Saturday, August 26, 2017

√ Konsep Asuhan Keperawatan (Askep) Eksotropia, (Strabismus / Juling) Lengkap Dengan Laporan Pendahuluan

Untuk mend0wnl0ad Konsep Asuhan Keperawatan (Askep) Eksotropia, (strabismus / Juling) Lengkap dengan Laporan Pendahuluan silahkan klik DISINI

LAPORAN PENDAHULUAN EKSOTROPIA, (STRABISMUS / JULING)

A. PENGERTIAN

Strabismus yaitu efek penglihatan dimana kedua mata tidak tertuju pada satu obyek yang menjadi sentra perhatian. Satu mata sanggup terfokus pada satu obyek sedangkan mata yang lain sanggup bergulir ke dalam, ke luar, ke atas, atau ke bawah. Sedangkan eksotropia atau juling keluar merupakan bentuk lain dari juling yang sering ditemukan. Bentuk juling ini paling sering terjadi ketika seseorang berfokus pada obyek yang jauh. Sering ditemukan pada masa bayi dan anak-anak. Insidensinya meningkat seiring dengan bertambahnya usia.


B. KLASIFIKASI
  1. Eksotropia dasar Deviasi akrab kurang lebih sama dengan deviasi jauh 
  2. Eksotropia ok ekses deviasi (melebar yang berlebihan) Deviasi jauh lebih besar daripada deviasi dekat 
  3. Eksotropia ok insuficiency convergensi (tidak sanggup konvergensi) Deviasi akrab lebih besar daripada deviasi jauh 
  4. Eksotropia ok ekses pseudodivergensi Deviasi jauh terang jelas lebih besar daripada deviasi dekat, namun pemakaian lensa + 3 dioptri untuk pengukuran akrab akan mengakibatkan eviasi akrab mendekati deviasi jauh 

C. ETIOLOGI

Penyebab niscaya belum diketahui, tetapi pada beberapa kasus unsur herediter atau keturunan sangatlah mungkin terjadi. Tetapi mata juling lazim ditemukan pada belum dewasa dengan kelainan otak, menyerupai :
  • Down syndrom 
  • Hidrocephalus 
  • Cerebral palsy 
  • Tumor otak 
  • Anak yang lahir prematur 
  • Kemunduran daya penglihatan atau ambliopia 
  • Kongenital 

D. MANIFESTASI KLINIK

  1. Bila melirik, perguliran bola mata tidak hingga ke ujung 
  2. Mata yang tidak lurus 
  3. Penutupan atau memicingkan satu mata pada cahaya terang 
  4. Bila melihat obyek jauh, akan ada 2 bayangan 

E. PATOFISIOLOGI

Anatomi indera penglihatan dikatakan normal kalau bayangan sebuah benda yang dilihat oleh kedua mata diterima dengan ketajaman yang sama. Bayangan ini secara serentak akan dikirim ke Susunan Saraf Pusat (SSP) untuk diolah sensasi penglihatan tunggal, penglihatan tunggal ini sanggup terjadi kalau kedua mata sanggup mempertahankan daya koordinasi untuk menimbulkan kedua bayangan suatu benda menjadi satu (fusi). Sebaliknya fusi akan hilang bila daya penglihatan salah satu mata berkurang atau bahkan tidak ada. Pada penderita mata juling, mata tidak memiliki satu kesatuan titik pandang. Kedudukan sumbu kedua bola mata itu tidak searah, risikonya mata akan melihat dua benda atau dua bayangan (diplopia). Untuk menghindari penglihatan rangkap ini, penderita strabismus kemudian berusaha supresi atau tidak memakai matanya yang sakit. Mereka hanya akan melihat dengan matanya yang sehat. Sebab itu, penderita strabismus sering mengeluh gampang lelah atau merasa penglihatannya berkurang pada satu matanya.

 Lengkap dengan Laporan Pendahuluan silahkan klik  √ Konsep Asuhan Keperawatan (Askep) Eksotropia, (strabismus / Juling) Lengkap dengan Laporan Pendahuluan
Pathway Eksotropia


F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
  • Menurut dr. Raman R. Saman, M.D. Ophth., AMS, MBA, hebat mata dari RS Prof. Dr. Isak Salim ”Aini” Jakarta mengungkapkan bahwa untuk mengetahui penyebab lebih lanjut perlu investigasi menyeluruh mulai dari anatomi mata, fafal atau fisiologi, hingga apakah sipenderita mengidap penyakit tertentu.
  • Tes mata : tes investigasi penglihatan 

