Tuesday, August 29, 2017

√ Innovation And Change In Education


Pendahuluan
Perubahan dan penemuan dalam pendidikan kedokteran merupakan hal yang terjadi tanggapan majemuk tuntutan dan perubahan yang terjadi di lingkungan institusi pendidikan. Kita sadari bahwa perkembangan ilmu pengetahuan, pelayanan kesehatan, pertumbuhan pendudukan  akan berdampak pribadi pada dunia pendidikan. Untuk menjawab tuntutan tersebut, perlu perubahan dan penemuan dalam bidang pendidikan kedokteran.1
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang pesat, pelayanan kesehatan dengan sistim jaminan kesehatan nasional ibarat yang berlaku ketika ini, penyakit-penyakit yang bermunculan baik yang bisul maupun yang kronis, kesadaran masyarakat dengan kesehatan memperlihatkan tuntutan pada dunia pendidikan supaya menghasilkan dokter yang berkompeten dan menyebar merata di seluruh Indonesia.1
Innovation and change
Education dalam Oxford dictionary, “the process of receiving or giving systematic instruction, especially at a school or university.”  Pendidikan, berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah proses pengubahan sikap dan tata laris seseorang atau kelompok orang dalam perjuangan mendewasakan insan melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Definisi  change berdasarkan Oxford dictionary mempunyai pengertian ”make or become different”  atau dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai perubahan, berdasarkan KBBI ialah hal (keadaan) berubah; peralihan; pertukaran. Innovation berdasarkan Oxford dictionary mempunyai arti “the action or process of innovating, a new method, idea, product, etc” dan di dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan dengan  inovasi. Di dalam KBBI, penemuan mempunyai pengertian penemuan gres yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode, atau alat).2,3
Dengan mengenal terminologi pendidikan, perubahan dan inovasi,  pembahasan mengenai perubahan dan penemuan dalam pendidikan kedokteran merupakan hal penting dalam menjawab tuntutan dari aneka macam permasalahan. Perubahan dan penemuan sanggup terjadi pada kurikulum, strategi, metode dan penilaian.
Kurikulum yang dipakai di pendidikan kedokteran kini ini merupakan kurikulum berbasis kompetensi, yang mengacu pada Standar kompetensi dokter Indonesia (SKDI) yang disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). SKDI tersebut yang dipergunakan sebagai teladan dalam menyebarkan kurikulum pendidikan dokter di Indonesia. SKDI  juga dipergunakan dalam menilai kompetensi dokter lulusan luar negeri yang ingin bekerja di Indonesia. Tujuh area kompetensi yang tercantum dalam SKDI adalah: 1) profesionalisme yang luhur, 2) mawas diri dan pengembangan diri, 3) komunikasi efektif, 4) pengelolaan informasi, 5) landasan ilmiah ilmu kedokteran, 6) keterampilan klinik, dan 7) pengelolaan problem kesehatan.4
SKDI disusun berdasarkan standard global bagi pendidikan kedokteran di seluruh dunia yang dikeluarkan oleh World Federation of Medical Education (WFME), bertujuan untuk meningkatkan kualitas pedidikan dokter. Rekomendasi WFME untuk meningkatkan kualitas pendidikan dokter adalah:1
-          Mengintegrasikan ilmu kedokteran dasar dengan ilmu klinik
-          Menyesuaikan sistim penilaian mahasiswa supaya sesuai dengan proses pembelajaran yang terintegrasi
-          Mengurangi beban kurikulum yang terlalu syarat dengan pengetahuan
WFME mendorong seni administrasi pendidikan self directed learning  sebagai persiapan menjadi long life learner. KKI telah tetapkan kurikulum berbasis kompetensi sebagai kurikulum yang dipakai di pendidikan kedokteran dengan pendekatan seni administrasi SPICES (Student centred, Problem based, Integrated, Community based, Elective/Early clinical exposure, Systematic).1,5
Salah satu penerapan penemuan ialah dengan  mengintegrasikan pembelajaran  ilmu kedokteran dasar dan ilmu klinik. Tahun-tahun pertama pendidikan kedokteran, mahasiswa  diharapkan untuk lebih menguasai  struktur  normal, fungsi dan perilaku. Pendekatan sistem yang merupakan pembelajaran  terintegrasi  menjadi seni administrasi kunci  bagi aktivitas pembelajaran untuk mahasiswa pada tahun-tahun pertama.1,5,6,7
