Tuesday, July 4, 2017

√ Cara Menilai Sekolah Bermutu

CARA MENILAI SEKOLAH


   Komponen Utama Penilaian Kinerja Sekolah
Dalam penilaian kinerja sekolah mempunyai komponen-komponen utama yang menjadi tolok ukur penilaian kinerja sekolah. Dalam penilaian kinerja sekolah focus penilaian tidak hanya terbatas pada aspek tertentu saja, melainkan meliputi banyak sekali aspek yang bersifat menyeluruh. Dengan demikian hasil yang diperoleh sanggup menggambarkan secara utuh kondisi kelayakan dan kinerja sekolah tersebut. Kinerja ini terutama ditinjau dari misi utamanya yakni mengatakan layanan pendidikan dalam rangka membangun generasi yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan sebagai bekal kehidupan di masa datang. Dengan demikian komponen-komponen penilaian juga harus meliputi aspek input sekolah, proses sekolah, dan output sekolah yang secara integratif saling kait mengkait satu sama lain, sehingga membangun kinerja baik secara individu maupun sekolah. Selanjutnya secara lengkap akan diuraikan komponen-kompoen tersebut sebagai berikut : 
a.    Komponen Input
                 Sebagaimana dikemukakan Philiph H. Coombs (2008), ada tiga jenis sumber utama input dari masyarakat bagi sistem pendidikan, yaitu:
1).Ilmu pengetahuan, tujuan-tujuan dan nilai-nilai yang berlaku di dalam   masyarakat.
2). Penduduk serta tenaga kerja yang tersedia.
3). Ekonomi atau penghasilan masyarakat.
Terhadap ketiga sumber utama input bagi sistem pendidikan tersebut, dilakukan seleksi menurut tujuan, kebutuhan, efisiensi dan relevansinya bagi pendidikan. Selain itu, seleksi dilakukan pula atas dasar nilai dan norma tertentu dengan alasan bahwa pendidikan bersifat normatif. Hasil seleksi tersebut selanjutnya diambil atau diterima sebagai input sistem pendidikan.
Input sistem pendidikan dibedakan dalam tiga jenis, yaitu:
1).  Input masukan (raw input): peserta didik.Komponen masukan (raw input), yaitu kualitas siswa yang akan mengikuti proses pendidikan. Kualitas tersebut sanggup berupa potensi kecerdasan, bakat, minat belajar, kepribadian siswa, dan sebagainya. Apabila kualitas masukan itu rendah atau tidak mendukung terwujudnya prestasi berguru yang tinggi, tentunya tidak sanggup diharapkan menjadi lulusan yang bermutu tinggi, meskipun aspek-aspek lainnya mendukung, menyerupai proses pembelajaran yang baik serta alat pendidikan yang bagus. Kualitas potensi ini terutama yang bersifat tetap menyerupai tingkat intelegensinya rendah, hasil belajarnya cenderung berbeda dengan anak yang tingkat kecerdasannya tinggi, lantaran hal itu akan mempengaruhi daya tangkapnya, daya analisanya, kemampuan berhitungnya, dan lain sebagainya selama mengikuti pelajaran. Pendidikan hanyalah mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki oleh siswa yang bersangkutan.  Dengan kata lain mustahil membuat anak yang kecerdasannya rendah menjadi anak yang kecerdasannya tinggi, sehingga prestasi belajarnya juga tinggi menyerupai anak yang memang pintar. 
   2). Input alat (instrumental input) : kurikulum, dan pendidik Komponen masukan yang berperan sebagai alat pendidikan (insrumental input) yaitu semua faktor yang secara pribadi atau tidak pribadi mempengaruhi proses pembelajaran, contohnya kurikulum, media pengajaran, alat penilaian hasil belajar, fasilitas/sarana dan prasarana, guru, dan sejenisnya. Aspek kualitas masukan (raw input) mutu lulusan juga dipengaruhi oleh faktor instrumental input. Betapapun tingginya kualitas masukan (peserta didik), tetapi tidak didukung oleh kurikulum yang tepat, alat penilaian hasil berguru yang valid, kualitas guru dan komitmennya yang baik, dan sebagainya tentulah akan sulit untuk mewujudkan tercapainya mutu pendidikan yang tinggi.
    3).  Input lingkungan (environmental input) : keadaan cuaca, situasi keamanan masyarakat dll. yang secara pribadi maupun tidak pribadi sanggup mempengaruhi proses pendidikan. Komponen lingkungan pendidikan (enviromental input) sanggup berupa sosial budaya masyarakat, aspirasi pendidikan orang renta siswa, kondisi fisik sekolah, kafetaria sekolah, dan sejenisnya. Secara pribadi maupun tidak pribadi aspek ini akan mempengaruhi proses pembelajaran dan muaranya pada duduk kasus mutu lulusan.
