Tuesday, December 26, 2017

√ Kiprah Artikel Wacana Perkembangan Kemandirian Akseptor Asuh

Perkembangan Kemandirian Peserta Didik
A. Pengertian Kemandirian Peserta Didik
Istilah “kemandirian” berasal dari kata dasar “diri” yang menerima awalan “ke” dan akhiran “an”, kemudian membentuk satu kata keadaan atau kata benda. Karena kemandirian berasal dari kata dasar “diri”, maka pembahasan mengenai kemandirian tidak bisa lepas dari pembahasan perihal perkembangan diri itu sendiri.
Menurut Chaplin (2002), otonomi atau kemandirian yaitu kebebasan individu insan untuk memilih  menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai, dan menentukan dirinya sendiri. Sedangkan berdasarkan Erikson (dalam Monks dkk, 1989), menyatakan kemandirian yaitu perjuangan untuk melepaskan diri dari orangtua dengan maksud untuk menemukan dirinya melalui proses mencari identitas ego yaitu merupakan perkembangan kearah individualitas yang mantap dan bangun sendiri. Kemandirian biasanya ditandai dengan kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung jawab, bisa menahan diri, dan lain lain. Kemandirian merupakan suatu sikap otonomi dimana peserta didik secara relatif bebas dari efek penilaian, pendapat dan keyakinan orang lain. Dengan otonomi tersebut, peserta didik dibutuhkan akan lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Secara singkat sanggup disimpulkan bahwa kemandirian mengadung pengertian :
a.    Suatu kondisi dimana seseorang mempunyai hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya sendiri
b.    Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi dilema yang dihadapi
c.    Memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya
d.    Bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya


B. Tingkatan dan Karakteristik Kemandirian Peserta Didik
Sebagai suatu dimensi psikologi yang kompleks, kemandirian dalam perkembangannya mempunyai tingkatan-tingkatan. Perkembangan kemandirian seseorang berlangsung secara sedikit demi sedikit sesuai dengan tingkat perkembangan kemandirian tersebut. Menurut Lovinger (dalam Sunaryo Kartadinata, 1988), mengemukakan tingkatan kemandirian dan karakteristiknya, yaitu:
a.    Tingkat pertama, yaitu tingkatan implusif dan melindungi diri. Tingkatan ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
- Peduli terhadap control dan laba yang sanggup diperoleh dari interaksinya dengan orang lain.
-   Mengikuti hukum secara spontanistik dan hedonistic.
-   Berfikir tidak logis dan tertegun pada cara berfikir tertentu (stereotype).
-   Cenderung melihat kehidupan sebagai zero-sum games.
-   Cenderung menyalahkan dan mencela orang lain serta lingkungannya.
b.      Tingkat kedua, yaitu konformistik. Ciri-cirinya yaitu :
-      Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan social.
-      Cenderung berfikir stereotype dan klise.
-      Peduli akan konformitas terhadap hukum eksternal.
-      Bertindak dengan motif yang dangkal untuk memperoleh pujian.
-      Menyamakan diri dalam verbal emosi dan kurangnya intropeksi.
-      Perbedaan kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal.
-      Takut tiadak diterima kelompok.
-      Tidak sensitif terhadap keindividualan.
-      Merasa berdosa jikalau melanggar aturan.
c.    Tingkatan ketiga, yaitu tingkat sadar diri. Ciri-cirinya adalah:
-      Mampu berfikir alternatif.
-      Melihat impian dan banyak sekali kemungkinan dalam situasi.
-      Memikirkan cara hidup.
-      Penyesuaian terhadap situasi dan peranan.
-      Menekankan pada pentingnya memecahkan masalah.
d.     Tingkat keempat, yaitu tingkat saksama (conscientious). Ciri-ciri nya yaitu :
-      Bertindak atas dasar nilai-nilai internal.
-      Sadar akan tanggung jawab.
-      Mampu melaksanakan kritik dan evaluasi diri.
-      Memiliki tujuan jangka panjang.
-      Berfikir lebih kompleks dan atas dasar contoh analisis.

C. Pentingnya Kemandirian bagi Peserta Didik
Pentingnya kemandirian dari peserta didik ini dipengaruhi juga dengan semakin kompleksnya kehidupan yang tentunya juga besar lengan berkuasa pada perkembangan peserta didik. Pengaruh jelek sudah banyak sekali masuk dan membawa dampak jelek bagi peserta didik, menyerupai tawuran, sec bebas, narkoba, alkohol, dan lain-lain.
Selain sikap menyimpang tadi, cukup umur ini kerusakan susila pun terjadi menyerupai budaya mencontek, kurang peka terhadap lingkungan, ketergantungan dan sebagainya. Ini semua tentunya patut menjadi perhatian dunia. Dan solusi yang sempurna yaitu menanamkan sikap kemandirian pada diri peserta didik.
Dengan kemandirian, peserta didik mencar ilmu dan berlatih dalam menciptakan rencana, menentukan alternatif, menciptakan keputusan, bertindak sesuai dengan keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dilakukannya.
Jika kemandirian sudah tertanam di setiap diri para peserta didik tentunya akan berimplikasi pada pendidikan. Mereka sebagai subjek pendidikan dan mempunyai sikap kemandirian tentunya akan membawa dampak baik bagi masa depan pendidikan. Maka dari itu, kemandirian peserta didik sangat penting untuk ditanamkan.


