Monday, August 21, 2017

√ Administrasi Klasik


MANAJEMEN KLASIK


A.    Latar Belakang
Ilmu manajemen hingga ketika ini terus berkembang. Ilmu manajemen memperlihatkan pemahaman wacana pendekatan ataupun tata cara penting dalam meneliti, menganalisis dan memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan manajer.
Dalam kehidupan bermasyarakat kita tidak bisa lepas dari perencanaan, peroganisasian untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang sudah dirumuskan. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kita tidak bisa lepas dari manajemen, baik manajemen diri sendiri maupun manajemen dalam bidang pekerjaan ataupun organisasi.
Howard M. Carlisle (dalam Sugiyo, 2013:27) menyatakan bahwa “management is the process by which the element of a group are integrated, coordinated, and efficiently achieveobjective” (Manajemen ialah proses pengintegrasian, pengkoordinasian dan pemanfaatan elemen-elemen suatu kelompok untuk mencapai tujuan secara efisien).
Penerapan manajemen telah dilakukan di segala aspek bidang dalam kehidupan bermasyarakat menyerupai halnya di dunia politik, organisasi, perusahaan, instansi ataupun lembaga-lembaga pemerintahan. Dalam dunia pendidikan juga kiprah manajemen sangat penting khususnya dalam Administrasi Pendidikan.
Dalam pendidikan, manajemen itu sanggup diartikan sebagai acara memadukan sumber-sumber pendidikan semoga terpusat dalam perjuangan mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya (Pidarta, 1988:4).
Sedangkan perkembangan teori manajemen itu sendiri hingga ketika ini terus berkembang. Banyak para hebat yang menjumpai pandangan yang berbeda-beda dalam hal penerapannya. Dalam perkembangannya sendiri belum ada teori manajemen yang bersifat baku ataupun kumpulan-kumpulan aturan yang sanggup diterapkan dalam aneka macam situasi. Banyak teori yang berbeda yang dipakai dalam manajemen tersebut.
Secara umum teori manajemen ini sanggup dibagi menjadi 4 bagian, yaitu : Manajemen ilmiah (1870 – 1930), Manajemen klasik (1900 – 1940), Manajemen kekerabatan manusiawi (1930 – 1940), dan Manajemen modern (1940 – sekarang). Teori-teori manajemen ini terus berkembang hingga dengan ketika ini.
Berdasarkan perkembangan teori-teori tersebut maka kita akan melihat konsep mana yang cocok dan manis dipakai dalam kehidupan bermasyarakat. Di dunia pendidikan khususnya Administrasi Pendidikan di sekolah konsep yang menyerupai apa yang manis diterapkan. Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas wacana konsep manajemen klasik itu sendiri.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang duduk kasus di atas, penulis merumuskan permasalahkan sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan teori manajemen klasik?
2.      Bagaimanakah sejarah perkembangan teori manajemen klasik?
3.      Apa saja pokok teori manajemen klasik?
4.      Apa fungsi dan karakteristik dari manajem klasik?
5.      Apa kelebihan dan kekurangan teori manajemen klasik?
6.      Bagaimana penerapan manajemen klasik dalam Administrasi Pendidikan khususnya perencanaan pendidikan?

C.  Tujuan Pembuatan Makalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah :
1.      Untuk memenuhi kiprah mata kuliah Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan.
2.      Untuk mengetahui dan memahami teori manajemen klasik.
3.      Untuk mengetahui bagaimana penerapan teori manajemen klasik dalam   Administrasi Pendidikan




BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Manajemen Klasik
1.      Pengertian Manajemen
Kata manajemen merupakan terjemahan dari bahasa inggris “to manage” yang berarti mengelola. Kata mengelola mempunyai makna yang luas menyerupai mengatur, mengarahkan, mengendalikan, menangani, dan melaksanakan serta memimpin (Sugiyo, 2013:27)
Menurut Hersey dan Blanchard (2001:3) (dalam Sugiyo, 2013:27) mengemukakan manajemen sebagai “management is working with and throught individuals and growth to accomplish organizational goals” sedangkan stoner (1992:8) mengemukakan bahwa manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan pengguanaan sumber daya organisasi lainnya semoga mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Dalam Suherman (2007:35) manajemen diartikan sebagai proses mengadakan, mengatur, dan memanfaatkan aneka macam sumber daya yang dianggap penting guna mencapai suatu tujuan. Lebih jauh manajemen merupakan keseluruhan proses acara yang dilakukan oleh sekolompok insan dalam suatu sistem organisasi dengan memakai segala sumber daya untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