               Input suatu sekolah sanggup berupa input yang berkaitan dengan aspek tenaga kependidikan, aspek siswa, dan aspek sarana dan pembiayaan (tangible), di samping input harapan yang meliputi visi, misi, tujuan dan target yang lebih menekankan pada aspek intangible. Dalam konteks ini akan lebih ditekankan pada aspek-aspek sepetti tersebut di atas yang lebih tangible.  Aspek tenaga kependidikan meliputi guru, kepala sekolah, dan karyawan. Aspek siswa meliputi kondisi siswa dan prestasi siswa. Aspek sarana meliputi ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang ketrampilan/ kesenian, ruang tata usaha, kamar kecil, lingkungan sekolah, dan kemudahan pendukung. Sedangkan aspek pembiayaan meliputi sumber dana, penggunaan dana, dan akuntabilitas penggunaan dana. Walaupun aspek yang bersifat intangible (visi, misi, tujuan, dan sasaran) tidak ditekankan dalam identifikasi sekolah, namun dalam planning pengembangan sekolah tetap harus ditekankan sebagaimana dijelaskan pada Buku Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), visi yaitu citra masa depan yang ingin dicapai.  Dengan istilah lain, visi merupakan impian yang ingin dicapai di masa depan.  Bagi sekolah, tentunya visi merupakan “sosok sekolah” yang diharapkan di masa datang.  Mengingat tujuan simpulan sekolah yaitu mendidik siswa, maka sebaiknya sosok sekolah di masa depan yang digambarkan pada visi, terkait bersahabat dengan sosok lulusan. Pada umumnya setiap orang punya visi, walaupun hal itu tidak disadari.  Misalnya seseorang bercita-cita menjadi pengusaha yang bisa memanfaatkan sumberdaya alam di kawasan asal dan bisa menyejahterakan masyarakat setempat.  Cita-cita menyerupai itu pada dasarnya merupakan visi yang bersangkutan dan bila visi tersebut benar-benar diinternalisasi akan bisa mendorong yang bersangkutan selalu mencari cara untuk mewujudkannya.
Misi yaitu tindakan atau upaya untuk mewujudkan visi.  Perumusan misi harus mempertimbangkan kepentingan semua pihak terkait dan memperhatikan sumberdaya yang dimiliki sekolah maupun sumberdaya yang sanggup diupayakan untuk dipakai dalam mewujudkan visinya. Selanjutnya misi yang terumuskan dengan terang sangat penting, lantaran akan mengatakan panduan kepada semua pihak, khususnya warga sekolah dalam berpartisipasi dalam mewujudkan visi bersama. Bahkan bila penyusunan misi telah melibatkan semua stakeholder, sangat mungkin masing-masing stakeholder sudah faham wacana apa yang perlu dan harus dilakukan, dalam mendukung misi tersebut.
                  Tujuan pada dasarnya tahapan dari visi,  Apabila visi merupakan sosok sekolah yang ingin diwujudkan dalam jangka panjang, contohnya 25 tahun atau bahkan lebih, maka tujuan merupakan tahapan sosok itu, untuk jangka waktu tertentu, contohnya untuk 3 tahun.  Dengan demikian harus disadari bahwa bila tujuan-tujuan tersebut “disambung” secara berkelanjutan hingga periode tertentu, akan berujung pada visi. Sasaran pada dasarnya merupakan pembagian terstruktur mengenai dari tujuan, untuk periode waktu yang lebih pendek.  Misalnya, bila tujuan disusun untuk periode 3 tahun, target sanggup saja disusun untuk periode satu tahun.  Namun juga harus diingat bahwa bila sasaran-sasaran menyerupai itu disambung untuk periode 3 tahun, harus mewujudkan tujuan.
Bagaimana menyusun visi, misi, tujuan dan target telah dimuat pada Buku Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang diterbitkankan oleh Dit. PLP.  Pada naskah ini hanya ditekankan bahwa bila visi dan misi, tujuan dan target dirumuskan secara jelas, dengan melibatkan semua stakeholder, akan mengarahkan warga sekolah dan stakeholder yang  lain, apa yang harus dicapai pada setiap periode dan bagaimana mewujudkannya.
a)   Aspek Tenaga Kependidikan
                 Input yang berkaitan dengan aspek tenaga kependidikan meliputi keberadaan guru, kepala sekolah, dan karyawan (laboran, tenaga kepustakaan, penjaga sekolah dan tenaga tata usaha). Keberadaan aspek-aspek tersebut sangat penting pada pengelolaan suatu organisasi, termasuk sekolah, lantaran bila benar-benar difahami dan diinternalisasi dengan baik oleh seluruh warga sekolah, akan bisa menjadi pendorong utama prestasi sekolah untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Standar sekolah yang baik sangat sumberdaya insan dalam jenis, jumlah dan kualifikasi yang cukup, sesuai dengan kiprah dan fungsi masing-masing.
Ketentuan berapa jumlah guru, kualifikasi guru, kualifikasi kepala sekolah, jumlah tata usaha, kualifikasi tata usaha, jumlah laboran dan kualifikasinya serta tenaga karyawan lainnya telah dimuat dalam buku SPM.  Sekolah dikatakan memenuhi standar bila minimal telah memenuhi minimal 90% dari kebutuhan tenaga guru dan tenaga kependidikan lainnya. Meskipun demikian dalam identifikasi tetap akan diungkap dengan data interval biar sanggup ditetapkan langkah dan taktik peningkatan kualitas sekolah menurut data sekolah tersebut. 
Tenaga kependidikan, khususnya guru merupakan merupakan kunci utama proses pendidikan.  Apapun kurikulum dan sarana yang dimiliki sekolah, pada balasannya gurulah yang memakai dalam proses pendidikan.  Oleh lantaran itu faktor tenaga kependidikan, khususnya guru harus dikelola dengan baik, sehingga bisa dan siap bekerja secara optimal.
