Tuesday, July 25, 2017

√ Sekolah Sebagai Sistem Sosial

THE SCHOOL AS A SOCIAL SYSTEM
(SEKOLAH SEBAGAI SISTEM SOSIAL)



A.  Pengertian Sekolah

Sekolah yaitu suatu daerah kegiatan di waktu luang untuk belum dewasa dan remaja. Kegiatan yang dilakukan pada waktu luang tersebut dimanfaatkan untuk berguru berhitung, membaca dan menulis. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Padil, M (2007, hlm.145) bahwa “sekolah adalah sebuah lembaga pendidikan formal sebagai daerah berguru siswa atau disebut gedung daerah belajar.
Menurut Gorton, 1976 (dalam Sagala, 2010, hlm. 71) mengemukakan bahwa “sekolah yaitu suatu sistem organisasi, dimana terdapat sejumlah orang yang berafiliasi dalam rangka mencapai tujuan sekolah”. Selanjutnya Frank, M dan Sydey, M (1986, hlm. 303) mengemukakan bahwa orang-orang yang terlibat di dalam organisasi menjadi lebih tergantung satu kepada yang lainnya maka struktur itu sedang menuju kejurusaan suatu organisasi atau telah menjadi suatu organisasi yang formal. Sekolah merupakan lembaga formal tempat berlangsungnya proses pembelajaran, proses penanaman dan pengembangan potensi-potensi peserta didik, sehingga akan membentuk manusia yang berakhlak mulia. Selanjutnya Wahjosumidjo (2011, hlm. 81) mengemukakan bahwa: “Sekolah yaitu forum yang bersifat kompleks dan unik”. Bersifat kompleks, memperlihatkan bahwa sekolah sebagai suatu sistem sosial di dalamnya terdapat banyak sekali dimensi yang saling berkaitan satu sama lain. Sedangkan bersifat unik, memperlihatkan bahwa sekolah sebagai suatu organisasi mempunyai ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasi – organisasi lain menyerupai daerah terjadinya proses pembelajaran dan pembudayaan kehidupan manusia.
Sehingga sanggup disimpulkan bahwa sekolah merupakan suatu gedung atau forum pendidikan formal yang dimanfaatkan sebagai daerah berguru siswa, yang didalamnya ada suatu kegiatan-kegiatan untuk berbagi potensi akseptor didik untuk menjadi insan yang berakhlak mulia.

B.  Pengertian Sistem Sosial

Menurut Arifin, A (2011, hlm. 27) sistem yaitu sebuah kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian yang saling bergantung dan kait berkait antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan pengertian dari sosial yaitu insan yang berkaitan dengan masyarakat dan para anggotanya. Di dalam sistem sosial terdapat sebuah sturktur. Sebagimana yang diungkapkan oleh Nasution (2016, hlm. 83) bahwa struktur memungkinkan sekolah menjalankan fungsinya sebagai forum edukatif dengan baik yang masing-masing mempunyai kedudukan tertentu di dalam menjalankan peranan menyerupai yang dibutuhkan dan menjamin kelancaran di dalam segala perjuangan pendidikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sistem sosial merupakan suatu kesatuan orang-orang dalam masyarakat yang disusun oleh karakteristik dari suatu teladan korelasi dan dikoordinasikan secara berkelanjutan untuk mencapai suatu tujuan.
Di dalam mencapai tujuan, sistem sosial di masyarakat memerlukan suatu kegiatan interaksi sosial. Menurut Gerungan, W. A (1978, hlm. 61) “Interaksi sosial yaitu suatu korelasi anatar dua atau lebih individu manusia, di mana kelakuan individu yang satu sanggup mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya”. Dapat dikatakan bahwa situasi ini merupakan situasi di dalam kelompok, dimana kelompok sosial daerah orang-orang tersebut berinteraksi merupakan suatu keseluruhan tertentu contohnya dalam bentuk suatu kumpulan, suatu organisasi dan anggota-anggotanya yang sudah  mempunyai korelasi yang mendalam antara satu dengan yang lainnya. Dalam suatu kumpulan organisasi terdapat korelasi yang strukturil, ialah antara orang-orang ada yang menjadi pemimpin dan staf kelompok serta anggota-anggotanya.  Sebagaimana yang diungkapkan oleh  Gerungan, W. A (1978, hlm. 78) bahwa korelasi interaksi sosial ini mempunyai korelasi menurut pembagian kiprah antara anggota-anggotanya yang menuju ke suatu tujuan bersama.