2.      Pengertian Manajemen Klasik
Teori Manajemen Aliran Klasik mendefinisikan manajemen sesuai dengan fungsi-fungsi manajemennya. Perhatian dan kemampuan manajer sangat dibutuhkan pada penerapan fungsi-fungsi tersebut. Dalam Fattah (2000:22) teori manajemen klasik berasumsi bahwa insan itu sifatnya rasional, berfikir logis, dan kerja merupakan suatu yang diharapkan. Oleh lantaran itu teori klasik berangkat dari premis bahwa organisasi bekerja dalam proses yang logis dan rasional dengan pendekatan ilmiah dan berlangsung berdasarkan struktural atau anatomi organisasi.
3.      Sejarah Perkembangan Manajemen Klasik
Teori Manajemen Aliran Klasik awal sekali timbul akhir terjadinya revolusi industri di Inggris pada kala 18. Para pemikir tersebut memperlihatkan perhatian terhadap masalah-masalah manajemen yang timbul baik itu dikalangan usahawan, industri maupun masyarakat. Para pemikir itu yang populer antara lain, Robert Owen, Henry Fayol, Charles Babbage dan lainnya.
Adapun manajemen klasik timbul dari kebutuhan akan pedoman untuk mengelola organisasi yang kompleks, contohnya sebuah pabrik. Manajemen itu tidak dilahirkan, tetapi sanggup diajarkan, asalkan prinsip-prinsip mendasari dan teori umum manajemen dapat diterapkan.
Berikut dua tokoh manajemen yang mengawali munculnya teori manajemen, yaitu :
a.       Robert Owen (1771-1858)
Dimulai pada awal tahun 1800-an sebagai Manajer Pabrik Pemintalan Kapas di New Lanark, Skotlandia. Robert Owen mencurahkan perhatiannya pada penggunaan faktor produksi mesin dan faktor produksi tenaga kerja. Dari hasil pengamatannya disimpulkan bahwa, bilamana terhadap mesin diadakan suatu perawatan yang baik akan memperlihatkan laba kepada perusahaan, demikian pula halnya pada tenaga kerja, apabila tenaga kerja dipelihara dan dirawat (dalam arti adanya perhatian baik kompensasi, kesehatan, tunjangan dan lain sebagainya) oleh pimpinan perusahaan akan memperlihatkan laba kepada perusahaan. Selanjutnya dikatakan bahwa kuantitas dan kualitas hasil pekerjaan dipengaruhi oleh situasi ekstern dan intern dari pekerjaan. Atas hasil penelitiannya Robert Owen dikenal sebagai Bapak Manajemen Personalia.
b.      Charles Babbage (1792-1871)
Charles Babbage ialah seorang Profesor Matematika dari Inggris yang menaruh perhatian dan minat pada bidang manajemen. Dia percaya bahwa aplikasi prinsip-prinsip ilmiah pada proses kerja akan menaikkan produktivitas dari tenaga kerja dan menurunkan biaya, lantaran setiap pekerjaan dilakukan secara efektif dan efisien. Dia menganjurkan semoga para manajer saling bertukar pengalaman dalam penerapan prinsip-prinsip manajemen.
Kontribusinya terlihat dari bukunya On the Economy of machinery and Manufacures. Dia menganjurkan Pembagian kerja (devision of labour), mempunyai beberapa keunggulan, yaitu :
1)      Mengefisienkan waktu yang diharapkan untuk berguru dari pengalaman-pengalaman yang baru.
2)      Banyaknya waktu yang terbuang bila seseorang berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain serta akan menghambat kemajuan dan ketrampilan pekerja, untuk itu diharapkan spesialisasi dalam pekerjaannya.
3)      Kecakapan dan keahlian seseorang bertambah lantaran seorang pekerja bekerja terus-menerus dalam tugasnya.
4)      Adanya perhatian pada pekerjaannya sehingga sanggup meresapi alat-alatnya lantaran perhatiannya pada hal itu-itu saja.
Kontribusi lain dari Charles Babbage yaitu membuatkan kolaborasi yang saling menguntungkan antara para pekerja dengan pemilik perusahaan, juga menciptakan sketsa perencanaan pembagian keuntungan.