Proses pengelolaan tenaga kependidikan perlu berfokus pada dua hal, yaitu kemampuan dan komitmen kerja.  Peningkatan kemampuan sudah banyak dibahas dan bahkan telah banyak dilakukan melalui banyak sekali bentuk pembinaan dan peningkatan kualifikasi pendidikan.  Tetapi juga banyak dijumpai, sesudah selesai mengikuti pembinaan atau peningkatan kualifikasi pendidikan, ternyata kinerja mereka tidak meningkat secara signifikan, bahkan muncul istilah “kembali menyerupai semula”. Berbagai kajian memperlihatkan bahwa yang menjadi penyebab yaitu komitmen kerja mereka tidak berubah.  Pada hal, komitmen kerja itulah yang mengeluarkan kemampuan seseorang menjadi kinerja.  Setinggi apapun kemampuan seseorang, kalau komitmen kerjanya rendah, kinerjanya juga akan rendah.  Oleh lantaran itu, pengembangan komitmen kerja bagi guru dan tenaga kependidikan perlu diupayakan. Tenaga kependidikan (guru, kepala sekolah, dan karyawan) secara umum bertugas melaksanakan perencanaan, pembelajaran, pembimbingan, pelatihan, pengelolaan, penilaian, pengawasan dan pelayanan yang dibutuhkan untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran. Tenaga kependidikan merupakan jiwa sekolah, dan sekolah hanyalah merupakan wadahnya. Oleh lantaran itu tenaga kependidikan merupakan kunci bagi suksesnya pengembangan sekolah.
Indikator tenaga kependidikan, sekolah mempunyai : a) tenaga kependidikan yang cukup jumlahnya, b) kualifikasi dan kompetensi yang memadai sesuai dengan tingkat pendididikan yang ditugaskan, c) tingkat kesesuaian dalam arti kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kependidikan sesuai dengan bidang kerja yang ditugaskan, dan kesanggupan kerja yang tinggi (Depdiknas, 2004).  Selanjutnya tenaga kependidikan berkewajiban : a) menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan, b) melaksanakan kiprah kependidikan yang menjadi tanggung jawabnya, dan c) meningkatkan kemampuan profesionalnya yang meliputi kemampuan intelektual, integritas kepribadian, dan interkasi sosial baik di lingkungan kerja maupun di masyarakat.
b)   Aspek Kesiswaan
Input yang berkaitan dengan aspek kesiswaan yang meliputi kondisi siswa dan prestasi siswa.  Kondisi siswa dan prestasi siswa tersebut tidak terlepas dari proses penerimaan peserta didik yang didasarkan atas kriteria yang jelas, transparan dan akuntabel. Peserta didik mempunyai tingkat kesiapan berguru yang memadai, baik mental maupun fisik. Sekolah mempunyai acara yang terang wacana pembinaan, pengembangan, dan pembimbingan peserta didik. Sekolah memberi kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk berperan serta dalam penyelenggaraan acara sekolah. Sekolah melaksanakan penilaian kemajuan dan hasil berguru peserta didik yang memenuhi kaidah penilaian yang baik (Depdiknas, 2004).
Selanjutnya dalam Kebijakan Akreditasi Sekolah (2004) dinyatakan bahwa peserta didik yaitu warga masyarakat yang berusaha membuatkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran pada satuan pendidikan tertentu. Peserta didik merupakan salah satu masukan yang sangat memilih bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Namun demikian prestasi berguru yang dicapai oleh peserta didik pada dasarnya merupakan upaya kolektif antara peserta didik dan guru. Selanjutnya berkaitan dengan peserta didik, ada enam hal yang harus diperhatikan oleh sekolah yaitu : a) penerimaan siswa baru, b) penyiapan berguru peserta didik, c) pembinaan dan pengembangan, d) pembimbingan, e) pemberian kesempatan, dan f) penilaian hasil berguru siswa.
Aspek input yang berkaitan dengan kesiswaaan ditekankan pada kondisi siswa dalam proses berguru mengajar di sekolah yakni rasio siswa per rombongan berguru dan juga rasio pendaftar terhadap siswa yang dterima. Di samping itu dalam aspek kesiswaaan juga diperhitungkan pretasi siswa sebelum masuk ke jenjang SMP, yakni prestasi di sekolah dasar (SD) dan juga kualitas (peringkat) sekolah asal sebelum masuk di tingkat SMP. Aspek ini cukup penting dan strategis lantaran akan sangat memilih proses pembelajaran selanjutnya. Apabila inputnya berkualitas akan sangat gampang dalam proses pengembangan pembelajaran selanjutnya.
c)    Aspek Sarana dan Pembiayaan
Input yang berkaitan dengan sarana dan pembiayaan meliputi ruang kelas, labratorium, perpustakaan, ruang kepala sekolah, ruang keterampilan/kesenian/komputer, ruang administrasi, kamar kecil, lahan terbuka, kemudahan pendukung dan pembiayaan. Salah satu tujuan penyediaan sarana dan prasarana sekolah yang lengkap yaitu untuk menjamin tercapainya tujuan sekolah dan tuntutan pedagogik yang dibutuhkan untuk menjamin terselenggaranya proses pendidikan yang bermakna, menyenangkan, dan memberdayakan sesuai tuntutan karakteristik mata pelajaran, pertumbuhan, dan perkembangan afektif, kognitif, dan psikomotor peserta didik.