C.  Sekolah Sebagai Sistem Sosial

Sekolah merupakan sebuah sistem sosial yang unik dengan banyak sekali budaya individu yang berbeda menyatu ke dalam satu sistem sekolah. Oleh lantaran itu, sekolah tidak sanggup lepas dari kepercayaan dan nilai-nilai dari masyarakat sekitarnya. Persimpangan terbuka antara sebuah sekolah dan lingkungan eksternal, nilai-nilai komunitas dan keyakinan berdampak pada bagaimana budaya sekolah berkembang. Sistem penggabungan budaya sistem sosial sangat penting, lantaran mempengaruhi banyak sekali reaksi, kegiatan, dan perilaku.
Sekolah terdiri dari orang-orang yang mempunyai korelasi satu sama lain. Setiap orang yang berada di sekolah mempunyai kiprah yang harus dijalankan biar sistem interksi tersebut tetap terjaga. Peran yang sanggup diidentifikasi di sekolah yaitu guru, siswa, kepala sekolah, staf TU, laboran, pustakawan, penjaga sekolah, satpam sekolah.
 Pendidikan tidak sanggup dipisahkan dari sistem sosial, lantaran ia merupakan produk yang lahir dan tumbuh dalam masyarakat pembangunannya. Pendidikan merupakan citra kemajuan dari suatu masyarakat. Pendidikan yang maju, hanya hidup dan dimiliki oleh masyarakat yang berpikiran maju, dan hanya masyarakat yang berpikiran maju yang menghargai pendidikan. Pendidikan dan masyarakat merupakan satu kesatuan yang saling menetukan status.
Sebagai sistem sosial, sekolah merupakan akumulasi dari komponen – komponen sosial integral yang saling berinteraksi dan mempunyai kiprah yang bergantung antara satu sama lain.
Sekolah mempunyai dua aspek penting yaitu aspek individu dan aspek sosial. Di satu pihak, pendidikan sekolah bertugas mempengaruhi dan membuat kondisi yang memungkinkan perkembangan secara optimal. Sekolah sebagai pendidikan formal dituntut untuk sanggup merekam segala fenomena yang terjadi di masyarakat. Selanjutnya sekolah memperlihatkan informasi dan klarifikasi kepada akseptor didik terhadap ontologis suatu peristiwa.
Gunawan dalam Muhyi Batubara mengatakan, insan sebagai pribadi tidak sanggup hidup dan menghayati eksistensinya secara masuk akal kecuali hidup bersama dengan sesamanya. Mereka satu sama lain saling membutuhkan, lantaran pada hakekatnya insan yaitu mahluk sosial (Gunawan, 2004).
Masyarakat terbangun dari individu – individu yang saling berinteraksi. Hubungan interaksi antara individu melahirkan banyak sekali acara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, salah satu diantaranya yaitu kebutuhan akan pendidikan.
Selama ini dirasakan adanya kesenjangan antara pengalaman sekolah dengan yang ada di masyarakat. Kesenjangan ini merupakan tantangan bagi sekolah sebagai forum pendidikan foramal, sejauh mana sekolah merespon tantangan kesenjangan ini, yaitu merupakan standar kualitas suatu forum pendidikan. Ada dua cara dalam memilih kualitas sekolah.
1.      Sejauh mana sekolah sanggup memenuhi kebutuhan pasar dan tuntutan masyarakat.
2.      Standar formal berupa undang-udang, yaitu UU no 19 tahun 2003 perihal peningkatan mutu pendidikan nasional
Menurut Ibrahim sebagaimana dikutip oleh Muhyi Batubara bahwa ukuran keberhasilan pendidikan adalah:
a.       Perlu menyadari bahwa proses pendidikan itu memerlukan batas waktu tenggang (load time) yang cukup lama
b.      Dalam proses pendidikan itu berlaku prinsip irrevisibility, dimana terhadap setiap kesalahan dalam perencanaan dan pelaksanaan yang kita lakukan tidak sanggup kita ulangi kembali.
c.       Tantangan yang kita hadapi di masa depan cenderung berkembang semakin kompleks dengan ditandai semakin cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin terbuka.
d.      Kita dituntut untuk terpelajar menyusun perencanaan pembangunan pendidikan secara akurat, sehingga mempu mengantisipasi tantangan dan permasalahan yang terjadi di masa yang akan datang.
Organisasi sekolah merupakan sistem terbuka yang merupakan sebuah kesatuan yang utuh (open system: an integration) dalam hal ini Wayne K. Hoy dan Cecil G. Miskel (2008:18) menyatakan “competition, resources, and political pressures from the environment affect the internal workings of organizations. The open – systems model views organizations as not only influenced by environments, but also dependent on them. At general level, organizations are easily pictured as open system. Organization take inputs from the environment, transform them and produce outputs.    
Environment
Input
      