4.      Pokok Teori Manajemen Klasik
Teori Manajemen Aliran Klasik terbagi menjadi dua, yaitu teori manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik.
a.      Teori Manajemen Ilmiah 
Pelopornya ialah Frederick Winslow Taylor, Frank dan Lilian Gilberth, dan Henry Laurance Grant serta Harrington Emerson. Pertama kali manajemen ilmiah atau manajemen yang memakai ilmu pengetahuan dibahas, pada sekitar 1900-an. Frederick Winslow Taylor ialah manajer dan penasihat perusahaan dan merupakan salah seorang tokoh terbesar manajemen. Taylor dikenal sebagai bapak manajemen ilmiah (scientifick management).
Taylor menyusun sekumpulan prinsip yang merupakan inti manajemen ilmiah.  Prinsip-prinsip itu diringkas sebagai berikut :
1)      Menghilangkan sistem coba-coba dan menerapkan metode-metode ilmu pengetahuan disetiap unsur-unsur kegiatan.
2)      Memilih pekerjaan terbaik untuk setiap kiprah tertentu, selanjutnya memberikan latihan dan pendidikan kepada pekerja.
3)      Setiap petugas harus menerapkan hasil-hasil ilmu pengetahuan di dalam menjalankan tugasnya.
4)      Harus dijalin kerjasama yang baik antara pimpinan dan pekerja.
Pendukung teori manajemen ilmiah yang lain ialah Frank B. Gilbert (1878-1924) dan Lilian Gilberth (1878-1972) yang sukses mengarahkan pada studi gerak dan waktu. Dia tertarik pada pengerjaan suatu pekerjaan yang memperoleh efisiensi tertinggi sebagai ilmu yang menganalisis kiprah hingga pada gerak fisik dasar.  Diharapkan semoga gerak tidak dihambur-hamburkan dan dihemat serta diharapkan lancar  sehingga produktifitas kerja meningkat. 
Dalam konsep Gilbreth, gerakan dan kelelahan saling berkaitan.  Dengan kamera film ia berusaha mencari gerakan paling menghemat untuk setiap pekerjaan, dengan demikian menaikkan prestasi dan mengurangi kelelahan. Keduanya membuatkan planning promosi 3 tahap, yaitu :
1)      Mengerjakan pekerjaan ketika ini.
2)      Mempersiapkan diri untuk jabatan yang lebih tinggi.
3)      Melatih penggantinya dalam waktu yang bersamaan.
Menurut metode tersebut, seorang pekerja akan bekerja menyerupai biasa, sambil menyiapkan promosi karir dan melatih calon penggantinya. Dengan demikian pekerja akan menjadi pelaksana, pelajar yaitu menyiapkan karir yang lebih tinggi, dan pengajar dalam arti mengajari calon penggantinya.
Pelopor manajemen ilmiah selanjutnya ialah Henry Laurance Gantt (1861-1919). Beliau merupakan ajun dari Taylor, dia berdiri sendiri sebagai seorang konsultan, dimana titik perhatiannya pada unsur insan dalam menaikkan produktivitas kerjanya. Adapun gagasan yang dicetuskannya yaitu :
1)      Kerja sama yang saling menguntungkan antara manajer dan tenaga kerja untuk mencapai tujuan bersama.
2)      Mengadakan seleksi ilmiah terhadap tenaga kerja.
3)      Pembayar upah pegawai dengan memakai sistem bonus.
4)      Penggunaan instruksi kerja yang terperinci.
Harrington Emerson (1853-1931) populer dengan sebutan efficiency engineering sebagai tipe konsultasi. Dia melihat penyakit sistem industri ialah pemborosan. Dia yakin bahwa hancurnya pabrik bukan disebabkan oleh tanah, pekerja dan modal, tetapi lantaran miskinnya ide-ide untuk berkembang.
Oleh lantaran itu Emerson mengemukakan 12 prinsip-prinsip efisiensi, yaitu:
1)      Tujuan dirumuskan dengan jelas.
2)      Kegiatan yang dilakukan masuk akal.
3)      Dikerjakan oleh orang yang benar-benar kompeten.
4)      Disiplin.
5)      Balas jasa yang adil.
6)      Laporan yang reliabel, mutakhir dan valid.
7)      Pemberian perintah-perencanaan dan urutan kerja.
8)      Adanya standar-standar dan skedul-skedul metode dan waktu kegiatan.
9)      Kondisi yang mempunyai standar.
10)  Operasi yang mempunyai standar.
11)  Instruksi-instruksi mudah tertulis yang mempunyai standar.
12)  Balas jasa efisien-rencana insentif (ganjaran akhir efisiensi).
Sumbangan dan Keterbatasan Manajemen Ilmiah
Teori manajemen ilmiah memperlihatkan beberapa sumbangan penting. Produksi masal merupakan salah satu perwujudan teori manajemen ilmiah. Barang produksi dengan cepat dan sebanyak-banyaknya menyerupai proses produksi lini perakitan. Proses produksi semacam itu sangat efisien. Ide masalisasi menyerupai itu bahkan mempengaruhi sektor lain, menyerupai jasa. “Rumah makan cepat” (fast food restaurant) menyerupai McDonald mengikuti proses produksi lini perakitan. Desain pekerjaan, pemilihan dan perkembangan karyawan secara ilmiah juga merupakan hasil dari teori manajemen ilmiah. Manajemen ilmiah mendorong pendekatan rasional untuk memecahkan masalah. Pendekatan semacam itu mendorong pendekatan ilmiah pada manajemen, dan mendorong pendekatan manajemen sebagai ilmu. Pendekatan ini mendorong profesionalisme manajemen.
Teori manajemen ilmiah mempunyai beberapa keterbatasan. Asumsi bahwa insan (pekerja) tidak selalu berusaha memenuhi kebutuhan ekonomi dan fisiknya. Tujuan produktivitas atau laba cenderung mengarah pada ekploitasi pekerja. Ada beberapa pendekatan yang cocok untuk waktu/tempat tertentu, tetapi tidak cocok untuk waktu /tempat yang lain.