Sumberdaya sarana-prasarana yang seharusnya dimiliki sekolah juga telah dijelaskan dalam dokumen SPM.  Sarana-prasarana yang dicakup pada SPM antara lain, lahan sekolah, ruang berguru beserta mebeler dan media pembelajaran yang diperlukan, ruang laboratorium beserta peralatan praktikum, perpustakaan berserta buku dan media berguru lainnya, kantor dan ruang guru beserta mebelernya, serta kemudahan pendukung, antara lain KM/WC, kantin sekolah, kemudahan olahraga serta bermain dan sebagainya.  Buku SPM telah memuat standar masing-masing jenis sarana dikaitkan dengan jumlah siswa dan juga menyebutkan bahwa sekolah minimal perlu mempunyai minimal 90% dari standar tersebut.
Terdapat tiga hal penting dalam pengelolaan sarana-prasarana di sekolah, yaitu pemilihan sarana-prasarana yang diperlukan, optimalisasi penggunaan, dan perawatan. Seringkali sekolah mempunyai semangat ingin punya yang terlalu besar dan tidak mempertimbangkan apakah sarana itu benar-benar dibutuhkan dan berapa kali penggunaan dalam satu periode waktu tertentu.  Sebagai contoh, banyak sekolah menginginkan aula dan berupaya mengadakannya.  Tetapi bila ditanyakan berapa kali aula tersebut dipakai dalam satu tahun, ternyata hanya beberapa kali saja, khususnya kalau ada pertemuan wali murid atau pentas seni.   Pada kasus menyerupai itu perlu dipertanyakan apakah memang pembangunan aula merupakan prioritas dan apakah tidak ada sarana yang justru lebih penting untuk mendukung proses pembelajaran.
Jika sarana sudah dimiliki, perlu diupayakan akan sanggup dipakai secara optimal.  Banyak kasus memperlihatkan adanya sarana sekolah yang frekwensi penggunaannya sangat kecil, sehingga sarana tersebut rusak bukan lantaran digunakan, tetapi justru rusak lantaran jarang atau tidak pernah digunakan.  Jika memang keperluan untuk memakai oleh warga sekolah tidak terlalu banyak dan sarana itu sudah terlanjur ada (misalnya aula sekolah), maka perlu dicari jalan bagaimana mengoptimalkan.  Mungkin saja sanggup dipakai untuk keperlukan lain atau bila mungkin ditawarkan untuk dipakai oleh pihak lain, asal saling menguntungkan.
Perawatan, khususnya perawatan preventif terhadap sarana seringkali kurang mendapat perhatian.  Contoh sederhana yaitu ada genting bocor, tetapi dibiarkan cukup usang sehingga menjadikan rusaknya plafon.  Banyak alat laboratorium yang rusak lantaran kurang mendapat perawatan sehari-hari.  Memang banyak alat-alat laboratorium perlu perawatan, walaupun tidak digunakan.  Banyak alat elektro dan optik cepat rusak lantaran lembab.  Pemanasan sebagain kepingan perawatan preventif, memang dibutuhkan untuk peralatan menyerupai itu.
Dana juga merupakan sumber daya yang sangat penting dalam pendidikan.  Tanpa tunjangan dana yang cukup, akan sangat sulit proses pendidikan terealisasi dengan baik.  Dokumen SPM tidak menyebutkan secara tegas dana  yang perlu dimiliki oleh sekolah.  Namun pada buku MPMBS dijelaskan bagaimana sekolah sanggup melaksanakan perhitungan berapa dana yang diperlukan, sesuai dengan tujuan dan target yang ingin dicapai.
d)   Aspek pembiayaan
Berkaitan dengan pembiayaan, tidak hanya menyangkut jumlah, tetapi yang tidak kalah pentingnya proses pengelolaan. Bahkan seringkali pengelolaan yang dana  yang kurang sempurna menimbulkan iklim kerja berantakan.  Kunci pokok dalam pengelolaan dana yaitu keadilan, efisiensi dan keterbukaan.
Dalam aspek pembiayaan meliputi : a) sumber pendanaan, b) penggunaan dana, dan c) akuntabilitas penggunaan dana. Dalam konteks penggunaan dana adil tidak berarti harus sama, tetapi acara yang penting mendapat alokasi dana yang cukup dan yang mereka yang bekerja lebih banyak juga mendapat penghargaan lebih baik.  Penentuan prioritas perlu diputuskan secara terbuka dan melibatkan semua pihak yang terkait, sehingga semua pihak merasa ikut memilih bahwa kegiatan “X” merupakan prioritas dan oleh lantaran itu perlu mendapat prioritas alokasi dana yang cukup.
Efisiensi belum banyak mendapat perhatian di sekolah.  Salah satu cara mengupayakan efisiensi dalam penggunaan dana yaitu dengan menerapkan anggaran berbasis acara (activities based budget). Artinya alokasi anggaran didasarkan pada aktivitas/kegiatan yang benar-benar dibutuhkan untuk mencapai target yang telah ditetapkan.  Harus dihindari adanya alokasi dana yang tidak mempunyai acara yang terkait bersahabat dengan pencapaian target sekolah.
