Kurang tidur berakibat jelek pada kinerja otak, alasannya yakni otak sebagai pusat pengendali aktifitas, maka hasil dari aktifitas menjadi jelek juga. Inilah beberapa penelitian akhir kurang tidur:
Kurang Tidur Nilai Mat Anak Rendah
Kurang tidur pada anak atau tidur malam tidak teratur, lebih dari jam 21.00 berdampak jelek bagi anak. Menurut peneliti anak yang tidur tidak teratur atau tidur lebih dari jam 21.00, memperoleh nilai matematika dan membaca lebih rendah. Kurang tidur sanggup mempengaruhi ritme badan dan mengganggu kemampuan otak menyerap informasi baru, kata para peneliti. Hasil penelitian itu didasarkan dari kaitan contoh tidur dan kekuatan otak, melalui survei lebih dari 11.000 anak berusia tujuh tahun. Para ilmuwan mengumpulkan data belum dewasa itu pada usia tiga, lima dan kemudian tujuh tahun untuk meneliti bagaimana mereka mencar ilmu dan kaitannya dengan contoh tidur.
Penelitian dipimpin Profesor Amanda Sacker dari University College London, Sumber: BBC News
Sel Otak Lemah dan Lamban
Penelitian gres ini sanggup menawarkan bahwa kurang tidur sanggup memperlambat tempat otak yang terlibat dalam persepsi visual dan ingatan.
Para peneliti meminta relawan untuk menonton serangkaian foto yang berkelebat cepat di layar dan untuk segera mengenali apakah gambar itu berupa wajah atau sesuatu yang lain. Para peneliti melihat perbedaan mencolok, bagaimana otak para relawan melaksanakan eksperimen. Relawan yang kurang tidur lebih lamban dalam melaksanakan kiprah dan sel otak di lobus temporal pun lebih lemah dan lamban.
Tidak Percaya Pada orang Lain
Yayasan Trust Me bekerja sama dengan para ilmuwan meneliti duduk kasus tidur di Oxford University. Mereka mengundang empat relawan yang biasanya tidur nyenyak. Tim peneliti memasangkan alat untuk memantau tidur mereka secara akurat. Selama tiga malam dalam penelitian pertama, peneliti membiarkan mereka tidur selama 8 jam penuh tanpa gangguan apapun. Setiap hari para relawan mengisi kuesioner psikologis yang dirancang untuk mengungkapkan perubahan suasana hati atau emosi mereka. Mereka juga menyimpan catatan harian dalam bentuk video.
Lalu selama tiga malam berikutnya, tim membatasi tidur mereka hanya 4 jam. Lalu apa yang terjadi? Sarah Reeve (mahasiswa doktoral) yang menjalankan eksperimen ini, menemukan fakta yang mengejutkannya, betapa cepatnya suasana hati mereka berubah. "Rasa cemas, depresi, stres, paranoid dan perasaan tidak percaya terhadap orang lain meningkat.” Ungkapnya.
Pikiran Negatif
Peneliti meriset lebih dari 3.700 mahasiswa dari seluruh universitas di Inggris yang mengalami gangguan tidur, kemudian membaginya menjadi dua kelompok. Kelompok yang mendapat terapi CBT (terapi sikap kognitif) yang dimaksudkan untuk memperbaiki tidur mereka, dan kelompok kedua tidak menerima terapi. Dalam waktu dua bulan, para mahasiswa yang menerima terapi CBT melaporkan tingkat insomnia, rasa cemas dan depresi berkurang signifikan, paranoid dan halusinasi pun menurun. Tes ini dianggap sebagai uji coba terbesar dalam bidang perawatan psikologis untuk kesehatan mental, dan penelitian ini menyebutkan bahwa tak bisa tidur sanggup menyebabkan duduk kasus kesehatan mental.
Prof. Daniel Freeman, guru besar psikologi klinis di Universitas Oxford, yang memimpin penelitian tersebut menganggap salah satu akhir jelek dari kurang tidur bagi otak kita adalah, memunculkan pikiran-pikiran negatif. "Pikiran-pikiran negatif tiba dikala kita kurang tidur dan kita terjebak di dalamnya," katanya. "Ini tentu tidak bisa dihindari," katanya.
Seperti Efek minum Alkohol
Dilansir dari kompas dotcom: Segelas kecil alkohol sudah cukup menciptakan otak kehilangan sedikit kemampuannya, ibarat kemampuan berkonsentrasi, berkomunikasi, dan juga dalam mengingat sesuatu.
Efek ibarat ini ternyata bisa kita alami sama persis dikala tidur kurang dari 4 jam semalam. Periset menemukan bahwa kekurangan tidur bisa menciptakan sel otak lesu dan memperlambat komunikasi, berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di Nature Medicine.
Pengahruhnya amat buruk, jikalau mengemudi dan kendaraan beroda empat depan melaksanakan rem mendadak, konsentrasi kurang baik, sehingga tidak cukup cepat untuk berhenti atau berusaha menghindari hal itu. “Efek tersebut ibarat dengan apa yang Anda lihat pada seorang peminum,” kata Dr. Itzhak Fried, seorang profesor bedah saraf di University of California, Los Angeles.
____________________________________
Sumber https://idtesis.com