b.      Teori Organisasi Klasik
Konsep-konsep wacana organisasi telah berkembang mulai tahun 1800-an, dan konsep-konsep ini kini dikenal sebagai teori klasik (classical theory) atau kadang kala disebut juga teori tradisional. Organisasi secara umum digambarkan oleh para teoritisi klasik sebagai sangat tersentralisasi, dan tugas-tugasnya terspesialisasi. Para teoritisi klasik menekankan pentingnya “rantai perintah” dan penggunaan disiplin, aturan dan supervisi ketat untuk mengubah organisasi-organisasi semoga beroperasi lebih efisien. Teori klasik sendiri terbagi atas teori birokrasi dan teori administrasi, bahkan ada pula yang menganggap teori Manajemen ilmiah juga merupakan belahan dari teori organisasi klasik.
Teori organisasi klasik yang pertama ialah teori birokrasi yang dikemukakan oleh Max Weber dalam bukunya : The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism. Kata birokrasi mula-mula berasal dari kata legal-rasional. Organisasi disebut rasional dalam hal penetapan tujuan dan perencanaan organisasi untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Weber bentuk organisasi yang birokratik secara kodratnya ialah bentuk organisasi yang paling efisien.
Weber mengemukakan karakteristik birokrasi sebagai berikut :
1)      Pembagian kerja yang jelas.
2)      Hirarki wewenang yang dirumuskan secara baik.
3)      Program rasional dalam pencapaian tujuan organisasi.
4)      Sistem mekanisme bagi penanganan situasi kerja.
5)      Sistem aturan yang meliputi hak-hak dan kewajiban-kewajiban posisi para pemegang jabatan.
6)      Hubungan-hubungan antar pribadi yang bersifat “impersonal”.
Jadi, birokrasi ialah sebuah model organisasi normatif, yang menekankan struktur dalam organisasi. Unsur-unsur birokrasi masih banyak ditemukan di organisasi-organisasi modern yang lebih kompleks daripada kekerabatan “face-to-face” yang sederhana.
Teori organisasi klasik yang kedua ialah teori administrasi. Teori manajemen berkembang semenjak tahun 1990. Teori ini sebagian besar dikembangkan atas dasar sumbangan Henry Fayol dan Lynlali Urwick dari Eropa, serta Mooney dan Reiley di Amerika.
Mooney dan Reilly menyebut Koordinasi sebagai faktor terpenting dalam perencanaan organisasi maupun bangkit teori yang mereka kemukakan. Mereka menekankan tiga prinsip organisasi yang mereka teliti dan temukan telah dijalankan dalam organisasi-organisasi pemerintahan, agama, militer dan bisnis. Ketiga prinsip tersebut ialah : 1) Prinsip koordinasi(kerja sama), 2) Prinsip skalar (pendelegasian wewenang dan tanggungjawab), dan 3) Prinsip fungsional (pembagian kerja).
Tokoh selanjutnya ialah Henry Fayol (1841-1925). Menurut Fayol (Robbins dan Coulter, 1999), manajemen adalah sebuah kegiatan umum dari semua perjuangan insan dalam bisnis, pemerintahan, dan rumah tangga.
Pada tahun 1916, dengan sebutan teori manajemen klasik yang sangat memperhatikan produktivitas pabrik dan pekerja, disamping memperhatikan manajemen bagi satu organisasi yang kompleks, sehingga dia menampilkan satu metode anutan manajemen yang lebih utuh dalam bentuk cetak biru. Fayol memerinci fungsi-fungsi kegiatan manajemen menjadi elemen-elemen manajemen, yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pemberian perintah, pengkoordinasian, dan pengawasan. Pembagian kegiatan-kegiatan manajemen atas fungsi-fungsi ini dikenal sebagai Fayol’s Functionalism atau teori Fungsionalisme Fayol.
Fayol berkeyakinan keberhasilan para manajer tidak hanya ditentukan oleh mutu pribadinya, tetapi lantaran adanya penggunaan metode manajemen yang tepat. Sumbangan terbesar dari Fayol berupa pandangannya wacana manajemen yang bukanlah semata kecerdasan pribadi, tetapi lebih merupakan satu keterampilan yang sanggup diajarkan dan sanggup dipahami prinsip-prinsip pokok serta teori umumnya sebagaimana yang telah dirumuskan. Fayol membagi kegiatan dan operasi perusahaan ke dalam beberapa macam kegiatan :
1)      Teknis (produksi) yaitu berusaha menghasilkan dan menciptakan barang-barang produksi.
2)      Dagang (Beli, Jual, Pertukaran) dengan cara mengadakan pembelian materi mentah dan menjual hasil produksi.
3)      Keuangan (pencarian dan penggunaan optimum atas modal) berusaha mendapatkan dan memakai modal.
4)      Keamanan (perlindungan harga milik dan manusia) berupa melindungi pekerja dan barang-barang kekayaan perusahaan.
5)      Akuntansi dengan adanya pencatatan dan pembukuan biaya, utang, laba dan neraca, serta aneka macam data statistik.
Pada tumpuan lain ada yang menuliskan satu pelengkap kegiatan selain lima kegiatan diatas, yaitu kegiatan Manajerial (perencanaan, pengorganisasian, pemberi perintah dan pengawasan).
Selanjutnya Fayol juga mengungkapkan ada 14 prinsip manajemen yang merupakan kebenaran universal yang merupakan prinsip umum manajemen, yaitu:
1)      Pembagian Kerja – yaitu adanya spesialisasi akan meningkatkan efisiensi pelaksanaan kerja.
2)      Wewenang/ Otoritas – yaitu adanya hak untuk memberi perintah dan dipatuhi.
3)      Disiplin/ Tata Tertib – harus ada respek dan ketaatan pada peranan-peranan dan tujuan organisasi.
4)      Kesatuan Perintah/ Komando – bahwa setiap pekerja hanya mendapatkan instruksi wacana kegiatan tertentu hanya dari seorang atasan.
5)      Kesatuan Pengarahan – kegiatan operasional dalam organisasi yang mempunyai tujuan yang sama harus diarahkan oleh seorang manajer dengan penggunaan satu rencana.
6)      Meletakkan kepentingan perseorangan di bawah kepentingan umum – kepentingan perseorangan harus diupayakan semoga senantiasa di bawah kepentingan organisasi. Artinya prioritas harus didahulukan untuk kepentingan bersama daripada untuk kepentingan pribadi.
7)      Balas jasa – kompensasi untuk pekerjaan yang dilaksanakan harus adil baik bagi karyawan maupun pemilik.
8)      Sentralisasi – adanya keseimbangan antara pendekatan sentralisasi dengan desentralisasi.
9)      Garis wewenang (scalar system)/ rantai skalar / hirarki – adanya garis wewenang dan perintah yang jelas.
10)  Order/ Kemantapan para karyawan dalam pekerjaannya – sumber daya organisasi termasuk sumber daya manusianya, harus ada pada waktu dan tempat yang tepat. Penempatan orang-orang harus sesuai dengan pekerjaan yang akan dikerjakan.
11)  Keadilan/ kesamaan – Perlakuan dalam organisasi harus sama dan tanpa ada diskriminasi.
12)  Stabilitas Staf dalam Organisasi – perlu adanya kestabilan dalam menjalankan organisasi, tidak terlalu cepat ataupun terlalu lambat.
13)  Inisiatif – setiap pekerja harus diberi kesempatan untuk membuatkan dirinya dan diberi kebebasan untuk merencanakan dan menjalankan tugasnya secara kreatif walaupun memungkinkan terjadinya kesalahan.
14)  Esprit de Corps (semangat korps) – Prinsip ini menekankan bahwa pada dasarnya kesatuan ialah sebuah kekuatan. Pelaksanaan operasional organisasi perlu mempunyai kebanggaan, kesetiaan, dan rasa mempunyai dari para anggota yang tercermin pada semangat korps/ kebersamaan.
Selanjutnya berdasarkan sumber tumpuan yang lain, lebih rinci mengenai pengembang manajemen aliran klasik serta bantuan yang mereka berikan terhadap manajemen sanggup dilihat pada tabel berikut ini:
No
Pengembang
Tahun
Kontribusi Terhadap Manajemen
1.