Keterbukaan atau transparasi merupakan duduk kasus sangat penting dalam pengelolaan dana.  Pengelolaan dana yang tidak transparan seringkali menjadi penyebab munculnya kecurigaan dan kemudian merambat menjadi iklim kerja yang kurang harmonis, bahkan menurunkan semangat kerja.  Mungkin saja bekerjsama dana sudah dipakai secara benar, namun lantaran kurang transparan muncul dugaan-dugaan dan bahkan kecurigaan bahwa anggaran diselewengkan, sehingga menimbulkan iklim kerja yang kurang baik. Oleh lantaran pentingnya duduk kasus ini, dalam buku MPMBS, transparansi dijadikan salah satu aspek yang harus dikembangkan di sekolah.  Bagaimana cara melaksanakan pengelolaan keuangan yang transparan sanggup dibaca di buku tersebut.
b.   Komponen Proses
Proses pada dasarnya merupakan pengolahan input untuk menghasilkan output yang direncanakan.  Kaprikornus pada aspek proses inilah seharusnya input diproses secara selaras dan sinergis, sehingga menghasilkan output yang diharapkan.  Proses pendidikan di sekolah meliputi : a)  aspek kurikulum dan materi ajar, b) aspek PBM c) aspek penilaian, dan ) aspek manajemen dan kepemimpinan.  Proses pendidikan dikatakan baik, bila bisa membuat kondisi pembelajaran yang aman dan bisa membantu siswa belajar, sehingga mencapai hasil berguru yang diharapkan.  Tentu saja untuk maksud itu harus sanggup menggu nakan input-input secara selaras dan harmonis, sehingga input-input tersebut sanggup bersinergi secara maksimal dan proses berjalan secara efektif dan efisien.
a).  Aspek Kurikulum dan Bahan Ajar.
                  Proses yang paling utama di sekolah yaitu proses pembelajaran, lantaran memang proses pembelajaran itulah kiprah dan fungsi utama sekolah.  Oleh lantaran itu, proses pembelajaran harus diupayakan sanggup berjalan dengan efektivitas tinggi.  Dalam kurikulum 2004 aspek kurikulum dan materi asuh tidak sanggup dipisahkan secara dikotomis, lantaran dokumen kurikulum yang ditetapkan dalam standar kompetensi masih perlu dijabarkan menjadi lebih rinci (silabus dan satuan pembelajaran) dengan mengacu pada dokumen kurikulum yang ada.
                 Dalam buku kebijakan pengukuhan sekolah (2004) ditegaskan bahwa sekolah    melaksanakan kurikulum nasional dan kurikulum muatan lokal atau pilihan sesuai dengan potensi sekolah. Dalam pelaksanaannya sekolah berpegang pada dokumen kurikulum dan silabus yang dikembangkan dengan mengacu kepada dokumen tersebut. Standar kurikulum dibentuk untuk membuat jaminan kepada masyarakat bahwa apa yang diperoleh di sekolah benar-benar konsisten dengan prinsip dan tujuan pendidikan nasional sebagaimana tertuang dalam kurikulum nasional. Meskipun sekolah diperkenankan untuk membuatkan atau melaksanakan kerukulum yang menjadi ciri khas dari sekolah yang bersangkutan, namun kurikulum nasional tetap harus dilaksanakan sepenuhnya. Penyediaan dan pemilihan buku asuh merupakan rangkaian kegiatan guru dalam rangka penyiapan proses berguru mengajar. Langkah ini merupakan kelanjutan dari pengembangan silabus yang telah dilaksanakan oleh guru berdassarkan standar kompetensi yang telah ditetapkan. Dalam konteks implementasi kurikulum 2004 materi asuh dikembangkan oleh guru menurut kompetensi dasar (KD) yang dijabarkan dari standar kompetensi. Pemilihan materi asuh sangat berperan penting dalam memahami kompetensi dasar yang harus diselesaikan oleh peserta didik dalam satu satuan waktu tertentu.
Selanjutnya buku siswa merupakan kelengkapan dari buku asuh yang telah dikembangkan oleh guru. Buku siswa sangat berperan dalam memudahkan siswa memahami topik permasalahan (kompetensi dasar) yang telah dikembangkan oleh guru. Dengan buku siswa juga diharapkan proses pembelajaran sanggup berjalan dengan efektif dan efisien. Di samping itu buku siswa juga menuntun kronologis berpikir siswa mengikuti logika atau alur keilmuan yang telah dijabarkan dalam kompetensi dasar yang merupakan pembagian terstruktur mengenai dari standar kompetensi pada mata pelajaran tertentu.
b). Aspek Proses Belajar Mengajar
Proses pembelajaran yaitu serngkaian acara yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Ketiga hal tersebut merupakan rangkaian utuh yang tidak sanggup dipisah-pisahkan. Perencanaan pembelajaran yaitu penyusunan planning wacana materi pembelajaran, bagaimana melaksanakan pembelajaran, dan bagaimana melaksanakan penilaian. Oleh lantaran itu esensi perencanaan pembelajaran yaitu kesiapan yang dibutuhkan untuk berlangsungnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran yaitu interaksi antara pendidik dan peserta didik yang diharapkan menghasilkan perubahan peserta didik dan inti dari proses berguru mengajar yaitu efektivitasnya. Sedangkan penilaian pembelajaran yaitu suatu proses untuk mendapat informasi wacana hasil pembelajaran.