G. PENATALAKSANAAN
  1. Kalau masalahnya bekerjasama dengan refraksi atau ketajaman penglihatan sanggup ditanggulangi dengan kacamata. Kacamata sanggup spheris, silinder atau prism, sanggup juga dengan lensa kontak (terutama bagi yang minusnya tinggi) 
  2. Koreksi bedah refraktif untuk mengurangi kelainan rabun dengan memakai pisau bedah atau laser excimer 
  3. Bila persoalannya menyangkut otot, sanggup dilakuakn pembedahan sesuai dengan kebutuhan contohnya otot yang kepanjangan dipendekkan (diresek), sebaliknya otot yang kepanjangan dipendekkan dengan menggeser lokasi perlekatan pangkal otot (reses terhadap insersi otot) 
  4. Bila juling akhir kecelakaan (trauma), umumnya dikoreksi dengan tindakan pembedahan


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN EKSOTROPIA, (STRABISMUS / JULING)

H. PENGKAJIAN 
  1. Biodata : Nama, Umur, Jenis kelamin, Pekerjaan, Alamat, Pendidikan 
  2. Keluhan utama : Merasa mata tidak lurus, sakit kepala, mata menyerupai melihat ganda. 
  3. Riwayat penyakit kini : Penyimpangan pengihatan, Penggunaan kacamata dengan kelainan ruang yang jauh antara mata kanan dan kiri, Adanya syok mata, Terlihat mata ambliopia dan histagmus, Mata hipermetropi 
  4. Riwayat penyakit dahulu Adanya penyakit DM, stroke, hipertensi, syok kepala, abuh mata, pengobatan lase. 
  5. Riwayat penyakit keluarga Adanya DM, stroke, hipertensi, strabismus. 
  6. Pemeriksaan fisik 
  • TTV ( tensi, suhu, nadi, respiratorik) 
  • Mata terlihat tidak lurus 
  • Bola mata bergulir tidak hingga ke ujung ketika melirik 
Aktifitas : 
  • Perubahan aktifitas sehari-hari lantaran berkurangnya penglihatan. 
  • Merasa takut melaksanakan pergerakan bola mata lantaran luka operasi 
Rasa kondusif : 
  • Pasien gelisah lantaran mata merasa lelah 
  • Nyeri kepala Persepsi sensori penglihatan : Kedua bola matanya tidak focus pada satu daerah ketika melihat suatu benda

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
  1. Gangguan sensori perseptual : penglihatan b.d. daya penglihatan menurun 
  2. Resiko cedera bekerjasama penglihatan ganda (diplopia) 
  3. Resti abuh b.d. post de entry kuman 
  4. Resiko gangguan harga diri rendah b.d. perubahan penampilan 
  5. Nyeri b.d. tindakan invasif 
  6. Ansietas b.d. kurang informasi ihwal mekanisme operasi 

J. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa 1.

Gangguan sensori perseptual : penglihatan b.d. daya penglihatan menurun

Tujuan : Daya penglihatan membaik dengan

kriteria hasil :
  1. Pasien sanggup melihat dengan jelas 
  2. Mata tidak gampang lelah 
  3. Visus mata tidak menurun 
Intervensi :
  • Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat. Rasional : kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi lantaran kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progresif, bila bilateral tiap mata tetap berlanjut pada laju yang berbeda tetapi biasanya hanya satu mat yang diperbaiki per prosedur 
  • Orientasikan pasien terhadap lingkungan, perawat, pasien lain di sekitarnya. Rasional : meningkatkan rasa nyaman dan kekeluargaan 
  • Letakkan barang yang diharapkan dalam jangkauan Rasional : memungkinkan pasien melihat obyek lebih mudah 
  • Observasi gejala disorientasi ; pertahankan pengaman daerah tidur Rasional : menurunkan resiko jatuh apabila pasien galau akhir keterbatasan penglihatan 

Diagnosa 2.

Resiko cedera bekerjasama penglihatan ganda (diplopia)

Tujuan : pencegahan terhadap cedera dengan

Kriteria Hasil :
  1. Tidak terjadi cedera pada mata 
  2. Mampu melaksanakan aktifitas dengan kondusif di lingkungannya 
Intervensi :
  • Orientasikan pasien pada lingkungan. Rasional : meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan 
  • Bantu pasien menata lingkungan, jangan mengubah penataan meja bangku tanpa diorientasikan pada pasien terlebih dahulu Rasional : memfasilitasi kemandirian dan menurunkan resiko cedera 
  • Anjurkan memakai perisai metal atau kacamata bila diperintahkan Rasional : tameng logam atau kacamata melindungi mata terhaap cedera

DAFTAR PUSTAKA 
  • Vaughan, Daniel G. Ashbury, Taylor. Riordan-Eva, Paul. 2000. ”Oftalmologi Umum ”. Jakarta: 
  • Widya Medika Doengoes, Marylinn E. 2000. ”Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien”. Jakarta: EGC 
  • Smetlzer, Suzanne C. Bare, Brenda G. 2002. ”Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah 
  • Brunner & Suddarth Edisi 8”. Jakarta: EGC

Sekian tentang Konsep Asuhan Keperawatan (Askep) Eksotropia, (strabismus / Juling) Lengkap dengan Laporan Pendahuluan, biar bermanfaat dan sanggup membantu teman sejawat sekalian diamanapun berada.

Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com