2.





3.












4.










5.
Robert Owen








Charles Babbage





Frederick Winslow Taylor











Henry Laurance Gantt









Frank B. Gilberth
&
Lilian M. Gilberth
1771 - 1858








1792 - 1871





1856 - 1915












1861 - 1919










1868 - 1942

1978 - 1972
a)    Membangun perumahan bagi pekerja.
b)    Menyediakan kebutuhan rumah tangga bagi pekerja.
c)    Menetapkan mekanisme kerja spesifik.
d)    Penilaian harian terhadap para pekerja secara terbuka.

Prinsip pembagian kerja sehingga setiap pekerjaan harus dipecahkan dan setiap pekerja dididik dengan keterampilan spesifik untuk menuntaskan pekerjaannya.

Penemu manajemen ilmiah dengan prinsip.
a)    Pengembangan manajemen ilmiah sebenarnya, contohnya metode terbaik untuk menuntaskan setiap pekerjaan.
b)   Seleksi secara ilmiah terhadap para pekerja sehingga pekerja diberi kiprah dan tanggung jawab yang cocok.
c)    Kerja sama yang akrab antara pihak manajemen dan pekerja.

Meninggalkan sistem tarif upah dan diferensial dan menggantinya dengan motifasi kerja :
1.    Setiap pekerja yang menuntaskan pekerjaannya diberi bonus $ 50 Sen.
2.    Mandor akan mendapatkan bonus apabila seluruh pekerjaan mencapai standar.
Penggambaran jadwal produksi dengan Gantt Chart.

Studi gerak dan waktu meningkatkan semangat kerja. Keduanya membuatkan planning 3 kedudukan, yaitu :
a.    Mengerjakan pekerjaan ketika ini.
b.    Mempersiapkan diri untuk jabatan yang lebih tinggi.
c.     Melatih penggantinya dalam waktu yang bersamaan.

5.      Fungsi Manajemen Klasik
Secara tradisional manajemen klasik mempunyai beberapa fungsi, antara lain sebagai berikut:
a.    Merencanakan (planning) adalah memilih sasaran organisasi dan sarana untuk pencapaian tujuan.
b.   Mengorganisasikan (organizing) adalah memutuskan dimana keputusan akan dibuat, siapa yang akan melaksanakan kiprah dan pekerjaan, serta siapa yang akan bekerja untuk siapa.
c.    Memimpin (leading) adalah memberi insparasi dan motivasi kepada karyawan untuk berusaha keras mencapai sasaran organisasi.
d.   Mengendalikan (controlling) adalah mengawasi kemajuan pencapaian sasaran dan mengambil tindakan kekerabatan bilamana dibutuhkan.