D. Perkembangan Kemandirian Peserta Didik dan Implikasinya bagi Pendidikan
Kemandirian peserta didik yaitu talenta kecakapan yang dimiliki peserta didik, ini sangat berkaitan dengan pendidikan. Oleh alasannya yaitu itu pendidikan di sekolah perlu melaksanakan upaya-upaya pengembangan kemandirian peserta didik, diantaranya :
a.    Mengembangkan proses mencar ilmu mengajar yang demokratis
b.    Mendorong anak untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan dan dalam banyak sekali aktivitas sekolah.
c.    Memberi kebebasan kepada anak untuk mengeksplorasi lingkungan , mendorong rasa ingin tahu mereka.
d.    Peneriman positif tanpa syarat kelebihan dan kekurangan anak, tidak membeda-bedakan anak yang satu dengan yang lain.
e.    Menjalin relasi yang serasi dan bersahabat dengan anak.
    Dengan semua itu, maka akan terbentuk pribadi peserta didik yang mandiri. Yang juga implikasi untuk keadaan dunia pendidikan yang akan semakin berkembang.


E. Bentuk-Bentuk Kemandirian
Robert Havighurst (1972) membedakan kemandirian atas empat bentuk kemandirian yaitu:
a.    Aspek Emosi, aspek ini ditunjukan dengan adanya kemampuan untuk dirinya mengatur emosinya sendiri.
b.    Aspek Ekonomi, aspek ini ditunjukan dengan adanya kemampuan untuk mengatur dan mengelola kebutuhan dirinya sendiri secara ekonomis.
c.    Aspek Intelektual, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan untuk mengatasi banyak sekali dilema yang dihadapi.
d.    Aspek Sosial, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung kepada orang lain.
Sementara itu , Steiberg  (1993) membedakan karakteristik kemandirian atas tiga bentuk, yaitu :
a.    Kemandirian emosional
b.    Kemandirian tingkah laris ( behavioral autonomy ) .
c.    Kemandirian nilai (value autonomy )
Lengkapnya Steinberg menulis :
The first emotional autonomy-that aspec of independence related to changes in the individual’s close relationship,especially with parent. The second behavioral autonomy-the capacity to make independent decisionis and follow trough with them. The third characterization involves and aspec of independence referred to us value autonomy-wich is more than simply being able to resist preassures to go along with the demands of other, its means having a set a principles about right and wrong, about what is important and what is not.
Kutipan di atas pertanda karakteristik dari ketiga aspek kemandirian, yaitu  :
a.    Kemandirian emosional yakni aspek kemandirian yang menyatakan perubahan kedekatan relasi emosional antar individu,
b.    Kemandirian tingkah laku, yakni suatu kemampuan untuk menciptakan keputusan-keputusan tanpa tergantung pada orang lain dan melakukannya secara bertanggung jawab.
c.    Kemandirian nilai, yakni kemandirian memaknai suatu hal perihal benar dan salah, perihal yang penting dan apa yang tidak penting.

F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian yaitu:
a.    Proses mencar ilmu mengajar yang demokratis,yang memungkinkan anak merasa dihargai.
b.    Dorongan untuk anak supaya ia sanggup mengambil keputusan sendiri dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah.
c.    Kebebasan anak untuk sanggup mengeksplorasi lingkungan mereka supaya sanggup mendorong rasa ingin tahu mereka.
d.    Tidak adanya diskriminasi antara anak dalam perlakuannya.
e.    Hubungan serasi antara anak dan orangtua.
f.    Adanya motivasi yang kuat dari diri anak itu sendiri.


G. Upaya Pengembangan Kemandirian
Sesuai dengan fase perkembangannya, upaya pengembangan remaja sanggup dilakukan melalui:
a.    Menciptakan proses mencar ilmu mengajar yang demokratis sehingga anak merasa dihargai.
b.    Menciptakan komunikasi yang saling terbuka antar anggota keluarga.
c.    Membebaskan anak untuk mengeksplorasi lingkungan sekitar supaya meningkatkan rasa keingintahuannya.
d.    Menimbulkan komunikasi yang hangat antar anak maupun orangtua.
e.    Adanya kepercayaan kepada anak untuk melaksanakan apapun yang ia mau, tapi dalam pengawasan orang dewasa.
f.    Menerima segala sesuatu yang ada pada diri anak dari kelebihan dan kekurangannya.

Pendapat Saya:
Kemandirian yaitu perjuangan untuk melepaskan diri dari orangtua dengan maksud untuk menemukan dirinya melalui proses mencari identitas dan juga merupakan perkembangan kearah individualitas yang mantap dan bangun sendiri.
Perkembangan kemandirian seseorang berlangsung secara sedikit demi sedikit sesuai dengan tingkat perkembangan kemandirian. Karakteristik kemandirian terdiri atas tiga bentuk, yaitu kemandirian emosional; kemandirian tingkah laku; dan kemandirian nilai.


REFERENSI
Baharuddin. 2009. Pendidikan & Psikologi Perkembangan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Baharuddin. 2009. Psikologi Pendidikan: Refleksi Teoretis Terhadap Fenomena. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Dalyono. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hildayani, Rini dkk. 2007. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.
aciknadzirah.blogspot.com/search?q=pengertian-mandiri
Sugandhi, M. Nani & Syamsu Yusuf L. N. 2012. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.



Sumber http://risalridwan.blogspot.com