang tersisa melarikan keluar negeri.
·         Laporan dari China itu mengungkapkan bahwa ibukota Kalingga dikelilingi oleh pagar kayu.
·         Penguasa Kalingga tinggal di sebuah istana bertinggat dua dan duduk diatas singgasana yang terbuat dari gading Kerajaan Kalingga kerap mengirim utusan untuk mempersembahkan upeti kepada Kaisar Cina.
·         Pada tahun 813, utusan Kalingga antara lain mempersembahkan empat budak dan burung kaktua dan bulu aneka warna yang disebut burung pin-chia.
·         Dikabarkan bahwa Kaisar Cina sangat senanng dengan utusan tersebut sehingga memberikanya gelar kehormatan.
v  Pemerintahan Ratu Shima
Penguasa Kalingga yang populer yaitu Ratu Sima, yang memerintah di selesai kurun ke-7. Sekalipun pemerintahanya sangat keras, Ratu Sima dikenal sebagai ratu yang adil dan bijaksana.
Ratu Shima yang mendidik rakyatnya semoga selalu berlaku jujur dan menindak keras kejahatan pencurian. Ia menerapkan eksekusi yang keras yaitu pemotongan tangan bagi siapa saja yang mencuri. Pada suatu ketika seorang raja dari seberang lautan mendengar mengenai kemashuran rakyat kerajaan Kalingga yang populer jujur dan taat hukum. Untuk mengujinya ia meletakkan sekantung uang emas di persimpangan jalan akrab pasar. Tak ada sorang pun rakyat Kalingga yang berani menyentuh apalagi mengambil barang yang bukan miliknya.
 Hingga tiga tahun kemudian kantung itu disentuh oleh putra mahkota dengan kakinya. Ratu Shima demi menjunjung aturan menjatuhkan eksekusi mati kepada putranya, dewan menteri memohon semoga Ratu mengampuni kesalahan putranya. Karena kaki sang pangeranlah yang menyentuh barang yang bukan miliknya, maka sang pangeran dijatuhi eksekusi dipotong kakinya.
v  Carita Parahyangan
Berasal dari kurun ke-16, putri Maharani Shima, Parwati, menikah dengan putera mahkota kerajaan Galuh yang berjulukan Mandiminyak, yang kemudian menjadi raja kedua dari Kerajaan Galuh.
Maharani Shima mempunyai cucu yang berjulukan Sahana yang menikah dengan raja ketiga dari Kerajaan Galuh, yaitu Brantasenawa. Sanaha dan Bratasenawa mempunyai anak yang berjulukan Sanjata yang kelak menjadi raja Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh (723-732 M).
Setelah Maharani Shima meninggal di tahun 732 M, Sanjaya menggantikan buyutnya dan menjadi raja Kerajaan Kalingga Utara yang kemudian disebut Bumi Mataram, dan kemudian mendirikan Dinasti/Wangsa Sanjaya di Kerajaan Mataram Kuno.
Kekuasaan di Jawa Barat diserahkannya kepada putranya dari Teja  kencana, yaitu Tamperan Barmawijaya alias Rakeyan Panaraban. Kemudian Raja Sanjaya menikahi Sudiwara puteri Dewasinga, Raja Kalingga Selatan atau Bumisambara, dan mempunyai putra yaitu Rakai Panangkara.
Pada kurun ke-5 muncul Kerajaan Ho- ling (atau Kalingga) yang diperkirakan terletak di utara Jawa Tengah. Keterangan perihal Kerajaan Ho-ling didapat dari prasasti dan catatan dari negeri Cina. Pada tahun 752, Kerajaan Ho-ling menjadi wilayah taklukan Sriwijaya dikarenakan kerajaan ini menjadi bab jaringan perdagangan Hindu, bersama Malayu dan Tarumanagara yang sebelumnya telah ditaklukan Sriwijaya. Ketiga kerajaan tersebut menjadi pesaing berpengaruh jaringan perdagangan Sriwijaya-Buddha.
v  Peninggalan
Prasasti peninggalan Kerajaan Kalingga adalah
1.     Prasasti Tukmas : Prasasti ini ditemukan di ditemukan di lereng barat Gunung Merapi, tepatnya di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang di Jawa Tengah. Prasasti bertuliskan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Prasasti menyebutkan perihal mata air yang higienis dan jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan Sungai Gangga di India. Pada prasasti itu ada gambar-gambar menyerupai trisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra dan bun ga teratai yang merupakan lambang keeratan hubungan insan dengan dewa-dewa Hindu.
2.     Prasasti Sojomerto : Prasasti Sojomerto ditemukan di Desa Sojomert  o, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuna dan berasal dari sekitar kurun ke-7 masehi. Prasasti ini bersifat keagamaan Siwais. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta Selendra, yaitu ayahnya berjulukan Santanu, ibunya berjulukan Bhadrawati, sedangkan istrinya berjulukan Sampula. Prof. Drs. Boechari beropini bahwa tokoh yang berjulukan Dapunta Selendra yaitu cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu.
Candi peninggalan Kerajaan Kalingga adalah
1.   Candi Angin : Candi Angin ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
2.   Candi Bubrah  : Candi Bubrah ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.

Kedua temuan prasasti ini memperlihatkan bahwa daerah pantai utara Jawa Tengah dahulu berkembang kerajaan yang bercorak Hindu Siwais. Catatan ini memperlihatkan kemungkinan adanya hubungan dengan Wangsa Sailendra atau kerajaan Medang yang berkembang kemudian di Jawa Tengah Selatan.

Sumber http://risalridwan.blogspot.com