6.      Karakteristik Manajemen Klasik
Dari pemaparan di atas dan dari suatu sumber, terdapat beberapa karakteristik dari teori manajemen klasik, antara lain yaitu:
a.       Pengembangan manajemen dilakukan oleh teoritis.
b.      Investasi terbesar ialah karyawan.
c.       Tenaga kerja diberi training keterampilan sesuai operasi pabrik.
d.      Karyawan bertanggungjawab atas pekerjaan tertentu yang berulang.
e.       Adanya sketsa pembagian keuntungan.

B.     Kelebihan dan Kekurangan Teori Manajemen Klasik
1.      Kelebihan Teori Manajemen Klasik
Dalam manajemen klasik metode ilmiah sanggup diterapkan pada bermacam-macam kegiatan organisasi, jadi bukan hanya pada organisasi industri. Berikut beberapa kelebihan dari manajemen klasik.
a.       Teknik efisiensi dan penelitian waktu dan gerak (time and motion study) bisa meningkatkan efisiensi dan produktivitas tenaga kerja.
b.      Metode pemilikan dan pengembangan tenaga kerja memperlihatkan pentingnya latihan dan pendidikan untuk meningkatkan efektivitas kerja.
c.       Metode ini juga bisa memperlihatkan rancangan kerja dan mendorong manajer untuk mencari alternatif terbaik dalam melaksanakan suatu pekerjaan.
d.      Manajemen klasik menyediakan banyak teknik dan pendekatan terhadap manajemen yang masih relevan ketika ini sebagai pola pemahaman secara menyeluruh mengenai sifat dari pekerjaan yang dilaksanakan, pemilihan orang yang sempurna untuk melaksanakan pekerjaan tersebut, dan melaksanakan pendekatan keputusan secara rasional semuanya ialah inspirasi yang berkhasiat dan masing-masing dikembangkan selama periode ini.
e.       Beberapa konsep inti dari model birokratif masih sanggup dipakai di dalam rancangan organisasi modern selama keterbatasan mereka diakui. Manajer seharusnya mengakui bahwa efisiensi dan produktivitas sanggup diukur dan dikendalikan dalam banyak situasi.

2.      Kekurangan Teori Manajemen Klasik
Selain mempunyai kelebihan, manajemen klasik juga diakui mempunyai beberapa keterbatasan, adapun keterbatasan tersebut diantaranya ialah sebagai berikut:
1)      Manajemen klasik kurang memperhatikan aspek kemanusiaan dari pekerja, menyerupai motif, tujuan, perilaku, dan lain sebagainya.
2)      Dalam organisasi modern yang kompleks menyerupai sekarang, manajemen klasik dianggap terlalu umum.  Di manajemen modern, terkadang garis wewenang agak kabur. Saat ini terkadang teknisi bisa menerima perintah dari manajer pabrik (atasan dari atasan teknisi (mandor).  Ini menciptakan kontradiksi antara prinsip pembagian kerja dan kesatuan perintah.
3)      Peningkatan produktivitas memungkinkan peningkatan hasil, tetapi sering menjadikan pemberhentian pekerja atau diubahnya upah. 
4)      Teori ini kurang melihat kebutuhan sosial para pekerja dan tidak pernah melihat ketegangan-ketegangan yang terjadi lantaran kebutuhan itu tidak terpenuhi. Hal ini terjadi lantaran manajer yang mengikuti aliran ini hanya memperhatikan aspek material dan fisik.
5)      Manajer juga harus mengakui keterbatasan dari perspektif klasik dan menghindari fokus sempitnya terhadap efisiensi dari perspektif penting lainnya. Kekurangan dari manajemen klasik ialah prespektif tersebut menganggap remeh kiprah individu dalam organisasi.
Sedangkan berdasarkan Filley, Kerr dan Hous (1976) dalam Fattah (2000:24) kelemahan-kelemahan teori klasik secara garis besar dikemukakan sebagai berikut:
1)      Teori klasik ialah teori yang terikat waktu. Teori ini cocok diterapkan pada permulaan kala dua puluhan, lantaran motif pekerja waktu itu yang terutama ialah memenuhi kebutuhan fisiologis.
2)      Teori klasik mempunyai ciri-ciri deterministik. Teori sangat menekankan pada prinsip-prinsip manajemen dan tidak memperhitungkan aneka macam dimensi dalam manajemen menyerupai motivasi, pengambilan keputusan, dan kekerabatan informal.
3)      Teori ini merumuskan asumsinya secara eksplisit. Malahan banyak perkiraan yang lemah dan tidak lengkap secara implisit terdapat dalam teori klasik itu, antara lain: efisiensi hanya diukur oleh tingkat produktivitas yang hanya menyangkut penggunaan sumber secara hemat tanpa memperhitungkan faktor manusiawi.






