American Medical Association (AMA) merumuskan 6 area penemuan untuk pendidikan profesi kesehatan, yaitu:6
1.      Interprofesional education (IPE)
2.      Model gres pendidikan klinis
3.      Konten gres untuk melengkapai ilmu dasar
4.      Pendidikan berbasis kompetensi
5.      Incorporation pendidikan dan teknologi informasi
6.      Pengembangan kepemimpinan  dan innovator pada pendidikan profesi kesehatan
Tren pendidikan kedokteran selain yang dirumuskan AMA, juga mengenai community based, berbasis kompetensi, student centred, problem based learning, pendidikan dokter berkelanjutan, pendidikan kedokteran berdasarkan fakta dan teknologi informasi dan komunikasi. Merujuk pada SKDI, tren pendidikan kedokteran ini merupakan perwujudan dari area kompetensi yang dijabarkan pada klasifikasi kompetensi dan pokok bahasan.4,6,7
Paradigma gres perguruan tinggi tinggi berubah dari teacher centred menjadi student-centred, kurikulum terintegrasi supaya mahasiswa sanggup berpikir secara komprehensif dan holistik semenjak dini, metode pembelajaran problem based learning, pembinaan keterampilan klinik, komunikasi dan profesionalisme dimulai semenjak awal pendidikan sehingga diperlukan dengan paparan dini, mahasiswa lebih percaya diri dalam menerapkan kemampuan pada tahap profesi, wahana pendidikan disediakan bervariasi, bukan hanya rumah sakit pendidikan tetapi juga community based education,  sistem penilaian diperbaiki, sehingga mahasiswa dinilai  sesuai dengan level kompetensi yang diharapkan. Inovasi sanggup dilaksanakan tentunya sesudah mengidentifikasikan problem institusi, kemudian merancang penemuan mengenai problem tersebut.1,7
Implementasi seni administrasi pendidikan Community based education pada pendidikan preklinik
Sesuai dengan SPICES, yang salah satunya merupakan community based, seni administrasi pendidikan haruslah berdasarkan hal tersebut. Selama ini di aktivitas studi pendidikan kedokteran Universitas Baiturrahmah, community based baru terealisasi pada tahap klinik yaitu pada stase kesehatan masyarakat, sedangkan pada tahap preklinik belum dilaksanakan.
Usulan dalam penemuan pada seni administrasi pendidikan  di fakultas kedokteran Universitas Baiturrahmah ialah mengimplementasikan seni administrasi community based pada pendidikan preklinik. Integrasi seni administrasi ini pada modul keterampilan klinik I, salah satu keterampilannya merupakan keterampilan berkomunikasi efektif. Bekerjasama dengan kelurahan yang ada di Kota Padang, dan kader posyandu, mahasiswa akan diarahkan ke perumahan penduduk tempat padat dan menentukan keluarga yang akan diwawancarai, hasil wawancara akan diolah menjadi suatu action yang sanggup bermanfaat untuk keluarga dan masyarakat setempat. Mahasiswa melakukannya berkelompok sesuai dengan kelompok tutorial.
Manfaat dari penemuan seni administrasi pembelajaran community based  adalah mahasiswa pribadi kontak dengan masyarakat, mahasiswa pribadi melihat permasalahan yang ada di masyarakat, dan menganalisisnya serta menciptakan intervensi yang bisa mereka laksanakan. Setelah mengumpulkan permasalahan yang dilihat, mahasiswa berkonsultasi dengan dosen pendamping, permasalahan apa yang sanggup diintervensi. Kemudian menciptakan proyek secara berkelompok.
Misalnya kasus prilaku hidup higienis dan sehat (PHBS), masih banyak kita menemukan perokok yang merokok di dalam rumah, mahasiswa bisa mewawancarai keluarga yang anggota keluarganya merokok, dan menanyakan mengenai kesehatan mereka serta faktor lain yang terkait. Kemudian secara berkelompok melaksanakan intervensi, baik secara penyuluhan maupun dengan menciptakan poster atau leaflet yang bisa juga bermanfaat untuk kader dan kelurahan setempat. Pada kasus dukungan ASI, masih banyak masyarakat yang belum mengerti mengenai dukungan ASI, manfaat ASI. Mahasiswa bisa melaksanakan penyuluhan, menciptakan leaflet dan poster.
