Untuk mend0wnl0ad askep konjungtivitis lengkap beserta laporan pendahuluan silahkan klik DISINI
Laporan Pendahuluan Askep Konjungtivitis
Definisi
Konjungtiva yakni membran mata yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata dan permukaan anterior sclera.
Konjungtivitis yakni penayakit mata, lebih spesifik radang pada konjungtiva.
Konjungtivitis yakni penyakit mata paling umum di dunia, penyakit ini bervariasi dari ringan dengan basah mata hingga konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental. Penyebabnya umumnya eksogen, namun sanggup endogen (Vaughan, Dale 2000).
Konjungtivitis yakni inflamasi dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat.Pada konjungtivitis mata nampak, sehingga mata sering disebut mata merah (Smeltzer, Suzanne C, 2001).
Jenis-jenis Konjungtivitis
- Konjungtivitis bacterial
- Konjungtivitis bacterial hiperakut dan subakut
- Konjungtivitis bacterial menahun
- Konjungtivitis klamidia
- Trachoma
- Konjungtivitis inklusi (Blenorrhoe Inklusi, Paratrachoma)
- Konjungtivitis yang disebabkan biro klamidia lain
- Konjungtivitis Virus
- Konjungtivitis folikuler virus akut
- Konjungtivitis virus menahun
- Konjungtivitis rickettsia
- Konjungtivitis jamur
- Konjungtivitis parasit
- Konjungtivitis immunologik (alergik)
- Konjungtivitis demam jerami
- Konjungtivitis vernalis
- Keratokonjungtivitis atopik
- Konjuntivitis atopik
- Konjungtivitis papilaris raksasa
- Phlyctenulosis
- Konjungtivitis ringan sekunder terhadap blefaritis kontak
- Konjungtivitis akhir penyakit autoimun
- Keratokonjungtivitis sicca
- Pemphigoid sikatrikal
- Konjungtivitis kimia atau iritatif
- Konjungtivitis yang penyebabnya tidak dikatahui
- Konjungtivitis yang bekerjasama dengan penyakit sistemik
- Konjungtivitis pada Dakriosistitis atau kanalikulitis
Etiologi
1. Bakterial
a. Hiper akut (purulen)
- Neisseria gonorrhoea
- Neisseria meningitidis
- Neisseria gonorrhoea subsp kochii
b. Akut
- Pneumoccocus (streptococcus pneumoniae) (iklim sedang)
- Haemophilus aegyptius (Koch-Weeks bacillus) (iklim tropik)
c. Subakut Haemophilus influenzae (iklim sedang)
d. Menahun, termasuk blefarokonjungtivitis)
- Staphylococcus aureus
- Moraxella lacunata (diplobacillus dari morax-Axenfeld)
e. Jenis jarang (akut, sub akut, menahun)
- Sterpcocci
- Moraxella catharralis
- sdfdfform
- Proteus
- Corynebacterium diphteriae
- Mycobacterium tuberculosis
2. Klamidial
a. Trachoma (chlamydia Trachomonas serotipe A-C)
b. Konjungtivitis inklusi (chlamydia trachomotis serotipe D-K)
c. Limfogranuloma venerum (LGV) (chlamydia trachomatis serotipe L1-3)
3. Virus a. Konjungtivitis folikuler virus akut
- Demam faringokonjungtivitis disebabkan adenovirus tipe 3 dan 7 dan serotipe lain
- Keratokonjungtivitis epidemika disebabkan disebabkan adenovirus tipe 8 dan 19
- Virus herpes simpleks
- Konjungtivitis hemorogik akut disebabkan enterovirus tipe 70; jarang-jarang, coxackivirus tipe A24
- Konjungtivitis folikuler virus menahun Virus molluscum contangiosum
- Blefarokonjungtivitis lantaran virus
- Varicella, herpes zoster disebabkan virus varicella-zoster
- Virus campak
4. Rickettsial (jarang)
- Konjungtivitis non-purulen dengan hyperemia dan sedikit infiltrasi, yang sering merupakan ciri penyakit
- Tifus
- Murine typus
- Scrub typus
- Rocky montain spotted fever
- Demam Mediterranean
- Demam-Q
5. Fungal (jarang)
- Eksudat menahun Candida
- Granulomatosa
- Rhinosporidum seeberi
- Coccidiodes immitis (San Jaoquin Valley fever)
- Sporotrix schenckii
6. Parasitik (jarang namun penting)
- Konjungtivitis dan blefarokonjungtivitis menahun
- Onchocerca volvulus (Amerika Tengah, Afrika)
- Thelezia californiensis
- Loa-loa
- Ascaris lumbricoides
- Trichinella spiralis
- Schistosoma hematobium (cacing kandung kemih)
7. Taenia solium (cysticercus)
- Pthirus pubis (Pediculitis pubis, kutu kemaluan)
- Larva lalat (Oestrus ovis, dll) (miliasis mata)
8. Imunologik (alergik)
- Reaksi hipersensitivitas segera (humoral)
- Konjungtivitis demam jerami (pollen, rumput, bulu hewan, dll.)