BAB III
PEMBAHASAN

A.    Analisis Teori Manajemen Klasik
Suatu teori akan selalu penting dan senantiasa sempurna untuk dipelajari kalau teori tersebut terus mengalami perkembangan sesuai perubahan jaman semoga teori selalu sempurna diterapkan kapan saja. Ada banyak teori yang berkembang dalam ilmu pengetahuan dunia ketika ini termasuk teori wacana manajemen. Banyak hebat manajemen yang menuliskan wacana teori manajemen dengan bermacam-macam pandangan atau persepsinya masing-masing yang tentu didasari oleh proses pengkajian yang mendalam. Sehingga tidak jarang ditemui cukup banyak perbedaan dalam pembahasan suatu teori manajemen.
Mengenai teori manajemen secara umum ada banyak pengembangan dari teori manajemen yang dituliskan secara berbeda dari bermacam-macam referensi, pada suatu tumpuan disebutkan bahwa terdapat tiga aliran pemikiran manajemen, yaitu:
1.      Aliran klasik yang terbagi dalam manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik. (ada tumpuan lain pula yang menyebutkan teori organisasi klasik terbagi menjadi teori birokrasi dan teori administrasi).
2.      Aliran kekerabatan manusiawi, disebut sebagai aliran neoklasik atau pasca klasik.
3.      Aliran manajemen modern.
Ada pula tumpuan lain yang menyebutkan secara garis besar konsep manajemen sanggup dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu:
1.      Konsep Manajemen Klasik
2.      Konsep Manajemen Behavioristik
3.      Konsep Manajemen Systems Model
4.      Konsep Manajemen Networking
Selanjutnya terdapat tumpuan lain pula yang menyebutkan bahwa Konsep dasar manajemen sendiri mengalami perkembangan sepanjang sejarah yang tidak terlepas dari para hebat manajemen.  Secara umum perkembangan teori manajemen sanggup dibagi menjadi 4, yaitu :
1.      Manajemen ilmiah (1870 – 1930)
2.      Manajemen klasik (1900 – 1940)
3.      Manajemen kekerabatan manusiawi (1930 – 1940)
4.      Manajemen modern (1940 – sekarang)
Sehingga untuk membahas mengenai manajemen klasik itu sendiri perlu dibentuk bahasan apakah manajemen klasik dibahas sebagai suatu konsep atau aliran ataukah teori organisasi, lantaran ketika membahasnya sebagai suatu aliran maka menyerupai yang dikemukakan diatas bahwa manajemen aliran klasik terbagi dalam manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik, sehingga sanggup dikatakan bahwa manajemen ilmiah merupakan belahan dari manajemen klasik. Sedangkan kalau dibahas sebagai suatu teori maka sanggup dilihat pada pemaparan di atas bahwa manajemen ilmiah berbeda atau terpisah dari manajemen klasik.
Selain terdapat perbedaan dari segi bahasan apakah manajemen klasik dipandang sebagai suatu aliran ataukah konsep/ teori, terdapat pula perbedaan dari segi tokoh yang menjadi aktivis manajemen ilmiah. Namun dibalik segala perbedaan yang ada, tetap terdapat suatu titik temu atau pokok teori manajemen klasik yang dalam hal ini sanggup dilihat pada pemaparan karakteristik, kelebihan dan kelemahan teori manajemen klasik. Bagaimanapun, pembahasan suatu teori akan sempurna sasaran kalau difokuskan pembahasannya pada suatu aspek atau sudut pandang tertentu.
Inti dari teori manajemen klasik ialah lebih merupakan suatu teori manajemen yang mengedepankan produktivitas suatu organisasi atau perusahaan dengan adanya peningkatan kualitas pekerja/ karyawan dengan diberi pekerjaan yang spesifik dan dituntut tanggungjawab untuk menyelesaikannya pada waktu yang telah ditentukan yang disertai pendidikan dan latihan yang memadai demi meningkatkan efektivitas kerja serta adanya upaya mencari alternatif metode terbaik untuk lebih mengefisienkan waktu pengerjaan suatu pekerjaan. Sudah tentu ketika terfokuskannya seseorang pada suatu pencapaian tujuan tertentu, maka tidak sanggup dipungkiri bahwa akan ada saja aspek lain yang kurang diperhatikan, begitu pula dengan teori manajemen klasik tersebut sehingga teori ini pun tidak luput dari kekurangan atau keterbatasan.
B.     Penerapan Teori Manajemen Klasik dalam Administrasi Pendidikan
Saat ini manajemen manajemen pendidikan yang banyak dilaksanakan ialah acara manajemen pendidikan yang umum.  Dalam acara manajemen pendidikan diklasifikasikan empat jenis layanan, yaitu layanan dasar administrasi, layanan responsif, layanan perencanaan individual dan derma sistem. Dalam derma sistem dijelaskan mengenai kegiatan manajemen yang merupakan aneka macam upaya untuk memantapkan, memelihara dan meningkatkan mutu acara manajemen melalui kegiatan-kegiatan: pengembangan program, pengembangan staf, pemanfaatan sumber daya, dan pengembangan penataan kebijaksanaan.
Beberapa hal di atas ada yang sejalan dengan konsep manajemen klasik, misalkan dalam pengembangan staf. Dalam manajemen klasik diterapkan teknik efisiensi dan penelitian waktu dan gerak (time and motion study) yang bisa meningkatkan efisiensi dan produktivitas tenaga kerja serta diterapkannya pula metode pemilikan dan pengembangan tenaga kerja yang memperlihatkan pentingnya latihan dan pendidikan untuk meningkatkan efektivitas kerja dan diterapkannya pemilihan orang yang sempurna untuk melaksanakan pekerjaan tertentu. Berkenaan dengan hal tersebut, dari sini sanggup terlihat bahwa dalam konsep manajemen klasik sangat memperhatikan pengembangan staf, apalagi pelaksana acara bimbingan konselor haruslah profesional terhadap bidangnya lantaran kegiatan bimbingan dan konseling hanya sanggup dilakukan oleh orang yang profesional semoga terhindar dari mall praktek.
Selanjutnya dalam teori birokrasi manajemen klasik juga diterapkan pembagian kerja yang jelas, dan dalam pelaksanaan acara administrasipun dilakukan pembagian kerja yang terang dari kepala sekolah sebagai manajer dalam manajemen sekolah kepada seluruh personel sekolah semoga semua bisa terlibat secara sempurna dalam mendukung terlaksananya manajemen yang disusun oleh guru. Dari dua hal yang coba dikemukakan di atas sudah cukup menjelaskan bahwa manajemen klasik dalam hal tertentu masih sempurna dipakai dalam pelaksanaan manajemen pendidikan.