Mempromosikan Interprofessional Education (IPE) Universitas Baiturrahmah
Universitas Baiturrahmah mempunyai beberapa fakultas dan aktivitas studi, yang berafiliasi dengan profesi kesehatan yaitu fakultas kedokteran, fakultas kedokteran gigi, fakultas kesehatan masyarakat, aktivitas studi keperawatan dan aktivitas studi kebidanan. Dengan potensi ini, pelaksanaan IPE sanggup dilakukan di Universitas Baiturrahmah.
Mempromosikan IPE tidak hanya pada pimpinan fakultas dan ketua aktivitas studi, tetapi juga kepada mahasiswa. Pada tahap ini perlu kerjasama aneka macam pihak, perlu penahapan untuk hingga pada pelaksanaan IPE yang sistematis. Hambatan dalam mempromosikan dan mensosialisasikan aktivitas ini ialah persepsi dari aneka macam pihak, kurikulum, kesiapan staf pengajar, waktu pengerjaan, dan penanggung jawab aktivitas serta merancang aktivitas yang bisa laksana.
IPE sebagai bekal dari kerjasama interprofesi yang mengutamakan patient centered, tentunya akan memperlihatkan manfaat pada mahasiswa profesi kesehatan. Mereka mengetahui tugas masing-masing, saling menghormati, berkomunikasi dan bekerjasama dalam pengajaran dan pembelajaran. Dengan pendekatan dari awal pendidikan, diperlukan mahasiswa sanggup mencapai kompetensi yang diperlukan sesudah lulus nantinya.
Penutup
Inovasi dan perubahan pada pendidikan kedokteran merupakan reaksi dari tuntutan dan perubahan yang terjadi di lingkungan institusi pendidikan kedokteran dan perkembangan ilmu pengetahuan serta sistim kesehatan yang ada ketika ini.  Inovasi dan perubahan tentunya bertujuan untuk melahirkan lulusan dokter yang sanggup menjawab tantangan yang ada.
Perubahan dan penemuan bukanlah sesuatu yang gampang dilakukan, perlu persiapan matang dan kesedian semua pihak untuk menyetujui perubahan dan penemuan yang dilakukan. Pertimbangan lainnya  sumber daya yang mumpuni sebagai pelaksana dari perubahan dan inovasi, waktu pelaksanaan, kendala yang sanggup terjadi.
Daftar Pustaka
1.      Suhoyo Y. Konsep Inovasi Strategi Pendidikan di Institusi Pendidikan Kedokteran. J Pendidikan Kedokteran Indonesia, 2012;1:2
2.      Oxford dictionary online.  Available from:  http://www.oxforddictionaries.com/definition
3.      Alwi H, Sugono D. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 3rd ed. Jakarta: Balai Pustaka Pudat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional; 2005.
4.      Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. 2012
5.      Dent JA, Harden RM. New horizons in medical education. In Dent JA, Harden RM (eds). A practical guide for medical teacher. 3rd ed. Elsevier Churchill Livingstone. 2013. p1-7
6.      Thibault GE. Innovation in medical education: Aligning education with the needs of the public. American Medical Association. 2013
7.      Majumunder AA, D’Souza U, Rahman S. Trends in medical education: challenges and directions for need-based reforms of medical training in South-East Asia.Indian J Med Sci.2004:58:369-380.
8.      Magzoub ME, Schmidt HG. A taxonomy of Community-based Medical Education. Acadc Med.2000;75:699-707
9.      Cooper HC, Gibbs TJ, Brown L. Community-oriented medical education: extending the boundaries. Medical Teacher. 2001;23:295-299
10.  Barn H, Koppel I, Reeves S, Hammick M, Freeth D. Promoting partnership for health: effective interprofessional education, argument, assumption, and evidence. Blackwell Publisihing, CAIPE. 2005
11.  Barn H, Disch JM. Promoting interprofessional education: Nursing outlook. 2007;55 (3). pp.144-50.  Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17524802




Sumber http://mynewjornal.blogspot.com