Thursday, April 4, 2019

√ 4 Pola Sinopsis Buku Nonfiksi Dalam Bahasa Indonesia

Sebelumnya, kita telah mengetahui beberapa pola resensi dari jenis-jenis karangan fiksi, menyerupai contoh sinopsis novel, contoh sinopsis antologi cerpen, dan contoh sinopsis buku kumpulan puisi. Kali ini, kita juga akan menampilkan beberapa pola sinopsis dari jenis karangan lainnya, yang mana pola sinopsis yang ditampilkan di artikel ini berasal dari buku nonfiksi yang termasuk ke dalam jenis-jenis prosa nonfiksi. Adapun beberapa pola sinopsis buku nonfiksi tersebut yaitu sebagai berikut!


Contoh 1:


Konon puisi yaitu mahkota bahasa. Puisi yaitu hasil yang dicapai bila seseorang bisa bermain-main dengan bahasanya. Apa yang ditulis penyair tidak serta-merta bisa diartikan secara harfiah. Gerimis bukan berarti hujan, dan bunga belum tentu berarti kembang. Kerap penyair bilang begini, tapi maksudnya begitu. Lalu bagaimana caranya bisa menikmati puisi dan menangkap pesan atau makna yang ingin disampaikan oleh penyair?


Buku ini bukan teori sastra tetapi semacam undangan dari Sapardi Djoko Damono untuk mengapresiasi puisi dengan pengenalan akan sejumlah alat kebahasaan yang dimanfaatkan penyair untuk memberikan sesuatu yang bisa saja berupa cerita, gagasan, sikap, suasana, dan sebagainya. Sejumlah alat atau kecerdikan bulus atau gaya yang biasa dipakai penyair dalam puisinya dijelaskan dengan menampilkan sejumlah contoh. Pemahaman atas alat-alat itu dibutuhkan bisa membantu tumbuhnya apresiasi puisi yang lebih baik.


(Sinopsis buku nonfiksi karya Sapardi Djoko Damono yang bertajuk Bilang Begini Maksudnya Begitu yang dinukil dari laman https://www.goodreads.com/book/show/23605292-bilang-begini-maksudnya-begitu)


Contoh 2:


Buku yang berisi pemikiran-pemikiran (alm.) Soe Hok Gie, mahasiswa jurusan sejarah FSUI. Disusun lewat pengumpulan karya-karya goresan pena Gie, baik di jurnal hariannya, maupun dari tulisan-tulisannya di koran nasional.


Menarik untuk dibaca, terlebih lagi penggambarannya sebagai mahasiswa pada kala orde lama, Gie sanggup membawa kita menyelami kehidupan rakyat Indonesia sekitar tahun 1960-an.


(Sinopsis buku nonfiksi Soe Hok Gie yang berjudul Catatan Seorang Demonstran yang dikutip dari laman https://www.goodreads.com/book/show/1488085.Catatan_Seorang_Demonstran)


Contoh 3:


Jurnalisme terikat oleh satu kendala, dari bisnis hingga politik, untuk menghadirkan dirinya, namun hambatan sastra hanyalah kejujurannya sendiri. Buku sastra bisa dibredel, tetapi kebenaran dan kesusasteraan menyatu bersama udara, tak tergugat dan tak terkalahkan.


(Sinopsis buku nonfiksi karya Seno Gumira Adjidarma yang betajuk Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara (Trilogi Insiden) yang dinukil dari laman https://www.goodreads.com/book/show/5360676-ketika-jurnalisme-dibungkam-sastra-harus-bicara)


Contoh 4:


Tulisan Mohammad Hatta, mantan wakil Presiden pertama RI ini pernah dimuat di majalah Pandji Masyarakat no. 22 1 Mei 1960 dan sempat dihentikan terbit disertai dengan larangan untuk membaca, menyiarkan, bahkan menyimpan majalah Pandji Masyarakat edisi tersebut. Buku ini memuat uraian yang jenius dari seorang bapak bangsa yang mengkhawatirkan jalannya pemerintahan sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden Sukarno 5 Juli 1959 dan diberlakukannya Keadaan Darurat dengan dibubarkannya Badan Konstituante yang bertugas menyusun Undang-Undang Dasar baru.


(Sinopsis buku nonfiksi karya Mohammad Hatta yang bertajuk Demokrasi Kita: Idealisme dan Realitas Serta Unsur yang Diperkuatnya yang dikutip dari https://www.goodreads.com/book/show/1431515.Demokrasi_Kita)


Demikianlah beberapa pola sinopsis buku nonfiksi dalam bahasa Indonesia. Jika pembaca ingin menambah wawasan mengenai beberapa pola goresan pena yang berafiliasi dengan buku nonfiksi, pembaca bisa membuka artikel cara menulis resensi buku, contoh resensi nonfiksi, struktur esai yang baik, serta artikel cara menciptakan esai yang benar. Semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan bagi para pembaca sekalian, baik itu mengenai sinopsis maupun bahasa Indonesia. Sekian dan juga terima kasih.



Sumber https://dosenbahasa.com