Pembelajaran dikatakan efektif bila mencapai hasil yang diinginkan.  Tentunya hasil pembelajaran, bukan sekedar siswa mendapat nilai tinggi, tetapi juga bisa membuatkan potensinya untuk meningkatkan kecakapan hidup yang dibutuhkan guna mengatasi dan menuntaskan problema kehidupan yang dihadapi.  Oleh lantaran itu, proses pembelajaran dilarang berhenti hingga penguasaan materi asuh saja, tetapi harus hingga terakumulasi menjadi kecakapan hidup (life skill).
Proses pembelajaran sanggup berjalan efektif, bila siswa mempunyai motivasi berguru yang bagus.  Sementara itu motivasi berguru siswa akan tumbuh, bila merasa apa yang dipelajari bermakna buat dirinya.  Oleh lantaran itu, isi pembelajaran harus mengatakan makna (meaningful) bagi anak didik, sementara proses pembelajaran mengatakan situasi yang menyenangkan (joyfull), dengan mengoptimalkan potensi dan tipologi anak didik.  Di sinilah pentingnya proses pembelajaran memperhatikan karateristik modalitas anak didik, sebagai pertimbangan pemilihan taktik pembelajaran, sehingga sanggup terjadi apa yang sekarang disebut dengan quantum learning.
Selain proses pembelajaran dilihat dari sisi substansial untuk mengoptimalkan hasil berguru mengajar, perlu juga diperhatikan dan dipertimbangkan aspek lingkungan sekolah. Oleha lantaran itu proses pembelajaran perlu didukung dengan lingkungan berguru yang kondusif.  Banyak studi yang menyimpulkan bahwa lingkungan berguru yang aman besar lengan berkuasa secara signifikan terhadap motivasi berguru siswa.  Oleh lantaran itu, sekolah harus mengupayakan sekolah merupakan lingkungan berguru yang menyenangkan.
Dalam pengertian tersebut, lingkungan tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga non fisik, contohnya tata kekerabatan dan pergaulan antar warga sekolah.  Jika guru dan pimpinan mengatakan contoh berguru dan bekerja keras, akan mendorong siswa juga berguru dan bekerja keras.  Jika orang yang berguru dengan sungguh-sungguh mendapat penghargaan lebih dibanding yang tidak, akan bisa mendorong siswa berguru dengan sungguh-sungguh.  Jika guru secara periodik membuat rangkuman hasil bacaan dan ditempel di majalah dinding sekolah, akan mendorong siswa untuk membaca buku.
Lingkungan non fisik menyerupai yang diutarakan di atas, setapak demi setapak akan bisa menumbuhkan budaya mutu, yaitu situasi yang mendorong setiap orang untuk menghargai mutu dan selalu mengupayakan peningkatan mutu dalam setiap aspek kehidupan. Meskipun demikian tentu lingkungan fisik juga besar lengan berkuasa terhadap motivasi bekajar siswa.  Lingkungan sekolah yang bersih, tertata rapi, sejuk, damai dan aman akan merupakan lingkungan berguru yang menyenangkan.  Sekolah tidak harus mewah, tetapi yang lebih penting situasinya sanggup mengatakan kesan longgar (tidak sumpek), sejuk (tidak panas), rapi dan higienis (tidak kumuh), damai (tidak bising) dan mengatakan perasaan aman bagi siswa.
c). Aspek Penilaian
Aspek penilaian merupakan salah satu aspek yang tidak kalah penting dengan aspek-aspek lainnya. Proses pembelajaran yang berkualitas atau yang baik tanpa ditunjang dengan penilaian yang baik juga akan besar lengan berkuasa terhadap kualitas pendidikan secara umum. Dalam aspek penilaian meliputi : a) kesiapan guru dalam proses penilaian dan b) proses pelaksanaan penilaian. Dalam kurikulum berbasis kompetensi (kurikulum 2004) kesiapan guru dalam mendisain atau merencanakan penilaian menjadi salah satu kepingan yang penting dalam acara penilaian secara umum.
Kesiapan guru dalam proses penilaian antara lain terkait oleh sejauhmana guru bisa mengungkap kemampuan siswa dalam mempelajari pokok-pokok bahasan/kompetensi dasar (KD) tertentu dengan banyak sekali model penilaian. Hal ini menjadi penting lantaran setiap KD mempunyai karakteristik keilmuan yang berbeda-beda, sehingga memerlukan model penilaian yang berbeda pula. Selanjutnya dalam hal proses pelaksanaan penilaian, juga tidak kalah penting dengan perencanaan (kesiapan guru). Walaupun perencanaannya sangat baik tapi kalau pelaksanaannya kurang optimal juga tidak akan berdampak positif pada aspek pemahaman siswa dalam mempelajari materi pelajaran.
d). Aspek Manajemen  Dan Kepemimpinan.
