Pernah sekali, pas sholat berjama'ah, anak anggun bin mungil dengan bahagianya berlarian kesana kemari.
Abi dari anak anggun ini posisi di shaf depan saya. Lepas lah kendali si mungil ni.
Lari kesana kemari, qodarallah kacamata saya terinjak olehnya, krek!
Kaca terlepas.
Bingkai bengkok.
Kaca terlepas.
Bingkai bengkok.
Sebagai insan biasa, "Setelah salam saya akan menginfokan ke Abi nya.." begitu gerutu saya.
Tapi sejenak saya pikir kembali mudharatnya jikalau saya lakukan itu;
1. Abi dan Ummi nya dapat malu
2. Abi nya mengganti untung kacamata saya
3. Anaknya tidak diajak kemasjid lagi
4. Akan ada perselisihan kecil antara Abi dan Ummi anak ini ihwal penggantian ini
5. Dan bla bla lainnya
1. Abi dan Ummi nya dapat malu
2. Abi nya mengganti untung kacamata saya
3. Anaknya tidak diajak kemasjid lagi
4. Akan ada perselisihan kecil antara Abi dan Ummi anak ini ihwal penggantian ini
5. Dan bla bla lainnya
Akhirnya saya urungkan niat tersebut, kenapa?
1. Saya pikir memang sudah takdir kacamata saya terinjak oleh gadis cilik ini, alasannya dalam 1 shaf saya, ada 3 atau 4 kacamata diletakkan bersamaan dilantai dan hanya milik saya yang terinjak
1. Saya pikir memang sudah takdir kacamata saya terinjak oleh gadis cilik ini, alasannya dalam 1 shaf saya, ada 3 atau 4 kacamata diletakkan bersamaan dilantai dan hanya milik saya yang terinjak
2. Saya ndak ingin mematahkan semangat Abi dan Ummi nya semoga anaknya tetap dibawa ke masjid
3. Ada rezeki penjual kacamata melalui mediator saya yang mungkin sudah berdo'a sekian usang kepada Allah semoga ada yang membeli dagangannya
4. Allah sedang menguji kesabaran saya
5. Allah sedang menguji keyakinan saya, bahwa ketika kita sedang melaksanakan kebaikan pun tetap diiringi dengan ujian
Semoga semakin banyak masjid ramah anak dan semakin banyak malaikat-malaikat kecil bermain riang bangga di rumah Allah
----------
Sumber :
Sumber :
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=618495648591919&set=a.101550863619736&type=3&theater