- Keratokonjungtivitis atopik
- Konjungtivitis papiler raksasa
- Reaksi hipersentivitas tertunda (seluler)
- Phlyctenulosis
- Konjungtivitis ringan sekunder terhadap blefaritis kontak
- Penyakit autoimun
- Keratokonjungtivitis sicca pada sindron sjogren
- Pemphigoid cicatrix
9. Kimia atau iritatif
a. Latrogenik
- Miotika
- Idoxuridine
- Obat topical lain
- Larutan lensa kontak
b. Yang bekerjasama dengan pekerjaan
- Asam
- Basa
- Asap
- Angin
- Cahaya ultraviolet
- Bulu ulat
10. Etiologi tak diketahui
a. Follikulosis
b. Konjungtivitis falikuler menahun (konjungtivitis anak yatim, konjungtivitis Axenfeld)
c. Rosasea okuler
d. Psoriasis
e. Erythema multiforme mayor (Sindrom Stevens-Johnsons) dan minor
f. Dermatitis herpetiformis
g. Epidermolisis bulosa
h. Keratokonjungtivitis limbic superior
i. Konjungtivitis ligneosa
j. Sindrom Reiter
k. Sindrom limfonodus mukokutaneus (penyakit Kawasaki)
11. Bersama penyakit sistemik
a. Penyakit tiroid (terpapar, kongestif)
b. Konjungtivitis
c. Encok Konjungtivitis karsinoid
d. Sarkoidosis
e. Tuberkulosis
f. Sifilis
12. Sekunder terhadap dakriosistitis atau kanalikulitis
a. Konjungtivitis sekunder terhadap dakriosistitis Pneumococci atau streptococci beta-haemolitik
b. Konjungtivitis sekunder terhadap kanalikulitis Actinomyces israelli, Candida spp, Aspergillus spp (jarang)
Tanda Gejala
Tanda dan tanda-tanda konjungtivitis sanggup mencakup hyperemia (kemerahan), cairan, edema, pengeluaran air mata, gatal, rasa terbakar, atau rasa tercakar atau ada benda asing. Tanda dan tanda-tanda konjungtivitis gonorea yang sanggup mengancam penglihatan, mencakup cairan purulen yang berlimpah dan pembengkakan kelopak mata.
Patofisiologi
Konjungtiva selalu bekerjasama dengan dunia luar sehingga kemungkinan terinfeksi dengan mikroorganisme sangat besar. Apabila ada mikroorganisme yang sanggup menembus pertahanan konjungtiva berupa tear film yang juga berfungsi untuk mmelarutkan kotoran-kotoran dan bahan-bahan toksik melalui meatus nasi inferior maka sanggup terjadi konjungtivitas.
Konjungtivitis merupakan penyakit mata eksternal yang diderita oleh masyarakat, ada yang bersifat akut atau kronis. Gejala yang muncul tergantung dari factor penyebab konjungtivitis dan factor berat ringannya penyakit yang diderita oleh pasien. Pada konjungtivitis yang akut dan ringan akan sembuh sendiri dalam waktu 2 ahad tanpa pengobatan. Namun ada juga yang berlanjut menjadi kronis, dan jika tidak menerima penanganan yang adekuat akan menjadikan kerusakan pada kornea mata atau komplikasi lain yang sifatnya local atau sistemik.
Konjungtiva lantaran lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan factor lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa prosedur melindungi permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata, unsure berairnya mengencerkan materi infeksi, mucus menangkap debris dan kerja memompa dari pelpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasul lisozim. Adanya biro perusak, mengakibatkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, selesai hidup sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid stroma (pembentukan folikel). Sel-sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel kepermukaan. Sel-sel kemudian bergabung dengan fibrin dan mucus dari sel goblet, embentuk eksudat konjungtiva yang mengakibatkan perlengketan tepian palpebra ketika berdiri tidur.
Adanya peradangan pada konjungtiva ini mengakibatkan dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior, mengakibatkan hoperemi yang tampak paling konkret pada forniks dan mengurang kearah limbus. Pada hiperemi konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papilla yang sering disertai sensasi benda abnormal dan sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensai ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hyperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris atau tubuh siliare berarti kornea terkena.