Proses yang berkaitan dengan aspek manajemen meliputi : a) perencanaan, b) implementasi program, c) pengawasan, dan d) kepemimpinan. Berkaitan dengan perencanaan sekolah mempunyai perencanaan strategis dengan rumusan arah yang terang dan tujuan yang terang oleh setiap warga sekolah, yang dipakai sebagai acuan  bagi pengembangan planning operasional dan acara sekolah. Dari sisi implementasi sekolah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, kerjasama, tanggung jawab, keterbukaan, keluwesan, akuntabilitas, dan keberlangsungan. Dari sisi pengawasan, pimpinan sekolah melaksanakan pengawasan secara terencana dan terencana sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sedangkan dari sisi kepemimpinan kepala sekolah menerapkan pola kepemimpinan yang terbuka dan melaksanakan pendelegasian kiprah dengan baik.
Sehubungan dengan perencanaan, sekolah mempunyai planning yang akan dicapai dalam jangka panjang (rencana strategis) yang dijadikan pola dalam planning operasional. Dalam planning ini wawasan masa depan (visi) dijadikan panduan bagi rumusan misi sekolah. Dengan kata lain, wawasan masa depan atau visi sekolah yaitu citra masa depan yang dicita-citakan oleh sekolah. Adapun misi sekolah yaitu tindakan untuk merealisasi visi. Visi dan misi dijadikan pola dalam merumuskan tujuan sekolah, dan hasil yang diharapkan oleh sekolah. Kegiatan sekolah dilakukan menurut tujuan sekolah yang dirumuskan secara jelas. Kriteria utama mutu perencanaan sekolah yaitu sejauhmana warga sekolah memahami dan menyadari visi, misi, dan tujuan sekolah dan sejauhmana tujuan tersebut dicapai (Depdiknas, 2004).
Implementasi manajemen sekolah yaitu pengelolaan sekolah yang dilakukan secara efektif dan efisien. Mengingat perubahan terletak pada inisiatif dan komitmen dari para tenaga kepemdidikan yang bekerja di sekolah, maka manajemen sekolah yang dimaksud yaitu manajemen yang berpusat pada sekolah atau yang dikenal dengan manejemen berbasis sekolah (MBS). MBS yaitu suatu model manajemen yang bertolak dari kemampuan, kesanggupan, dan kebutuhan sekolah, bukan perintah dan petunjuk dari lapisan birokrasi atasan, dengan catatan bahwa apa yang dilakukan oleh sekolah harus tetap dalam lingkup kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2004).
Sedangkan pengawasan merupakan salah satu fungsi penting dalam manajemen sekolah. Dalam pelaksanaan pengawasan ini terkandung pula fungsi pemamtauan yang diarahkan untuk melihat apakah semua kegiatan berjalan dengan lancar dan semua sumber daya dimanfaatkan secara optimal, efektif dan efisien.  Pengawasan dan monitroing dilakukan secara terencana dan sempurna target sehingga hasilnya sanggup dipakai untuk melaksanakan perbaikan. Di samping itu pengawasan juga harus dilaksanakan menurut item-item penilaian yang sesuai dengan tujuan sekolah.
Selanjutnya berkaitan dengan kepemimpinan, manajemen sekolah memfokuskan diri pada sekolah sebagai sistem dimana kepemimpinan menekankan pada orang sebagai jiwanya. Kepala sekolah berperan sebagai manajer dan pemimpin sekaligus. Tugas dan fungsi manajer yaitu mengelola para pelaksana dengan sejumlah masukan manajemen, serta pengendalian biar sekolah sebagai sistem bisa berkembang. Sedang kiprah dan fungsi pemimpin yaitu memimpin warga sekolah biar posisi mereka sebagai jiwa dari sekolah benar-benar sehat, cerdas, dan dinamis.
c.         Komponen Output
Output sekolah pada umumnya dikaitkan dengan prestasi siswa, lantaran memang tujuan pokok sekolah yaitu membuatkan potensi siswa, sehingga terwujud dalam prestasi hasil belajar.  Seringkali hasil berguru menyerupai itu dipilah menjadi akademik dan non akademik.  Namun demikian dalam kaitan dengan peningkatan mutu sekolah secara keseluruhan, di samping prestasi siswa juga akan diungkap pretasi guru dan kepala sekolah, serta prestasi sekolah sebagai institusi yang akan dijadikan tolok ukur kualitas sekolah.
a). Aspek Prestasi Belajar Siswa
Prestasi berguru siswa sanggup dikategorikan menjadi pretasi akademik, non-akademik, dan kepribadian siswa. Prestasi akademik biasanya dikaitkan dengan hal-hal yang bekerjasama bersahabat dengan penalaran, contohnya nilai ujian (UNAS maupun US), lomba karya ilmiah dan lomba-lomba sejenis itu, yang semua itu pada dasarnya memperlihatkan kemampuan berpikir seseorang. Prestasi non-akademik  biasanya dikaitkan dengan prestasi atau hasil berguru berupa olahraga, kesenian dsb. Sedangkan keperibadian terkait dengan keagamaan, kedisiplinan, kerajinan dsb.
Dalam kaitan dengan prestasi akademik perlu disadari bahwa pada balasannya kemampuan berpikir dipakai untuk memahami dan memecahkan problem kehidupan yang kita hadapi.  Oleh lantaran itu, pendidikan perlu membuatkan kemampuan berpikir siswa yang tidak hanya sekedar untuk keperluan ujian, tetapi hingga pada pemecahan duduk kasus sehari-hari.  Dalam buku Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup yang diterbitkan Depdiknas dijelaskan bagaimana pentingnya pengembangan kemampuan pemecahan duduk kasus dan bagaimana cara mengembangkannya dalam pendidikan.
