Kali ini aku ingin bercerita sedikit wacana pengalaman aku dalam menjahit kain berbahan stretch (kaos) terutama yang berbahan rayon spandeks, yah kira-kira hampir sekitar dua tahun yang lalu. Saya menyebutnya kain kaos saja ya, lantaran bagi istilah awam lebih gampang dikenal sebagai kain kaos lantaran identik dengan kain yang bersifat lentur dan lentur.
Awalnya aku sempat dibikin pusing tujuh keliling dengan si kain kaos ini. Sebagai seorang pemula, tadinya aku pikir sanggup dengan gampang menjahit materi apa saja sesuka hati menggunakan mesin jahit portable yang notabene mempunyai dinamo kecil. Malahan waktu itu sempat kepedean banget nih terima orderan jilbab hana dari customer online shop saya, yang waktu itu lagi animo lantaran digunakan salah seorang aktor utama di sebuah sinetron. Nah lantaran ketika itu di kawasan aku masih belum keluar jilbab model tersebut, balasannya tercetuslah wangsit untuk bikin sendiri. Karena selain sebelumnya memang sudah ngebet banget pengen bikin jilbab sendiri, sebenarnya model pashmina instan menyerupai itu sudah pernah muncul di pasaran namun dengan bahan, ukuran dan tambahan aksesoris yang berbeda. Orang-orang sih nyebutnya jilbab fatin, namun teladan jilbabnya sama persis dengan jilbab hana.
Tetapi pada ketika menjahit ternyata banyak sekali duduk kasus pun muncul. Selain sebentar-sebentar benangnya putus, kain rayon spandeks-nya lari-lari kesana kemari, dan hasil jahitan pun juga loncat-loncat. Nah lo, orderan udah diterima tapi bila jahitan kacau gimana? Hahaha, ini sih gegara terlalu semangat dapet orderan sambil bayangin suatu ketika bakal punya clothing line sendiri. :p
Ternyata menjahit kain kaos menggunakan mesin jahit portable memang ada triknya supaya jahitannya sanggup semulus dan serapi hasil jahitan mesin jahit industri (high speed) maupun overlock. Lihat di sini bagaimana tips dan trik untuk menjahit kain kaos menggunakan mesin jahit rumahan.
Awalnya aku sempat dibikin pusing tujuh keliling dengan si kain kaos ini. Sebagai seorang pemula, tadinya aku pikir sanggup dengan gampang menjahit materi apa saja sesuka hati menggunakan mesin jahit portable yang notabene mempunyai dinamo kecil. Malahan waktu itu sempat kepedean banget nih terima orderan jilbab hana dari customer online shop saya, yang waktu itu lagi animo lantaran digunakan salah seorang aktor utama di sebuah sinetron. Nah lantaran ketika itu di kawasan aku masih belum keluar jilbab model tersebut, balasannya tercetuslah wangsit untuk bikin sendiri. Karena selain sebelumnya memang sudah ngebet banget pengen bikin jilbab sendiri, sebenarnya model pashmina instan menyerupai itu sudah pernah muncul di pasaran namun dengan bahan, ukuran dan tambahan aksesoris yang berbeda. Orang-orang sih nyebutnya jilbab fatin, namun teladan jilbabnya sama persis dengan jilbab hana.
Tetapi pada ketika menjahit ternyata banyak sekali duduk kasus pun muncul. Selain sebentar-sebentar benangnya putus, kain rayon spandeks-nya lari-lari kesana kemari, dan hasil jahitan pun juga loncat-loncat. Nah lo, orderan udah diterima tapi bila jahitan kacau gimana? Hahaha, ini sih gegara terlalu semangat dapet orderan sambil bayangin suatu ketika bakal punya clothing line sendiri. :p
Permasalahan ketika menjahit kain kaos (rayon spandeks) |
Berdasarkan gosip yang aku dapat, cara mudah yang pertama dan tanpa harus membeli perlengkapan tambahan, yaitu menjahit dengan menggunakan ganjal kertas. Baiklah, lantaran kepepet orderan balasannya aku pakailah cara itu. Dan hasilnya tidak mengecewakan rapi, tapi kebayang banget kan menyerupai apa ribetnya. Karena sehabis dijahit, harus merobek kertasnya perlahan-lahan.
Untuk menciptakan pashmina instan berbahan kaos, kesulitan utama yaitu ketika menciptakan keliman tindas (double). Apalagi untuk kain berbahan rayon spandeks yang pecahan tiras-tirasnya terkadang melengkung/menggulung. Duh ya ampun motong kainnya aja udah dibikin susah apalagi ngejahitnya. Meskipun sudah coba disetrika tetapi tiras kain tetap menggulung. Akhirnya sempat aku akali dengan cara menciptakan keliman tindas(single) dengan tegangan jahitan yang renggang, hanya sebagai "jahitan santunan sementara" untuk menciptakan tiras kain supaya tidak melengkung dan gampang dijahit. Lalu aku tekuk lagi hingga menjadi keliman double, dan hasil jahitan mendekati tepat walaupun benang juga kadang kala suka putus di tengah jalan. Dan juga tetap ribet, lantaran hasil jahitan di keliman pertama tadi ya harus dilepas juga, walaupun hanya menarik benang jahitannya saja lantaran tegangan jahitannya yang renggang. Ternyata untuk menjahit keliman pada materi rayon spandeks yang kainnya super duper lentur itu memang ada triknya juga, kapan-kapan aku share tipsnya ya.
Namun duduk kasus masih berlanjut sehabis aku share jilbab buatan saya, tanpa disangka ternyata orderan jadi nambah. O'ouw, kesempatan ada di depan mata dan sayang banget bila hingga dilepas. Memang pada ketika itu aku jual dengan harga yang relatif murah lantaran pikir aku kan masih pemula, jahitan belum rapi pula. Yah hitung-hitung promo perkenalan juga sambil belajar. Tapi bila pakai cara di atas, kapan selesainya?
Suka sih orderan semakin bertambah, tapi gak berpengaruh ama ribetnya. Dari hasil pemeriksaan yang aku dapatkan, ternyata bule-bule di sana yang suka bikin DIY, mereka menggunakan jarum khusus untuk menjahit kain yang berbahan stretch yaitu ballpoint needle. Dan usaha masih berlanjut, lantaran keribetan yang aku alami gak cuma hingga di sini. Walaupun memang pada balasannya ballpoint needle ini yaitu final solution untuk menjahit kain kaos, tetapi untuk mendapat ballpoint needle di ketika itu, dimana banyak orang masih belum tahu, rasanya juga udah bikin tekanan darah naik kali ya. Apalagi orderan udah numpuk dan customernya maksa mau nungguin PO(pre order). Karena butuh cepat, maka aku tetapkan untuk mencari ballpoint needle di toko offline. Tapi yang ada bukannya sanggup barang yang dicari, malah sempat dijutekin juga loh ama si penjual yang sambil ngeyel bilang "emang ada jarum khusus untuk jahit kaos?".
Bagaimana dongeng aku hingga balasannya mendapat ballpoint needle, akan aku share di postingan berikutnya ya. Yah bersyukur saja, dengan duduk kasus yang ada kan pengalaman aku jadi bertambah walaupun hanya berguru otodidak. Gak ada duduk kasus ya gak berguru kan? :)