Novel merupakan suatu bentuk kisah yang menceritakan kisah hidup seseorang atau suatu insiden yang dikisahkan secara rumit dan panjang. Selain sebagai bentuk cerita, novel juga termasuk ke dalam golongan jenis-jenis prosa baru, jenis-jenis karangan non ilmiah, serta jenis-jenis prosa fiksi. Pada artikel kali ini, kita akan mengetahui menyerupai apa bentuk dari sebuah kisah novel. Karena bentuk aslinya yang cukup panjang, maka di artikel ini kita akan melihat sebagian kecil dari bentuk novel tersebut. Adapun referensi yang dimaksud ialah sebagai berikut ini!
Sang Priyayi (Bab Sastrodarsono)*
Karya: Umar Kayam
Waktu dokar yang aku naiki membelok ke arah utara, meninggalkan jalan besar yang menghubungkan Suarakarta dan Madiun, hati aku mulai berdebar. Di depan aku jalan desa sepanjang kira-kira lima kilometer menuju eksklusif ke Kedungsimo, desa saya, kawasan orang-orang bau tanah saya. Di depansaya, lima kilometer lagi, orangtua aku akan mendapatkan aku dengan tangan terbuka lebar dan senyum yang tidak kurang pula lebarnya. Bagaimana tidak, hari itu saya–Soedarsono–anak tunggal dari Mas Atmokasan, petani Desa Kedungsimo, pulang dari Madiun dengan berhasil mengantongi beslit guru bantu di Ploso: Guru Bantu. Itu berarti sayalah orang pertama dalam keluarga besar kami yang berhasil menjadi priyayi, meskipun priyayi yang paling rendah tingkatnya. Itu tidak mengapa, yang penting kaki aku sudah melangkah masuk jenjang priyayi.
Beberapa tahun lagi, kalau aku rajin dan setia kepada gubermen, aku akan menjadi guru penuh sekolah desa. Itu akan lebih memantapkan kedudukan aku sebagai sebagai priyayi dan abdi gupermen. Dan kalau aku sudah menjadi mantri guru, wah, itu sudah boleh dikatakan menjadi priyayi yang terpandang.
Orangtua aku ialah petani desa jekek, petani desa yang benar-benar asli. Demikian juga dengan paman-paman dan pakde saya. Semuanya petani desa. Semua dari keluarga besar kami itu, menyerupai juga kebanyakan keluarga petani di desa, menginginkan pada satu waktu salah seorang anggota keluarganya bisa maju menjadi priyayi dan tidak berhenti dan puas menjadi petani desa saja. Maka mereka pun menyekolahkan bawah umur mereka ke sekolah desa. Sepupu-sepupu aku dan aku dikirim oleh orangtua kami dengan tujuan itu, tanpa terkecuali.
Tetapi, sekolah bagi kami anak desa merupakan kandang-kandang yang tersekat-sekat dengan penggembala galak yang disebut guru. Kebanyakan dari kami tidak tahan dan kerasan di sekolah. KAmi merindukan sawah, lapangan permainan kami, kerbau dan sapi kami, pohon-pohon mangga yang kami lempari dengan batu, burung-burung yang kami plintengi (diketapel dengan batu) yang lalu kami kropok (dibakar dalam onggokan daun-daun kering). Lagi pula, orangtua kami kebanyakan juga tidak tahan kehilangan kami lama-lama di sekolah.
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Demikianlah referensi kisah novel dalam bahasa Indonesia. Jika pembaca ingin menambah refrensi soal cerita, pembaca bisa membuka beberapa artikel berikut, yaitu: contoh kisah cerpen, contoh mite atau mitos, contoh dongeng parabel, contoh dongeng sage, contoh fabel pendek beserta strukturnya, alur cerita, tahapan dalam alur cerita, serta artikel jenis-jenis alur cerita. Semoga bermanfaat dan bisa memberi wawasan gres bagi para pembaca sekalian, baik itu mengenai kisah novel khususnya, maupun bahasa Indonesia pada umumnya. Mohon dimaafkan pula bila terdapat kesalahan di dalam artikel kali ini. Sekian dan juga terima kasih.
*Disadur dari Novel “Para Priyayi” karya Umar Kayam, halaman 32-33. (dengan sedikit perubahan)
Sumber https://dosenbahasa.com