Pemilahan antara pretasi akademik dan non akademik bekerjsama lebih banyak didasarkan pada penekananan semata.  Sebenarnya antara keduanya terkait erat.  Dalam kemampuan olahraga juga terkandung kemampuan berpikir, demikian pula dalam kemampuan membuat patung juga terkandung kemampuan berpikir kreatif.  Sebaliknya dalam melaksanakan penelitian dan rancang bangkit (menghasilkan KIR) juga terkandung unsur kiat-kiat yang mengandung unsur seni, kemampuan bekerjasama dan sebagainya.
Dalam praktek, hal-hal yang dikategorikan non akademik juga memegang kiprah penting dalam kehidupan.  Kini banyak keluhan bahwa “orang berakal banyak, tetapi mencari orang jujur sulit”.  Bahkan banyak ungkapan yang menyatakan bahwa kesuksesan hidup lebih banyak dipengaruhi oleh EQ, yang banyak terkait dengan hal-hal non akademik, dibanding IQ yang lebih banyak terkait dengan hal-hal yang bersifat akademik. Di samping itu faktor kepribadian siswa juga tidak kalah penting dalam mengarungi kehidupan di kelak kemudian hari. Kepribadian seseorang akan menjadi landasan dasar pengembangan karier seseorang. Banyak orang jatuh dalam karier hanya lantaran kurang baik dalam aspek kepribadian, misalnya tidak disiplin, kurang mempunyai komitmen, dan juga duduk kasus kerjasama.
b). Prestasi Guru dan Kepala Sekolah
Kadang dalam menilai kualitas sekolah, sering dilupakan faktor guru dan kepala sekolah. Banyak praktisi pendidikan hanya memfokuskan prestasi siswa, padahal kiprah guru dan kepala sekolah dalam mengoptimalkan kemampuan siswa tidak sanggup diabaikan. Guru merupakan faktor utama dalam membuatkan cara berpikir siswa, mendorong kreativitas, serta men-support potensi siswa dalam mempelajari mata pelajaran tertentu. Demikian juga kiprah kepala sekolah tidak sanggup di-nisbi-kan, lantaran hanya dengan intervensi kepala sekolah yang baik dan profesional kodusivitas berguru sanggup teroptimalkan dan prestasi berguru sanggup maksimalkan. Oleh lantaran itu prestasi guru sebagai ujung tombak terjadinya proses pembelajaran sangat penting dalam mengoptimalkan kemampuan siswa. Demikian juga kiprah sekolah tidak kalah penting dalam meningkatkan prestasi siswa.
c). Prestasi Sekolah
Prestasi hasil berguru bukanlah sesuatu standar statis.  Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar yang tidak sama dan standar itu terus bergeser, dipengaruhi oleh banyak sekali faktor yang terkait dengan pola budaya dan harapan masa depan yang diyakini mereka.
Bertolak dari prinsip tersebut, sekarang berkembang konsep kepuasan stakeholder sebagai salah satu kriteria atau bentuk prestasi sekolah.  Artinya, prestasi sekolah dikatakan baik bila mencapai harapan stakeholder-nya.  Jika orangtua siswa dan masyarakat berharap siswa sanggup lulus US dan diterima di SMP Negeri favorite, dan ternyata harapan itu tercapai, maka prestasi sekolah dianggap baik.  Sebaliknya, walaupun semua siswa lulusan US dan diterima di SLTP Negeri, tetapi orangtua siswa tidak puas lantaran nilai bawah umur mereka dibawah 6,0 prestasi output sekolah tersebut kurang baik, lantaran tidak mencapai harapan masyarakat.
Konsep kepuasan stakeholder sebagai tolok ukur prestasi sekolah sekarang semakin banyak digunakan, lantaran harapan masyarakat terhadap lulusan sekolah semakin beragam.  Ada sebagian masyarakat yang berharap siswa lulus dengan nilai bagus, tetapi juga banyak masyarakat yang berhadap siswa berperilaku baik, kreatif dan bisa memecahkan duduk kasus sehari-hari.  Nah, dua jenis masyarakat menyerupai itu memerlukan mutu layanan yang berbeda.
Fenomena menyerupai itu yang mendorong munculnya “sekolah-sekolah inovatif”, yang memperlihatkan pendidikan yang tidak menyerupai sekolah pada umumnya dan ternyata sekolah menyerupai itu banyak diminati masyarakat.  Dari pengamatan, ternyata yang banyak meminati “sekolah inovatif” tersebut justru keluarga yang berpendidikan dan tidak puas dengan layanan pendidikan pada sekolah “biasa”.
Indikator output pada pada dasarnya mempertanyakan apakah target yang ingin dicapai pada tiap-tiap acara telah tercapai. Komponen output harus selalu menekankan pada kinerja siswa atau hasil belajar, apapun kegiatannya. Oleh lantaran itu indikatornya meliputi:
1)   Bersifat akademik: NUAN, nilai ketuntasan pencapaian kompetensi       siswa, nilai raport, kejuaraan LKIR, kejuaraan lomba olympiade mata pelajaran, dll
2)   Bersifat non akademik: prestasi OR, kesenian, keagamaan, dll.



Sumber http://samplingkuliah.blogspot.com