People Materials
Finance
Transformation
Process



Output
Products
Service
Feedback
Gambar 1
Organisasi Sistem Terbuka
Sumber: Wayne K Hoy dan Cecil G. Miskel (2008:18)

      Tampak terang pada gambar di atas, bahwa kompetisi, sumber – sumber, dan tekanan politik dari lingkungan besar lengan berkuasa pada pekerjaan internal organisasi. Model sistem terbuka memandang organisasi tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan tetapi juga bergantung kepada dirinya sendiri. Artinya bahwa organisasi sekolah mengambil sumber – sumber dari lingkungan tetapi dari potensi – potensi yang dimiliki organsisasi, menyerupai sumber daya insan yang dimiliki oleh organisasi, pendanaan yang dimiliki oleh organisasi, akomodasi dan perangkat – perangkat yang dimiliki oleh organisasi, lalu dari sumber – sumber tersebut ditransformasikan oleh proses, lalu menghasilkan sebuah produktifitas yang dibutuhkan oleh lingkungan dan hasil dari pelayanan yang diberikan dari organisasi kepada lingkungan, dan dari output yang dihasilkan tersebut ada timbal balik kepada proses pelaksanaan (feedback).


KESIMPULAN

Sekolah merupakan suatu daerah atau forum pendidikan formal yang dimanfaatkan sebagai daerah berguru siswa, yang didalamnya ada suatu kegiatan-kegiatan untuk berbagi potensi akseptor didik untuk menjadi insan yang berakhlak mulia. Di dalam kegiatan-kegiatan sekolah terdapat sebuah sistem sosial guna untuk mencapai tujuan organisasi sekolah. Sistem merupakan suatu kesatuan yang terdiri atas komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, bahan atau energi.
Sedangkan pengertian dari sosial yaitu insan yang berkaitan dengan masyarakat dan para anggotanya. Dengan demikian sistem sosial merupakan suatu kesatuan orang-orang dalam masyarakat yang disusun oleh karakteristik dari suatu teladan korelasi dan dikoordinasikan secara berkelanjutan untuk mencapai suatu tujuan. Pendekatan microcosmos melihat sekolah sebagai suatu dunia sendiri, yang didalamnya mempunyai unsur – unsur untuk sanggup disebut suatu masyarakat, menyerupai pemimpin, pemerintahan, warga masyarakat atau hukum dan norma – norma serta kelompok – kelompok sosialnya.





REFERENSI

Arifin. (2011). Sistem Komunikasi Indonesia. Bandung: Simbiosa Rekatam Media.
Didin Nurdin dan Imam Sibaweh. (2015). Pengelolaan Pendidkan Dari Teori Menuju Implemetasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Frank J Miflen dan Sydney C Mifflen. (1986). Sosiologi Pendidikan. Bandung: Tarsito.
Gerungan, W. A. (1978). Psychologi Social. Jakarta: PT. Eresco.
Gunawan. (2004). In M. Batubara, Sosiologi Pendidikan (p. 78). Jakarta: Ciputat Press.
Nasution. (2016). Sosiologi Pendidikan. Bandung: Jemmars.
Padil, M. (2007). Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: UIN-Maliki Press.
Sagala. (2010). Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Pembuka Ruang Kreativitas, Inovasi, dan Pemberdayaan Potensi Sekolah dalam Sistem Otonomi Sekolah. Bandung: Alfabeta.
Wahjosumidjo. (2011). Kepemimpinan kepala sekolah: tinjauan teoritik dan permasalahannya . Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wayne K. Hoy dan Cecil G. Miskel. (2015). In D. Nurdin, & I. Sibaweh, Pengelolaan Pendidkan (p. 53). Jakarta: Rajawali Pers.



Sumber http://samplingkuliah.blogspot.com