BAB IV
PENUTUP

A.                Kesimpulan 
1.      Manajemen Pendidikan bergotong-royong berkembang dan mengadopsi dari teori Manajemen di bidang ekonomi. Teori Manajemen pada awalnya dikembangkan oleh tokoh-tokoh yang bergerak dalam bidang bisnis.
2.      Dalam perkembangannya Teori Manajemen sanggup dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : (1) Teori Manajemen Kuno; (2) Teori Manajemen Klasik (tokohnya antara lain Robert Owen (1771-1858) & Charles Babbage (1792-1871) ); dan (3) Teori Manajemen Kontemporer.
3.      Perkembangan manajemen pendidikan di Indonesia pada orde gres sangat diwarnai dengan manajemen yang sentralistik, kemudian pada perkembangannya pada era reformasi menjelma desentralisasi atau dikenal dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang pada dasarnya sekolah diberi wewenang untuk mengatur semua kegiatan sekolah. Ini seiring dengan pemberian wewenang pemerintah pusat pada pemerintah kawasan (otonomi daerah).
4.      Secara umum manajemen ialah sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan  untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
5.      Manajemen klasik lebih merupakan suatu teori manajemen yang mengedepankan produktivitas suatu organisasi atau perusahaan dengan adanya peningkatan kualitas pekerja/ karyawan dengan diberi pekerjaan yang spesifik dan dituntut tanggungjawab untuk menyelesaikannya pada waktu yang telah ditentukan yang disertai pendidikan dan latihan yang memadai demi meningkatkan efektivitas kerja serta adanya upaya mencari alternatif metode terbaik untuk lebih mengefisienkan waktu pengerjaan suatu pekerjaan.
6.      Konsep manajemen klasik dalam Administrasi Pendidikian sangat memperhatikan pengembangan staf, apalagi pelaksana acara manajemen pendidikan haruslah profesional terhadap bidangnya lantaran kegiatan manajemen hanya sanggup dilakukan oleh orang yang profesional semoga terhindar dari kesalahan  praktek.

B.     Saran
1.      Bagi mahasiswa Jurusan Administrasi Pendidikan diharapkan selalu berupaya menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya yang berkenaan dengan penunjang profesionalisme kerja, termasuk dalam kaitannya dengan pemahaman akan manajemen pendidikan.
2.      Bagi direktur sebagai pelaksana manajemen sangat penting kiranya untuk sanggup menerapkan manajemen yang efektif dan efisien guna menunjang keberhasilan acara pelayanan administrasi.
3.      Bagi kepala sekolah sebagai manajer utama di sekolah, maka perlu kiranya melaksanakan manajemen sekolah yang efektif guna terlaksananya tujuan pendidikan di sekolah secara optimal termasuk kaitannya dengan derma akan acara manajemen di sekolah yang mempunyai kiprah penting dalam menunjang kemajuan sekolah.














DAFTAR PUSTAKA

Daft, Richard L. 2003. Management (manajemen) Edisi 6 Penerjemah Edward Tanujaya, Shirly Tiolina. Jakarta: Salemba Empat.
Fattah, Nanang. 2000. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Hanafi, Mamduh M. 2003. Manajemen. Yogyakarta: UPP-AMPYKPN.
Mulyono, MA. 2009. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Pidarta, Made. 1988. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Siswanto, H.B. 2007. Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyo. 2013. Manajemen Bimbingan dan  Konseling di Sekolah. Semarang: Widya Karya.
Syamsu Yusuf, LN dan A. Juntika Nurihsan. 2010. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Kerjasama PPs UPI dan PT Remaja Rosdakarya.
Suherman, Uman. Manajemen Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Mandani Production.
Usman, Husaini. 2011. Manajemen Teori, Praktik, Dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara












Sumber http://samplingkuliah.blogspot.com