Sunday, September 9, 2018

√ Pola Kisah Sudut Pandang Orang Pertama Sebagai Pelaku Utama

Salah satu di antara jenis-jenis sudut pandang dalam cerita yakni sudut pandang orang pertama sebagai [elaku utama. Dalam sudut pandang ini, si penulis menempatkan dirinya sebagai tokoh utama dalam kisah yang beliau buat sendiri. Penggunaan kata aku atau saya menjadi ciri khas utama sudut pandang ini.


Pada artikel kali ini, kita akan mengetahui menyerupai apa rujukan sebuah kisah yang memakai sudt pandang ini. Adapun rujukan tersebut yakni sebagai berikut ini!


Di Sebuah Halte


Seperti biasa, saya selalu menunggu di halte bus ini untuk menunggu dapat yang mengantarku pulang. Meski sekarang sudah ada kendaraan berbasis daring, saya masih tetap setia menaiki bus kota. Tak ada alasan spesifik mengapa saya masih suka menaiki bus kota. Kenyamanan. Mungkin itu yakni salah satu alasannya.


Seumur hidupku, saya tak pernah sekalipun naik bus kota bersama sahabat atau keluargaku. Teman-temanku semuanya sebagian sudah punya kendaraan sendiri, meski kendaraan yang mereka punya yakni derma orangtua mereka. Keluargaku juga sama. Mereka sudah punya kendaraan langsung masing-masing. Toh, kalau mereka malas naik kendaraan pribadi, mereka biasanya sering menaiki ojek daring.


Meski di halte dan bahkan di bus sesak oleh banyak orang, namun tak pernah sekalipun saya merasa di dalam keramian. Suasana di sekitarku memang bramai. Namun, jauh di sudut hatiku, saya merasa kesepian. Ingin rasanya saya punya sahabat yang dapat saya ajak bicara, entah di halte atau bahkan di bus.


Di tengah permenunganku, sesosok wanita duduk di sampingku. Aku ingin seakali menanyainya. Tapi saya takut, takut dikira saya ada niat jelek dengannya. Dan di tengah rasa takut itu, wanita itu justru berinisiatif mengenalkan dirinya padaku.


Namanya Gita. Dia seumuran denganku. Dia sedang menggu bus yang ternyata sejurusan denganku. Sebuah kebetulan? Ah, entahlah! Selepas perkenalan itu, kami pun berbincang-bincang secara intim. Banyak hal yang kami perbincangkan, mulai dari sekolah kami, hobi, hingga hal-hal yang menciptakan kami fobia.


“Wah, bus kita telah tiba,” ungkapnya tatkala sebuah bus berwarna biru bau tanah tiba menghampiri halte kami. Kami pun menaikki bus itu. Aku dan beliau duduk di sebelah kanan baris keempat. Setelah duduk, kami tak banyak berbincang. “Wah, gedung itu manis ya, kalau dilihat dari sini, ” ucapnya memulai pembicaraan. “Wah, iya juga ya,” timpalku.


Singkat cerita, kami pun hingga ke halte tujuan kami. “Aku pulang duluan ya,” ungkapnya dengan ramh kepaku. “Oke, hati-hati ya,” timpalku.


Setelah berpisah dengannya, hanya ada satu perasaan yang membuncah di dadaku: senang. Akhirnya, ada juga yang dapat kuajak berbincang, baik di halte maupun di bus.


Aku pun hingga di rumah. Tatkala saya memasuki ruang keluarga, saya melihat ayah sedang menonton isu di televisi. “Seorang gadis berusia 17 tahun tewas tertabrak sepeda motor dikala hendak menyeberangi Jalan Kenangan,” ujar reporter isu itu.


Tungu, Jalan Kenangan? Bukankah itu jalan yang akan dilalui Gita sesudah meniki bus tadi? Apakah gadis yang dimaksud reporter itu yakni Gita?


Semburat air mata pun mulai muncul di dua bola mataku.


Demikianlah rujukan kisah sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama. Jika pembaca ingin menambah wawasan soal cerita, maka pembaca dapat membuka artikel contoh cerrita singkat, contoh kisah alur maju, contoh kisah pengalaman pribadi, contoh kisah rakyat Bali, contoh kisah rakyat Aceh, dan contoh kisah rakyat Bengkulu. Terima kasih.



Sumber https://dosenbahasa.com