Pathway
![]() |
Pathway Konjungtivitis |
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Mata
- Pemeriksaan tajam penglihatan
- Pemeriksaan dengan uji konfrontasi, kampimeter dan perimeter (sebagai alat investigasi pandangan).
- Pemeriksaan dengan melaksanakan uji fluoresein (untuk melihat adanya pengaruh epitel kornea).
- Pemeriksaan dengan melaksanakan uji festel (untuk mengetahui letak adanya kebocoran kornea).
- Pemeriksaan oftalmoskop
- Pemeriksaan dengan slitlamp dan loupe dengan sentolop (untuk melihat benda menjadi lebih besar disbanding ukuran normalnya).
- Therapy Medik
- Antibiotic topical, obat tetes steroid untuk alergi (kontra indikasi pada herpes simplek virus).
- Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan secara pribadi dari kerokan atau getah mata sehabis materi tersebut dibentuk sediaan yang dicat dengan pegecatan gram atau giemsa sanggup dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.
Penatalaksanaan
Konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Terapi sanggup mencakup antibiotika sistemik atau topical, materi antiinflamasi, irigasi mata, pencucian kelopak mata, atau kompres hangat. Bila konjungtivitis disebabkan oleh mokroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat sanggup menawarkan isyarat pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, untuk mencuci tangan sehabis setiap kali memegang mata yang sakit, dan memakai kain lap, handuk dan sapu tangan gres yang terpisah. Asuhan khusus harus dilakukan oleh personel asuhan kesehatan untuk menghindari penyebaran konjungtivitis antar pasien.
Konsep Askep Konjungtivitis
Pengkajian
a. Data umum: nama, umur, pekerjaan, alamat, jenis kelamin, status
b. Kaji perubahan okuler ibarat oedema, penurunan ketajaman visual, ketidaknyamanan.
c. Kaji aspek psikososial yang mendukung yang bekerjasama dengan kondisi pasien terutama pada pasien yang mengalami penurunan visual.
d. Kaji riwayat klien (kesehatan mata) trauma mata, DM, Hipertensi
e. Kaji dilema yang mengakibatkan klien mencari pertolongan kesehatan
f. Tanyakan riwayat nyeri pada mata, foto fobia, rasa terrbakar, gatal, air mata berlebihan (nrocos), diplopia.
g. Kaji riwayat kesehatan keluarga perihal penyakit mata
h. Kaji riwayat pekerjaan, hobby, rekreasional, penggunaan beling mata pengaman
i. Kapan terakhir periksa mata
j. Kaji pengobatan yang sudah digunakan untuk menangani
k. Pemerriksaan fisik: konjungtiva dan sklera, konjungtiva tampak merah
Diagnosa Keperawatan
- Nyeri bekerjasama dengan iritasi atau infeksi
- Kecemasan bekerjasama dengan ketidaktahuan penyebab penyakit atau hasil pengobatan
- Resiko penyebaran infeksi terhadap orang lain bekerjasama dengan kurang pengetahuan, perawatan mata, penyebaran penyakit.
Intervensi keperawatan
a.Pencegahan
- Tindakan aseptik, basuh tangan untuk mencegah penyebaran organisme dari mat satu ke mata yang lain, klien satu ke klien lain
- Buang materi atau alat yang sudah tercemar pada daerah yang khusus
- Berikan informasi pada pasien dan keluarga perihal menghindari sumber iritasi atau infeksi dan merespon dilema okuler yang terjadi
b. Keadaan akut
- Berikan kompres hangat atau cuek sesuai indikasi
- Berikan analgesik yang sesuai untuk mengurangi ketidaknyamanan
- Berikan antibiotik sesuai indikasi
- Berikan klarifikasi cara pertolongan obat, dosis, kegunaan dan pengaruh samping
c. Perawatan di rumah
- Berikan informasi perihal teknik-teknik higiene yang sempurna untuk mencegah kontaminasi atau membatasi penyebaran infeksi
- Berikan informasi pada pasien dan keluarga perihal pertolongan obat yang tepat
Evaluasi
- Pasien kooperatif dengan perencanaan perawatan dan pengobatan
- Pasien memperlihatkan penurunan ketidaknyamanan pada mata
- Pasien dan keluarga mengulang kembali informasi yang didapat untuk mencegah kekambuhan penyakitnya
Demikian Askep Konjungtivitis lengkap beserta laporan pendahuluan, biar sanggup membantu dan bermanfaat bagi teman sejawat sekalian.
Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com